Rekor yang menyakitkan: Indonesia tergolong negara dengan jumlah penderita hepatitis B nomor 3 terbesar di Asia Pasifik. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 mencatat, prevalensi hepatitis B adalah 9,4%; di antara 10 penduduk ada 1 penderita. Salah seorang penderita adalah mantan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan; Ibu dan seorang kakaknya meninggal karena penyakit ini.
Hepatitis merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh virus. Kerusakan lever bisa berujung pada sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati. Virus hepatitis B (VHB) ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularan bisa terjadi lewat jarum suntik yang digunakan rame-rame, lewat sperma dan cairan vagina. Ibu hamil yang terinfeksi VHB bisa menularkan pada bayinya melalui proses persalinan.
Dr. dr. Suyanto Sidik, SpPD, KGEH dalam seminar “Tatalaksana Hepatitis B Kronik” menyatakan, bayi baru lahir yang terinfeksi virus VHB 10% bisa sembuh, 90% berkembang menjadi infeksi kronik jika tidak ditangani. Pada usia 1-5 tahun peluang sembuh antara 50-80%.
Rerata masa inkubasi VHB adalah 90 hari. Virus bisa terdeteksi 30-60 hari setelah infeksi. Mary D. Nettleman, MD, MS, MACP dari Department of Medicine, Michigan State Univesity, AS, menjelaskan bahwa VHB adalah virus DNA. Artinya, merupakan bahan genetik pembuat DNA (deoxyribonucleic acids). Utamanya terdapat di organ hati, dalam darah dan cairan tubuh.
VHB bereplikasi di sel hati. Virus itu sendiri tidak menyebabkan kerusakan langsung. Tapi, adanya virus memicu respon sistem imun dengan cara mencoba memusnahkannya dan menyebabkan infeksi. “Respon imun menyebabkan peradangan yang bisa menjadikannya luka serius,” tambah Mary.
Hepatitis B adalah penyakit yang diam-diam menghanyutkan. Mereka yang terinveksi kerap tidak merasakan gejala. Tahu-tahu fungsi hati memburuk. Kalau ada gejala biasanya berupa cepat lelah, nafsu makan menurun, demam, diare, warna urin dan feses berubah, mata dan kulit kuning.
“Seseorang dinyatakan positif terkena hepatitis B bila enzim hati (SGOT dan SGPT) naik, HBsAg positif (antigen yang menandakan adanya infeksi) dan HBV DNA, atau ukuran replikasi virus yang berhubungan progresi penyakit,” kata dr. Suryanto.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi hepatitis B, sebagai vaksinasi dasar yang dilakukan pemerintah sejak 1997. Rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), vaksin pertama diberikan dalam 12 jam setelah lahir.
Vaksinasi juga diberikan pada ibu hamil yang berisiko hepatitis B, seperti yang memiliki pasangan seksual >1 selama 6 bulan terakhir, memiliki riwayat penyakit menular seksual dan pengguna narkoba suntik.
“Pengobatan untuk menekan HBV DNA secara permanen. Tujuan jangka pendeknya mempertahankan respon, untuk mengurangi inflamasi hati selama dan setelah terapi. Jangka panjangnya untuk mencegah atau mengurangi progresi penyakit menjadi sirosis atau kanker hati,” ujar dr. Suryanto. (jie)