gizi pasien stroke dan pasca serangan jantung

Pola Makan Pasca Stroke dan Pasca Serangan Jantung – Bagaimana Peranan Probiotik?

Stroke dan serangan jantung menduduki peringkat 1 dan 2 penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Sekalipun tidak menyebabkan kematian, kesakitan (morbiditas) yang ditimbulkan kedua penyakit ini cukup berat. Mereka yang pernah mengalami stroke ataupun serangan jantung, membutuhkan pola makan khusus.

Dietisien ataupun nutrisionis berperan besar dalam mengedukasi pasien maupun keluarganya mengenai pola makan dan cara pemberian makan yang dianjurkan, sesuai dengan kondisi pasien saat pulang dari RS. Ini adalah hal yang penting, karena tak jarang, keluarga pasien bingung, makanan seperti apa yang boleh ataupun dianjurkan bagi pasien.

Pola Makan Pasca Stroke

Sekitar 40% pasien stroke berisiko mengalami malnutrisi. Faktor pemicunya beragam. Misalnya saja pemberian makan lewat selang (tube feeding), kehilangan nafsu makan, dan kesulitan menelan (disfagia). Faktor lain misalnya pasien tidak punya pekerjaan, sehingga tidak punya uang untuk membeli makanan. “Atau mereka menggunakan kursi roda, sehingga pemberian makan bergantung pada keluarga atau care giver,” ungkap Yesi Herwati, S.Gz, M.Kes, RD dari RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung.

Malnutrisi pada pasien pasca sroke meningkatkan mortalitas, komplikasi, dan prognosis fungsional yang buruk. “Kelaparan berkepanjangan menyebabkan hilangnya massa otot dan disfungsi otot, bahkan bisa menyebabkan perburukan gejala pernapasan,” imbuh Yesi, dalam Webinar Kesehatan Dietisien bertajuk Intervensi Gizi Pasien Stroke dan Pasca Serangan Jantung yang diselenggarakan oleh OTC Digest bekerjasama dengan PT Yakult Indonesia Persada, Sabtu (20/5/23).

Diet (pola makan) yang tepat penting bagi pasien pasca stroke. Diet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, mencegah komplikasi akibat stroke, memperbaiki kondisi pasca stroke, memperbaiki kualitas hidup, mencegah serangan berulang, serta menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

Pola makan dan cara pemberian makan tentu saja disesuaikan dengan kondisi tiap pasien, dengan mempertimbangkan pengukuran antropometri, pemeriksaan biokomia dan fisik klinis, riwayat gizi, serta latar belakang dan riwayat kesehatan pasien. “Namun secara umum, yang sering dianjurkan adalah diet Mediterania yang banyak sayur dan buah segar, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sumber lemak tak jenuh seperti minyak zaitun. Sebaliknya, minyak jenuh minimal,” tutur Yesi.

Link Sertifikat Webinar Ahli Gizi 20 Mei 2023

Bila ditelaah, masuk akal mengapa diet Mediterania bisa bermanfaat bagi pasien pasca stroke. “Sayur dan buah tinggi akan vitamin, mineral, antioksidan dan serat, yang memberikan efek protektif terhadap stroke,” ujar Yesi. Biji-bijian utuh mengandung serat dan zat gizi tertentu yang bisa menurunkan kolesterol. Ikan kaya akan PUFA dan omega-3 yang bisa menurunkan inflamasi, mengurangi plak dipembuluh darah, mencegah pembekuan darah, menurunkan trigliserida, dan meningkatkan kolesterol ‘baik’ HDL. Kacang-kacangan mengandung lemak sehat, tinggi protein, serta mengandung arginine yang menjaga kesehatan pembuluh darah. “Adapun minyak zaitun mengandung apolipoprotein untuk mencegah pembentukan lemak dan kolesterol,” tambahnya.

Pola Makan untuk Pasien Pasca Serangan Jantung

Pasien pasca serangan jantung juga membutuhkan diet khusus. “Tujuan diet yaitu memenuhi gizi yang adekuat sesuai kemampuan jantung, serta mencapai atau mempertahankan berat badan ideal,” ujar Meike Mayasari, S.Gz, MPH, dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Ia mengingatkan, faktor risiko serangan jantung ada yang tidak bisa dimodifikasi, dan ada yang tidak. “Diet atau pola makan adalah salah satu yang bisa dimodifikasi,” imbuhnya.

Jenis diet pada pasien pasca serangan jantung terdiri dari tiga tahap. Tahap 1 ketika pasien baru lepas dari kondisi serangan jantung. “Setelah puasa 6 jam, kondisi jantung masih diobservasi. Makanan bisa diberikan dalam bentuk cair jernih, cair susu, atau cair kental,” jelasnya.

Pada tahap 2 di mana keluhan nyeri dada sudah berakhir dan pasien sudah mampu mengonsumsi makanan, maka makanan bisa diberikan dalam konsistensi lunak. Yaitu makanan yang disaring atau bubur, sesuai kondisi pasien.

Tahap 3 yaitu tidak ada keluhan nyeri dada, masih dalam pengobatan, dan mampu konsumsi makanan. “Bentuk makanan yang bisa diberikan yaitu lunak sampai padat, misalnya tim atau nasi, sesuai kondisi pasien,” terang Meike.

Lalu, seperti apa diet yang dianjurkan untuk pasien pasca serangan jantung? Giorgio Karam, dkk (2023) melakukan systematic review yang membandingkan beberapa diet, di antaranya diet rendah/sangat rendah lemak, kombinasi rendah lemak dan rendah garam, diet Mediteranian, dan Ornish. “Hasilnya, ditemukan bahwa program diet seperti diet Mediteranian dan rendah lemak menurunkan mortalitas dan serangan jantung non fatal pada pasien dengan peningkatan risiko kardiovaskular,” ujar Meike. Studi ini melibatkan >35.000 partisipan.

Diet DASH juga ditengarai bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung. Pada dasarnya, prinsip diet tetap sejalan dengan prinsip gizi seimbang, yaitu mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral). Yang perlu diperhatikan selain porsi, yaitu jenis dari tiap sumber pangan.

Diet Mediteranian banyak mengonsumsi biji-bijian. Ini bisa menjadi sumber karbohidrat yang lebih sehat daripada nasi putih dan makanan berbahan dasar tepung putih. Misalnya nasi merah, sorgum, roti gandum, dan oat.

Sebagai sumber protein bisa diutamakan ikan. “Selain itu juga telur, ayam tanpa kulit, serta kacang-kacangan seperti lentil dan kacang merah. Daging merah lebih jarang, dan daging olahan dihindari,” tutur Meike.

Lemak diutamakan lemak sehat yaitu lemak tak jenuh tunggal maupun ganda, seperti zaitun, alpukat, kacang pohon (almond, mete, dan lain-lain), biji-bijian seperti kuaci, serta minyak yang terbuat dari bahan-bahan tersebut. “Jangan lupa batasi gula dan garam. Gunakan bumbu untuk menambah rasa, bukan garam,” tegas Meike.

Ia juga mengingatkan pentingnya membaca label makanan dengan teliti. “Juga berolahraga secara rutin dan teratur. Berolahraga 150 menit per minggu membantu mengoptimalkan keseimbangan energi,” ujarnya. Yang dianjurkan adalah olahraga dengan intensitas ringan-sedang dan bersifat aerobik, seperti berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang.

Peranan Probiotik

Usus kita dihuni oleh >100 trilyun bakteri. “Sepertiga feses kita adalah bakteri, bahkan 1-2 kg berat badan kita  terdiri dari bakteri,” ungkap Ni Putu Desy Aryantini, S.KM., M.AFH., Ph.D dari PR Science PT Yakult Indonesia Persada. Keseimbangan mikrobiota usus turut memengaruhi kesehatan kita. Sebaliknya bila terjadi disbiosis atau ketidakseimbangan mikrobiota usus, kesehatan kita pun ikut terganggu.

Disbiosis turut berperan dalam faktor-faktor risiko stroke dan serangan jantung. Misalnya saja obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain. “Penelitian menemukan bahwa komposisi mikrobiota orang obes berbeda dengan orang yang tidak obes. Pada orang obes, ususnya cenderung didominasi oleh bakteri jahat, dan keragaman bakteri usus pun berkurang dibandingkan orang pada umumnya,” papar Desy.

Salah satu cara memelihara keseimbangan mikrobiota usus adalah dengan konsumsi probiotik secara rutin dan kontinyu. “Probiotik mungkin tidak secara langsung mencegah stroke dan serangan jantung, namun mampu mengurangi faktor-faktor risiko untuk kedua penyakit tadi,” ujarnya. Beberapa penelitian yang mendalami peranan probiotik terhadap obesitas, diabetes mellitus, hipertensi dan kolesterol juga sudah banyak dipublikasikan. Secara umum, probiotik mengembalikan keseimbangan mikrobiota usus, di mana proporsi bakteri bermanfaat lebih banyak daripada yang merugikan. “Dengan demikian, permeabilitas usus terjaga sehingga tidak terjadi ‘kebocoran’ usus,” jelas Desy.

Pada kondisi usus bocor (leaky gut), bakteri dan zat lain seperti lipopolisakarida bisa masuk dari usus ke aliran darah, dan menimbulkan peradangan. Peradangan ini bisa memicu munculnya berbagai penyakit, termasuk di antaranya diabetes dan aterosklerosis. “Penelitian oleh Junko Sato, dkk (2017) menemukan bahwa konsumsi L. casei Shirota strain pada pasien diabetes mengurangi translokasi bakteri di usus ke pembuluh darah,” ujar Desy.

Sebuah studi dilaporkan oleh Hulston, dkk (2015), konsumsi minuman mengandung L. casei Shirota strain selama 4 minggu memberikan manfaat baik terhadap berat badan dan sensitivitas insulin. Disisi lain, Aoyagi, dkk (2017) juga melaporkan hasil studi bahwa konsumsi susu fermentasi yang mengandung bakteri, salah satunya L. casei Shirota strain minimal 3 kali dalam seminggu memiliki risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan yang frequensi konsumsinya lebih rendah.

Secara umum, masih banyak manfaat baik probiotik lainnya. Paling tidak, aktivitas probiotik dapat meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek (SCFA) yang dapat menutrisi sel-sel epitel usus. Probiotik mampu menekan kolonisasi bakteri berbahaya dengan cara menurunkan pH usus menjadi lebih asam dan tidak kondusif bagi pertumbuhan bakteir berbahaya, serta menghasilkan zat-zat antimikroorganisme.

Menurut studi, diperlukan konsumsi rutin L. casei Shirota strain 1 botol setiap hari, untuk mendapatkan manfaat yang optimal. (nid)

____________________________________________________

Ilustrasi: https://www.freepik.com/free-photo/male-having-heart-attack-sofa_2088042...