perawatan topikan mengatasi hiperpigmentasi kulit

Perawatan Topikal Untuk Mengatasi Hiperpigmentasi Kulit

Bercak kehitaman di dagu/pelipis, bintik kecoklatan di lengan dan wajah, atau bercak kecoklatan bekas luka, bisa sangat mengganggu penampilan. Ini disebut hiperpigmentasi. Mengatasi hiperpigmentasi kulit tidak cukup dengan satu obat, melainkan kombinasi beberapa cara.

Hiperpigmentasi kulit secara medis tidak berbahaya. Merupakan suatu kondisi munculnya bercak gelap di kulit. Terjadi karena tubuh memproduksi zat melanin - pigmen alami tubuh yang memberi warna kulit – secara berlebihan.

Walau tidak berbahaya, riset G. Dabas, dkk, tahun 2019 menjelaskan individu dengan kelainan pigmentasi, termasuk melasma, memiliki prevalensi kondisi psikologis yang tinggi termasuk kecemasan dan depresi.

Hiperpigmentasi kulit disebabkan oleh banyak faktor, termasuk paparan sinar matahari, penuaan kulit, peradangan kulit, hingga penggunaan obat-obatan seperti pil KB, kemoterapi, dll. Bisa juga efek dari kehamilan, kondisi hemokromatosis (kadar zat besi berlebih) dan penyakit Addison.

Paparan sinar matahari yang terlalu sering dan berulang-ulang bisa membuat kulit kusam, berbercak dan keriput. Sinar matahari mengandung ultraviolet (UV) A dan B. UVA bisa merusak kolagen dan elastin sehingga merusak kekenyalan kulit, UVB bisa menyebabkan hiperpigmentasi.

Sel kulit yang disebut melanosit memproduksi melanin untuk melindungi kulit dari radiasi UV. Masyarakat daerah tropis lebih mudah mengalami hiperpigmentasi, karena memiliki lebih banyak melanin, untuk melindungi dari paparan sinar matahari berlimpah. Di satu sisi ini menguntungkan karena kulit lebih terlindungi dari ancaman kanker kulit. Di sisi lain, kulit lebih berisiko mengalami hiperpigmentasi.

 

Jenis dan siapa yang bersiko mengalami hiperpigmentasi?

Melasma (kloasma atau ‘topeng kehamilan’) adalah salah satu jenis hiperpigmentasi yang ditandai dengan munculnya bercak hitam di dagu, dahi, hidung, pelipis atau pipi (di satu atau kedua sisi).

Melasma muncul di bagian tubuh yang kerap terpapar sinar UV. Sehingga selain di wajah, bisa juga muncul di bagian tubuh lain, seperti lengan. American Academy of Dermatology Association menjelaskan, seperti namanya ‘topeng kehamilan’, melasma lebih kerap timbul pada perempuan, ibu hamil atau yang mengonsumsi pil kontrasepsi.

Jenis hiperpigmentasi lain adalah lentigo (sunspots atau liver spot). Bebentuk bintik bulat hitam atau kecokelatan di wajah, lengan atau punggung tangan. Bintik-bintik tidak beraturan berukuran sekitar 0,2-2 cm.

Lentigo bisa disebabkan oleh paparan sinar matahari (solar lentigo) atau kelainan bawaan (nonsolar lentigo), misalnya akibat sindrom Peutz-Jeghers. Lentigo lebih banyak dialami oleh orang paruh baya dan lansia, atau mereka yang terus-menerus terpapar sinar UV.

Luka atau cedera kulit bisa menyebabkan reaksi peradangan yang berujung munculnya bercak hitam/kecoklatan. Ini disebut post-infammatory hyperpigmentasi.

Flek hitam bisa karena bekas luka bakar, reaksi alergi, efek samping obat atau bekas jerawat & eksim. Selain itu, bisa terjadi pada mereka yang pernah melakukan prosedur perawatan kult dengan laser atau mikrodermabrasi.

 

Perawatan topikal untuk mengatasi hiperpigmentasi kulit

Hiperpigmentasi kulit sering tidak memerlukan pengobatan sama sekali. Namun bagi mereka yang ingin menghapusnya, ada beberapa perawatan/pengobatan yang sudah terbukti klinis. 

Obat topikal (oles) hidrokuinon biasanya diresepkan untuk membantu mencerahkan kulit. Namun, Indian Journal of Dermatology menjelaskan penggunaan hidrokuinon jangka panjang (tanpa jeda) justru berisiko menggelapkan kulit (dikenal dengan ochronosis).

Salah satu ‘senjata’ utama yang aman untuk mengatasi hiperpigmentasi kulit adalah niacinamide/nicotinamide. Ia adalah bentuk lain dari vitamin B3, yang juga adalah zat antioksidan. Ia akan mengurangi efek radang, sehingga menenangkan kulit. Juga memiliki efek mencerahkan (menghambat transfer melanin).

T. Hakozaki, et al, di British Journal of Dermatology menjelaskan bahwa niacinamide signifikan mengurangi hiperpigmentasi dan mencerahkan kulit setelah pemakaian 4 minggu. Niaciamide membantu membangun keratin, protein yang menjaga kulit tetap kencang dan sehat.

Selanjutnya, serum/krim vitamin C juga merupakan salah satu terapi hiperpigmentasi yang direkomendasikan. Ini berkaitan dengan sifat vitamin C sebagai antioksidan kuat yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan kulit akibat UV dan penuaan.

Ia efektif menurunkan sintesis melanin, serta berperan dalam pembentukan sawar kulit dan kolagen.

Meta-analisa di Journal of Oral and Maxillofacial Pathology menyimpulkan vitamin C (asam askorbat) menghambat sintesis melanin melalui penyesuaian aktivitas enzim tyrosinase. Vitamin C digunakan sebagai salah satu pengobatan hiperpigmentasi kulit. Juga digunakan untuk pengobatan hiperpigmentasi melanin di gusi.

Beberapa salep/krim/serum menambahkan zat alami, salah satunya ekstrak tanaman Pancratium maritimum (Sea Daffodil, sea lily). Ekstrak tanaman ini terbukti mengatasi bintik hitam, menghambat aktivitas melanosit, sintesis melanin dan transfer melanin.

Penelitian Pierre-Yves Morvan membuktikan pada kondisi tidak terstimulasi, ekstrak Pancratium maritimum (PME) 0,33% signifikan menghambat sintesis melanin hingga 29%. Sedangkan dalam kondisi terstimulasi, ekstrak PME 0,165% dan 0,33% signifikan menghambat sintesis melanin, masing-masing 32% dan 65%. Peneliti menyimpulkan PME bekerja secara bersamaan di jalur saraf dan jalur seluler, memberikan solusi yang efektif untuk pengobatan hiperpigmentasi.

Pengobatan dan mengatasi hiperpigmentasi kulit lebih efektif jika dilakukan secara menyeluruh (komplit), dimulai dari pemberian serum, cleanser (pembersih), masker wajah, krim malam hingga tabir surya. (jie)    

______________________________________

Ilustrasi: Freepik