sikap perfeksionis picu gangguan kecemasan
sikap perfeksionis picu gangguan kecemasan

Sikap Perfeksionis Picu Gangguan Kecemasan, Bagaimana Solusinya?

Data menyebutkan mereka yang bersikap perfeksionis lebih rentan mengalami gangguan kecemasan, bahkan meningkatkan risiko bunuh diri. 

Sikap perfeksionis mencerminkan seseorang yang terobsesi dengan kesempurnaan. Menurut American Psychological Association, ini adalah kecenderungan untuk menuntut orang lain atau diri sendiri ke suatu tingkat kinerja yang sangat tinggi, atau bahkan sempurna, melebihi apa yang dibutuhkan. 

Misalnya, jika ia seorang karyawan, menjadi sangat takut untuk mengecewakan bos. Sebaliknya bila ia atasan, merasa tidak ada orang yang bisa melakukannya dengan ‘benar’. 

Orang cenderung menganggap perfeksionisme sebagai tanda berprestasi tinggi. Tetapi persepsi itu tidak memperhitungkan bagaimana bisa memicu kecemasan untuk memenuhi standar yang sangat tinggi. 

“Sikap perfeksionis memiliki pola pikir: semua atau tidak sama sekali. Ini didorong oleh ketakutan akan kegagalan,” kata Elizabeth Lombardo, PhD, penulis Better Than Perfect: 7 Strategies to Crush Your Inner Critic and Create a Life You Love.

“Mereka juga memiliki harga diri yang bersyarat. Mereka berpikir: Saya menjadi orang baik jika bisa mencapai hal-hal ini.” 

Karena tidak mungkin mengejar kesempurnaan sejati, individu dengan sikap perfeksionis kerap kali “terjatuh di lubang gelap”.  

Perfeksionis, gangguan kecemasan dan bunuh diri

Dalam Clinical Psychology Review dijelaskan perfeksionisme meningkatkan terjadinya gangguan kecemasan, termasuk kecamasan umum (GAD), kecemasan sosial, panik dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). 

Riset tahun 2021 – diterbitkan di Cognitive Behaviour Therapy – meminta 356 penderita kecemasan atau gangguan terkait kecemasan untuk mengisi kuisioner tentang pemikiran perfeksionisme mereka. 

Isi kuisioner termasuk: “Saya harus menjadi yang terbaik”, “Tidak peduli berapa banyak saya lakukan, itu tidak pernah cukup” dan “Pekerjaanku seharusnya sempurna”.  

Secara umum peneliti menemukan mereka dengan pola pikir perfeksionis yang lebih sering cenderung melaporkan gejala GAD dan PTSD parah. 

Penelitian lainnya menyebutkan sikap perfeksionis juga termasuk faktor pemicu bunuh diri. “Individu perfeksionis tidak hanya bergelut dengan tekanan untuk menjadi sempurna, tetapi mereka juga menghadapi risiko kematian yang lebih tinggi akibat bunuh diri,” tulis analisa di Review of General Psychology.

Apa yang harus dilakukan?

Jadi apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu orang lain dengan sikap perfeksionis, atau mungkin Anda sendiri yang mengalaminya? 

Melansir Health.com, ada empat hal yang sebaiknya Anda lakukan:

1. Jangan katakan, ‘Itu tidak harus sempuna’

Alih-alihnya mengatakan: ‘Itu tidak harus sempurna’, tonjolkan kekuatan mereka dan apa yang Anda sukai dari mereka, Lombardo menyarankan. 

“Misalnya saudara Anda yang perfeksionis sedang bergumul dengan kekacauan pekerjaan, ungkapkan betapa Anda bangga padanya apapun yang terjadi, daripada menyuruhnya berhenti mengharapkan kesempurnaan.”

2. Buang kata ‘Harus’

Individu perfeksionis kerap kali terobsesi dengan kata “harus”. Jika menemukan diri Anda berfokus pada hal-hal yang “seharusnya”, cobalah “membingkai” ulang masalahnya (melihat dari sudut pandang lain). 

3. Temukan solusi yang bisa ditarapkan  

Ketakutan akan kegagalan adalah masalah umum yang mendasari sikap perfeksionis. Bahkan ada pikiran: “Jika tidak bisa melakukannya dengan sempurna, kenapa harus dilakukan?” 

Misalnya, seorang teman mungkin berkata, “Saya mencoba pergi ke gym, tetapi saya tidak pernah punya waktu, jadi saya tidak bisa berolahraga.” Bantu mereka dengan menawarkan solusi jalan tengah. Misalnya, “Mungkin tidak bisa olahraga satu jam penuh, tetapi Anda dapat mencuri waktu di antara jam rapat atau di sela-sela makan siang. Atau tracking outdoor di akhir pekan.” 

4. Mencari bantuan medis

Bantuan medis diperlukan jika gangguan kecemasan menimbulkan pikiran untuk bunuh diri. Anda bisa berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. (jie)