Suami maupun istri memiliki andil yang sama besar, terhadap gangguan kesuburan. Karenanya, pemeriksaan sebaiknya dilakukan terhadap suami dan istri. Menurut dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG dari FK UI/RSCM, Jakarta, pemeriksaan untuk membuktikan adanya ovulasi (masa subur perempuan, yakni saat sel telur matang dan siap dibuahi), dianjurkan kepada mereka yang telah menikah selama satu tahun dan belum memiliki anak. Juga bila siklus haid sering terlambat lebih dari 35 hari, setiap bulannya.
Bagaimana mengetahui terjadi ovulasi atau tidak? “Pertama kali, cukup dengan mengevaluasi siklus haid. Jika siklus teratur (antara 21-35 hari), sekitar 80% dari perempuan memiliki masa subur setiap bulan,” tutur dr. Andon.
(Baca juga: Pemeriksaan Kesehatan Pranikah)
Pemeriksaan yang sederhana dan murah, bisa dilakukan secara mandiri oleh perempuan. Yakni dengan menggunakan alat deteksi hormon LH (luteinizing hormone) di dalam urin. Pemeriksaan ini dilakukan pada masa, di mana terasa ada perubahan pada lendir vagina, yakni pada masa menjelang ovulasi. Dianjukan untuk melakukan pemeriksaan 2x sehari selama lima hari. Hormon LH berperan penting dalam kesuburan perempuan maupun laki-laki. Pada perempuan, hormon ini memicu ovulasi dan pembentukan corpus luteum (kelenjar di indung telur yang terlibat dalam produksi hormon estrogen dan progesteron).
Jika menginginkan hasil yang lebih akurat dan teliti, tentu harus periksa ke dokter. Pemeriksaan akan diawali dengan anamnesis (dokter menanyakan riwayat medis pasien); termasuk siklus haid. Dilanjutkan dengan pemeriksaan darah di lab dan USG.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar progesteron. “Pengukuran kadar progesteron dilakukan 7 hari, sebelum hari perkiraan haid,” terang dr. Andon. Ini karena kadar progesteron akan naik menjelang siklus haid. Jika melalui pemeriksaan diketahui progesteronnya rendah, mungkin ada masalah pada ovulasi.
(Baca juga: Menilai Kesuburan Laki-laki)
Jika diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lab untuk TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex virus). Bisa jadi, kesuburan terganggu akibat penyakit ini. Untuk mendeteksi pertumbuhan kantung telur, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan USG transvaginal, “Pada masa yang diperkirakan, kantung telur akan berkembang.” Biasanya pada pertengahan siklus haid. Pemeriksaan ini juga untuk melihat kondisi sistem reproduksi perempuan. Misalnya, apakah ada sumbatan atau kerusakan pada saluran indung telur, dan lain-lain. Pasien diperiksa dalam posisi berbaring. Dokter akan memasukkan alat seperti tabung tipis panjang ke dalam vagina. Tidak perlu khawatir karena prosedur ini tidak menyakitkan.
USG transvaginal hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit, dan hasilnya bisa didapatkan segera setelah pemeriksaan. Ada kalanya, diperlukan pemeriksaan konfimasi seminggu kemudian. Tidak perlu persiapan khusus. Hanya, disarankan agar pasien buang air kecil lebih dulu; kandung kemih yang kosong membuat pasien lebih nyaman saat menjalani pemeriksaan. (nid)