Sebelum menikah atau berhubungan seksual, ada dua vaksin yang dianjurkan bagi perempuan: hepatitis B dan HPV untuk kanker serviks. “Ini yang ‘wajib’ untuk perempuan usia reproduktif,” ujar Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI dari FKUI/RSCM, Jakarta. Tujuannya untuk melindungi diri dari kedua penyakit yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual tersebut, sekaligus melindungi calon bayi.
Di negara dengan hiperendemik hepatitis B seperti Indonesia, penularan utamanya terjadi secara vertikal (dari ibu ke bayi). Ditengarai, 95% terjadi saat proses persalinan akibat perlukaan, sisanya 5% saat dalam kandungan. Itu sebabnya, ibu yang belum mendapat vakin hepatitis B, disarankan memeriksakan status hepatitis B sebelum persalinan. Untuk berjaga-jaga; seandainya ibu positif, bisa segera dilakukan pencegahan agar bayi tidak tertular. Antara lain dengan pemberian vaksin dan HBIG pada bayi sesaat setelah lahir.
Baca juga: Vaksinasi Hepatitis B Melindungi Ibu dan Bayi
Indonesia menduduki peringkat 3 penderita hepatitis terbanyak di dunia, setelah India dan China. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi hepatitis B mencapai 9,4% dan 9,28% perempuan Indonesia membawa virus tersebut di tubuhnya. Program nasional imunisasi hepatitis B pada bayi sejak 1997, belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Lingkaran penularan harus diputus. Pencegahan (vaksinasi) perlu bergerak lebih ke hulu, yakni melindungi ibu sebelum berhubungan seksual untuk pertama kali. Ini perlu biaya, karena tidak termasuk dalam program imunisasi pemerintah.
Sebelum melakukan vaksinasi, periksakan dulu status hepatitis B agar vaksin tidak percuma. Bila ditemukan positif, akan dimonitor apakah sudah perlu mendapat pengobatan, dan ‘dikawal’ selama ibu hamil. Sebagai informasi, tidak semua hepatitis B perlu diobati; virusnya sendiri tidak merusak hati. Kerusakan pada hati mulai terjadi saat tubuh mencoba melawan; ini saat yang tepat untuk melakukan pengobatan. “Ada penelitian yang memberikan terapi saat hamil. Bukan untuk mengobati ibunya, tapi untuk menurunkan risiko transmisi ke janin,” terang dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), anggota Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), Jakarta.
Baca juga: Hepatitis B, Penyakit Hati yang Diam-Diam Menghanyutkan
Vaksin hepatitis B diberikan dalam tiga dosis, yang dilakukan pada bulan ke-0, 1 dan 6. Jangan khawatir bila ibu sudah menikah atau hamil sebelum divaksin. “Vaksin hepatitis B bisa diberikan saat hamil,” ucap Dr. dr. Iris. Hepatitis B termasuk vaksin mati, yang berasal dari partikel antigen permukaan virus yang non infeksius (tidak bersifat menginfeksi). Karenanya, tidak ada risiko infeksi terhadap janin. Vaksin ini dianjurkan pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko. Misalnya, memiliki pasangan seksual lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir; pasangannya positif HbsAg; pengguna, mantan pengguna atau memiliki pasangan pengguna narkoba suntik; serumah dengan penderita hepatitis B. (nid)
Bersambung ke: Vaksin HPV Cegah Kutil pada Bayi