Pemberian antidepresan merupakan terapi utama pada wanita yang mengalami depresi pasca melahirkan. Namun, perlu dipertimbangkan risiko dan manfaatnya. Sebab, sebagian besar obat antidepresan disekresi cukup banyak ke dalam ASI (air susu ibu). Sehingga, ibu disarankan tidak menyusui selama minum obat antidepresan.
“Jika masih bisa, diatasi dengan psikoterapi dan modifikasi lingkungan,” ujar dr. Suryo Dharmono dari RS St. Carolous, Jakarta. Hal ini dimaksudkan agar ibu tidak perlu menghentikan pemberian ASI. Namun, jika keadaan sudah membahayakan, seperti ingin bunuh diri, mengurung diri, atau tidak mau makan, dan psikoterapi tidak berpengaruh, harus dengan obat-obatan.
Terapi obat
Obat diberikan untuk depresi sedang sampai berat. Obat yang umum digunakan antara lain golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), SNRI dan tricyclic antidepressants (TCA), serta benzodiazepine sebagai terapi tambahan.
Obat antidepresan tidak bisa diberikan hanya 1-2 minggu, karena efeknya baru terasa setelah + 2 minggu. Umumnya, diberikan selama 6 bulan.
Psikoterapi
Psikoterapi antara lain talking therapy, terapi interpersonal dan kognitif/ perilaku dan terapi psikodinamik.
Talking therapy membantu pasien mengenali masalah dan menyelesaikannya melalui give-and-take verbal dengan terapis.
Pada terapi kognitif/perilaku, pasien belajar mengidentifikasi dan mengubah persepsi menyimpang tentang dirinya, serta menyesuaikan perilaku untuk mengatasi lingkungan sekitar dengan lebih baik.
Terapi psikodinamik fokus pada penyelesaian konflik psikologis internal pasien, yang umumnya berakar pada masa anak-anak.
Konseling
Ibu yang kepribadiannya belum matang, perlu konseling. Ibu akan diajak melihat bahwa merawat anak bukanlah kesulitan yang luar biasa.
“Pelan-pelan diajak melihat fokus masalah. Apa yang dihadapi dalam merawat anak dan adakah masalah yang sekiranya bisa diselesaikan,” tutur dr. Suryo.
Setelah ditelaah, selanjutnya dilakukan modifikasi lingkungan sehingga dalam 4 minggu, ibu bisa pulih.
Modifikasi lingkungan
Lingkungan keluarga penting untuk penyembuhan. Suami harus pengertian. Anak rewel dicari tahu penyebabnya dan adakah yang bisa diperbaiki.
Perlu pendampingan dari ibu pasien, untuk menjalankan extended family sehingga lingkungan menjadi lebih mendukung. Jika keluarga tidak memahami hal ini dan tidak melakukan apa-apa, kondisi pasien bisa makin parah.
Umumnya, keluarga menganggap wanita yang depresi setelah melahirkan rewel, malas, sulit dan tidak tanggap, serta tidak mensyukuri kehadiran bayinya. Pada banyak budaya, wanita ditempatkan dalam posisi subordinat: sebagai pengasuh anak saja. Sehingga, jika setelah melahirkan tidak mau mengasuh anaknya karena depresi, bukannya coba dipahami, tapi justru disalahkan. Akibatnya, depresi bisa berkepanjangan.
“Kalau lebih dari 6 bulan, pemulihan akan lebih sulit. Intervensi depresi, lebih dini lebih baik,” kata dr. Suryo. (vit)
Baca juga:
- Atasi Depresi Setelah Melahirkan
- Asam Folat Cegah Depresi Pascamelahirkan
- Peran Suami Cegah Depresi Pascamelahirkan