ruam popok dan kejang demam pada anak

Terapi Ruam Popok dan Kejang Demam yang Tepat pada Anak

Ruam popok dan kejang demam pada anak termasuk gangguan yang kerap membuat orang tua khawatir. Terapi ruam popok dan kejang demam yang tepat, penting untuk mengatasi ganguan dengan segera, serta mencegah kekambuhan.

Ruam popok tampaknya sepele, tapi tenyata bisa menghambat tumbuh kembang anak, karena bisa mengganggu waktu tidur dan nafsu makannya. Adapun kejang demam tentu sangat mengkhawatirkan bagi orang tua, karena takut otak si Kecil terdampak bila ia sering mengalami kejang saat demam. Hal ini diungkapkan dalam Webinar Kefarmasian bertajuk "Tata Laksana Kejang Demam pada Anak dan Terapi Tepat untuk Ruam Popok" yang diselenggarakan OTC Digest bersama PT Wellesta CPI Healthcare dan Actavis Indonesia, Rabu (30/8/2023).

Terapi Ruam Popok dengan Kombinasi Deksapantenol dan PEI

Ruam popok adalah inflamasi dan iritasi pada kulit di area perineum (kemaluan dan bokong). Ruam popok biasanya dialami oleh bayi hingga usia 3 tahun, utamanya di usia 3 bulan hingga 1 tahun.

Berbagai faktor bisa memicu terjadinya ruam popok. Antara lain meningkatnya kelembapan kulit di area perineum, kolonisasi jamur Candida, hingga aktivitas enzim protease yang ada di feses (tinja). “Protease aktif yang disekresikan di feses memiliki aktivitas proteolitik atau pemecahan protein, yang merusak kulit di area perianal yang sensitif. Risikonya makin besar bila popok tidak segera diganti setelah si Kecil BAB,” terang Dr. apt. Lusy Noviani, MM.

 Gejala ruam popok mudah dikenali. Kulit bayi di daerah kemaluan, bokong dan paha tampak merah. Selain itu, bayi juga tampak tidak nyaman, rewel, bahkan menangis, terutama saat popoknya diganti. Bila dibiarkan atau tidak mendapatkan perawatan yang tepat, ruam popok berpotensi menjadi kronis. “Ruam makin parah, bisa terjadi lecet dan luka terbuka hingga berdarah atau keluar cairan. Bisa pula disertai demam, dan bayi kesulitan BAB atau BAK karena nyeri,” tutur Lusy.

Salep/krim yang pelindung paling sering digunakan untuk terapi ruam popok yaitu yang mengandung deksapentanol. Ini merupakan turunan dari asam pantotenat (vitamin B5), yang lebih mudah diserap sehingga cocok untuk dioleskan ke kulit. “Deksapantenol membentuk barrier sehingga urin dan feses tidak langsung kontak dan berpenetrasi ke kulit, serta membantu regenerasi sel kulit,” jelas Lusy. Dengan demikian, salep/krim dengan kandungan deksapantenol bisa mengobati sekaligus mencegah ruam popok.

Kombinasi deksapantenol dengan PEI (protease enzyme inhibitor) memberikan perlindungan ganda. “PEI menghambat kerja enzim protese yang ada di feses, sehingga melindungi kulit bayi dari iritasi,” ungkap Lusy. Istimewanya, PEI berasal dari ekstrak alami kentang, sehingga sangat aman bagi kulit bayi. “Kombinasi deksapantenol dan PEI pada krim pelindung, bekerja dengan memperbaiki luka, sebagai moisturizer, serta sebagai barrier kulit,” imbuhnya.

Sertifikat Webinar Kefarmasian 30 Agustus 2023 (Mohon segera diunduh)

Diapo-Care adalah krim ruam popok pertama di Indonesia yang mengombinasikan deksapantenol dan PEI. Ada 5 langkah menangani ruam popok, dengan akronim ABCDE. A (air out) - area perineum dibiarkan kering di udara terbuka selama mungkin. B (barrier) – oleskan krim pelindung; C (clean) – menjaga area popok tetap bersih dengan mengganti popok sesegera mungkin; D (disposable diaper) – menggunakan popok sekali pakai selama bayi mengalami ruam popok; dan E (educate) – edukasi mengenai pencegahan ruam popok berulang.

Diapo-Care dengan kombinasi PEI 5% dan deksapantenol 1% diindikasikan untuk merawat sekaligus melindungi kulit bayi pada kondisi ruam popok sedng hingga berat,” ungkap Slamet Achmad dari Wellesta CPI Healthcare. Semua bahan yang terkandung dalam Diapo-Care bersifat hipoalergenik, dan tidak mengandung zat perwarna. “Bahan aktifnya yaitu dkesapantenol dan PEI yang berasal dari kentang alami,” terang Slamet.

Diapo-Care dioleskan setiap setelah mengganti popok. Area popok harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum mengoleskan Diapo-Care. “Selanjutnya, oleskan Diapo-Care secara tipis dan merata di seluruh area perineum, dengan memperhatikan lipatan-lipatan kulit,” tambah Slamet.

Tatalaksana Kejang Demam

Kejang demam adalah kejang/bangkitan pada anak usia 6 bulan – 5 tahun yang mengalami demam dengan suhu tubuh >38oC. “Kejang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh, bukan karena masalah di kranial (otak) ataupun gangguan elektrolit,” jelas Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Anak yang pernah kejang sebelumnya tanpa demam, lalu mengalami kejang saat demam, maka tidak termasuk kejang demam. “Demikian pula bila kejadian kejang terjadi di usia <6 bulan dan >5 tahun. Perlu dipertimbangkan kemungkinan lain seperti epilepsi, infeksi meningitis, dan lain-lain,” papar Prof. Zullies.

Pada dasarnya, kejang bisa berhenti sendiri. Kejang yang hanya berlangsung 2 – 3 menit tidak perlu obat. Kalau setelah 3 menit kejang tak kunjung reda, barulah obat dibutuhkan.

Obat antikonvulsan golongan diazepam yang diberikan melalui rektum (anus), masih menjadi lini pertama pada tatalaksana kejang demam. “Kalau kejang tidak membaik dalam 5 menit, pemberiannya diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama. Kalau tidak membaik juga, segera bawa anak ke RS untuk mendapatkan diazepam melalui intravena,” terang Prof. Zullies.

Mengapa yang direkomendasikan adalah pemberian via rektal? “Ini yang paling mudah, karena anak yang sedang kejang tidak mungkin diberikan obat per oral,” tandas Prof. Zullies.

Untuk mencegah kejang demam berulang, antikonvulsan bisa diberikan secara intermiten. “Caranya, diazepam diberikan dalam 48 jam ketika anak demam dan sebelum kejang, untuk mencegah rekurensi. Pemberiannya bisa per oral atau rektal,” ucap Prof. Zullies. Selain antikonvulsan, bisa pula diberikan antipiretik sebagai upaya preventif mencegah kekambuhan kejang demam. Antipiretik yang aman dan efektif yang direkomendasikan untuk anak misalnya parasetamol, oral ataupun rektal.

Stesolid® dengan kandungan diazepam, tersedia dalam sediaan rectal tube (RT) 5 mg dan 10 mg, injeksi, sirup, dan tablet. Paracetamol yang dikenal sebagai antipiretik sangat bermanfaat untuk menurunkan demam dan saat ini tersedia dalam bentuk rectal tube (Dumin® Rectal Tube) . “Sediaan rectal tube lebih mudah diberikan, lebih higienis dan lebih nyaman  dibandingkan tablet supositoria,” ujar Slamet.

Stesolid RT efektif meredakan kejang demam baik kejang akut, rumatan, serta sebagai profilaksis intermiten dan jangka panjang. Untuk profilaksis, juga bisa diberikan dalam sediaan oral. Sebagai antipiretik untuk pencegahan kejang demam, bisa diberikan Dumin® Rectal Tube yang mengandung parasetamol.

Slamet mengingatkan agar orang tua selalu menyediakan Stesolid RT dan Dumin RT di rumah, bila anak pernah mengalami kejang demam. (nid)

_____________________________________

Ilustrasi: peoplecreations on Freepik