coco lee bunuh diri akibat depresi

Penyanyi Coco Lee Bunuh Diri Akibat Depresi, Gunakan “Rule of Three” Untuk Atasi Kecemasan

Penyanyi Coco Lee meninggal bunuh diri, setelah sebelumnya berjuang melawan depresi. Ia berusia 48 tahun. 

Penyanyi, penulis lagu yang juga pengisi suara Fa Mulan dalam versi Mandarin dari Disney’s Mulan ini telah mengalami depresi selama beberapa tahun, kata kakak perempuannya, Carol dan Nancy Lee dalam penyataan yang diposting di Instagram dan Facebook. Kondisinya memburuk drastis selama beberapa bulan terakhir. 

“Meskipun Coco mencari bantuan profesional dan melakukan yang terbaik untuk melawan depresi, sayangnya iblis dalam dirinya mengambil yang lebih baik darinya,” bunyi pernyataan itu. 

Coco Lee mencoba bunuh diri di rumah selama akhir pekan dan dibawa ke rumah sakit, terang saudara perempuannya. Mereka mengatakan dia sempat koma dan meninggal pada Rabu (5/7/2023). 

Lee, lahir di Hong Kong, kemudian pindah ke AS, di mana ia bersekolah sejak SMP dan SMA. Ia  memiliki karir yang sukses di Asia sebagai penyanyi pop pada 1990 hingga 2000-an. 

Ia menjadi orang Tionghoa Amerika pertama yang tampil di ajang Oscar, menyanyikan A Love Before Time, lagu tema dari film Crouching Tiger, Hidden Dragon. Dan pada tahun 2002 menjadi brand ambassador Chanel keturunan China pertama untuk Asia. 

“Coco juga dikenal telah bekerja tanpa lelah untuk membuka dunia baru bagi penyanyi China di kancah musik internasional,” kata saudara perempuannya di postingan mereka.

Cegah depresi sebelum terlambat dengan “Rule of Three”

Kejadian Coco Lee bunuh diri akibat depresi menggambarkan bagaimana gangguan mental ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Masih banyak orang yang menganggap penderita depresi sebagai orang yang ‘lemah’ mental. 

Sebelum memasuki kondisi depresi biasanya didahului oleh fase ansietas (kecemasan). The American Psychological Association (APA) menggambarkan kecemasan sebagai “emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah”. 

Orang dengan gangguan kecemasan biasanya memiliki pikiran atau kekhawatiran mengganggu yang berulang. Mereka bisa merasakan gejala fisik seperti tangan yang gemetar, jantung bedebar kencang, keringat dingin, pusing, hingga merasa “dunia” akan lepas kendali kapan saja. 

“The rule of three” merupakan salah satu strategi untuk mengatasi gangguan kecemasan yang direkomendasikan terapis. 

Melansir Health.com, saat Anda merasa stres atau cemas, disarankan hanya membiarkan diri mencurahkan energi untuk mengkhawatirkan tiga hal dalam suatu waktu tertentu. 

Visualkan pohon dengan tiga cabang di atasnya. Ini mewakili satu kekhawatiran untuk setiap cabang. Setelah setiap cabang ini penuh – diisi oleh kecemasan – tidak ada kecemasan tambahan yang boleh mengambil alih ruang mental Anda.

Misalnya, Anda boleh cemas terhadap deadline pekerjaan, di satu cabang. Kemudian jika Anda memikirkan tentang satu minggu kerja yang penuh tekanan, itu adalah cabang kedua. Setelah itu, Anda hanya boleh panik tentang satu hal lagi. 

Jika cabang pohon Anda sudah penuh ketika terjebak macet dan berisiko terlambat untuk rapat penting, Anda harus meninggalkan salah satu cabang lain, atau memilih untuk tidak mengkhawatirkan situasi saat ini. 

Strategi sederhana

“The rule of three” walau tampak sederhana, ia efektif membantu mengatasi kecemasan berlebihan. Anda “dipaksa” untuk mempersempit kekhawatiran setiap hari menjadi beberapa yang layak untuk mendapat perhatian ekstra. 

Strategi ini membantu memikirkan ketakutan Anda secara langsung, dan melihat jelas bila beberapa masalah lainnya memiliki solusi yang bisa ditindaklanjuti nanti, sementara masalah lain benar-benar di luar kendali Anda. 

Mengatasi gangguan kecemasan yang muncul juga adalah strategi mencegahnya berkembang menjadi masalah yang lebih berat: depresi dan dorongan bunuh diri. (jie)