radang usus meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular

Radang Usus Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular, Ini Penjelasannya

Penyakit di saluran cerna bisa berdampak pada banyak hal, mulai dari imunitas (80% sistem imun dibentuk di usus) hingga otak (gut brain axis). Tak terkecuali, radang usus ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. 

Radang usus (inflammatory bowel disease/IBD), utamanya penyakit kolitis ulseratif (UC), hingga saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. Satu atau kombinasi beberapa faktor, memicu sistem imun tubuh memroduksi reaksi radang di saluran cerna yang berlanjut tanpa kontrol. 

Akibatnya, dinding usus rusak dan terjadi nyeri perut dan diare berdarah. Faktor infeksi, imunologis dan psikologis, ikut berpengaruh pada terjadinya IBD. Juga faktor genetik.

Pada radang usus karena penyakit UC terjadi luka (ulkus) di area usus besar. Sebagai informasi, penyakit Crohn (CD) adalah jenis radang usus lainnya, di mana muncul benjolan di sepanjang saluran cerna, dari atas hingga bawah.    

Terkait penyakit UC, diperkirakan dialami oleh 200 dari tiap 100.000 penduduk Amerika Serikat – data di Indonesia belum tersedia. Penyakit radang usus ini bersifat kambuhan. 

Pasien UC tidak hanya harus berhadapan dengan gangguan pencernaan, tetapi mereka juga punya risiko lebih tinggi penyakit kardiovaskular (serangan jantung dan stroke). 

Risiko ini tetap ada meskipun pasien UC cenderung memiliki kadar kolesterol lebih rendah daripada pasien yang “secara tradisional” dianggap berisiko terkena penyakit kardiovaskular.

Penelitian Jasmin Sleutjes, dkk, di European Journal of Preventive Cardiology, menemukan bahwa selama ini faktor risiko kardiovaskular pasien radang usus (IBD) sering diremehkan karena tidak adanya hal-hal seperti kolesterol tinggi. 

“Pasien IBD menunjukkan kadar kolesterol total, HDL (kolesterol baik), LDL (kolesterol jahat) yang lebih rendah, dibanding populasi umum,” terang Dr. Jasmin, melansir Webmd. 

“Pengamatan ini lebih jelas terlihat pada pasien dengan penyakit aktif. Ini disebut sebagai ‘paradoks lipid’ – hubungan terbalik antara kadar lipid (kolesterol) dan peradangan.”

Studi ini melibatkan 235 penderita radang usus (56% wanita, rerata usia 59 tahun) yang dicocokkan dengan kelompok kontrol (829 orang non IBD). 

Dalam penelitian lain di The American Journal of Medicine juga dijelaskan bila pasien radang usus mengalami peningkatan risiko gagal jantung, walau sebabnya belum jelas. “Paradoks lipid bisa menjadi alasannya,” ujar Chayakrit Krittanawong, MD, salah satu penulis studi itu. 

Kadar kolesterol yang lebih rendah tidak secara langsung disebabkan oleh penyakit UC. Melainkan, alasan di balik penderita radang usus kerap kali tidak memiliki kolesterol tinggi berhubungan dengan betapa melemahkannya kondisi tersebut. 

Penderita radang usus bisa mengalami nyeri perut bawah dan kram, diare/BAB berdarah, mulas tak tertahankan, demam, hilang nafsu makan, berat badan (BB) turun, serta anemia akibat perdarahan. Gejalanya sering kombinasi. 

“Pasien kolitis ulseratif aktif dapat mengalami penurunan berat badan karena membatasi asupan makan mereka akibat gejala usus, dan ini nantinya bisa menurunkan kadar kolesterol,” terang profesor David T. Rubin, MD, ketua dari Crohn’s & Colitis Foundation National Scientific Advisory Committee, di Amerika Serikat. 

Kenapa radang usus meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular?

Studi lain di jurnal Cellular and Molecular Gastroenterology and Hepatology menyebutkan pasien IBD memiliki lebih sedikit sel-sel antimikroba yang melindungi tubuh dari bakteri E.coli

Suatu bentuk bakteri E.coli yang disebut adherent-invasive (AIEC) bisa meningkatkan perburukan peradangan pada pasien IBD. 

Selama periode kambuh, pasien IBD memiliki tiga kali risiko pembekuan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Hal ini diduga karena peningkatan peradangan saat gejala radang usus muncul. 

Radang usus meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular ini, “kemungkinan besar terkait dengan beban inflamasi (peradangan) kronis pasien, yang juga berperan dalam perkembangan bartahap aterosklerosis (penyumbatan plak pembuluh darah koroner),” pungkas Dr. Jasmin. (jie)

Baca juga: IBD Berkaitan dengan Mikrobiota Usus, Seperti Apa Peranan Probiotik?