Pentingnya Memonitor Tekanan Darah Sendiri | OTC Digest
mengukur_tensi_sendiri

Pentingnya Memonitor Tekanan Darah Sendiri

“Tekanan darah adalah gelombang; kumpulan angka,” ujar dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH). Artinya, tekanan darah atau tensi kita berfluktuasi dari waktu ke waktu, yang disebut variabilitas tekanan darah. Hal ini terungkap dalam diskusi yang diselenggarakan PT Omron Healthcare Indonesia dan InaSH di Jakarta, Selasa (07/08/2018).

Untuk diagnosis, awalnya dokter akan memeriksa tensi di tangan kanan dan kiri. Pengukuran pada tiap sisi dilakukan 3 kali, dengan jeda 1-5 menit antara pengukuran. Ini untuk memastikan bahwa saat diperiksa, kita sudah dalam kondisi rileks. Juga untuk mengonfirmasi hasil pengukuran sebelumnya. Semua hasil pengukuran kemudian dirata-rata, dan didapatkanlah hasil akhir; inilah diagnosis tensi kita.

Tekanan darah disebut tinggi bila angkanya >140 mmHg (sistolik) dan >90 mmHg untuk diastolik. Hipertensi tak boleh dianggap sepele karena bisa menimbulkan komplikasi berat seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal.

Pada orang yang sudah diketahui memiliki hipertensi (tekanan darah tinggi), sangat dianjurkan untuk memeriksa sendiri tekanan darahnya di rumah. Ini penting untuk menilai efektivitas obat, maupun untuk memonitor tensi. Selain itu juga untuk memastikan diagnosis hipertensi, bukan 'sekadar' white collar hypertension atau tensi yang tinggi saat diperiksa dokter, dan normal saat periksa sendiri di rumah.

Baca juga: Mengukur Tensi Sendiri, Perhatikan 7 Hal Ini

Efek obat baru mulai bekerja dalam 1-2 minggu. Untuk itu, beri waktu 1-2 minggu untuk kembali mengukur tensi di rumah. “Tidak perlu memeriksa (tensi) setiap hari. Membandingkan hasil pengukuran itu yang lebih berarti,” tegas dr. Tunggul. Lakukanlah pemeriksaan di satu sisi tangan saja tiap kali mengukur tensi.

Perhatikan pula waktunya. Disarankan mengukur pada jam yang sama tiap kali mengukur tensi. “Di rumah, dianjurkan periksa dua kali dalam sehari. Yakni saat bangun tidur sebelum beraktivitas, dan malam hari sebelum tidur dalam kondisi rileks,” tutur dr. Bambang Widyantoro, Sp.JP, Ph.D, Ketua Panita “May Measurement Month” 2017 dan 2018.

Pengukuran di pagi hari penting, untuk melihat apakah ada kecenderungan morning surge atau tensi tinggi di pagi hari. Orang dengan morning surge lebih rentan mengalami stroke dan serangan jantung. Bila variabilitas tensi sangat luas (sangat fluktuatif), sebaiknya ukur tensi lebih sering: pagi, siang, dan malam.

Jangan lupa, catat tanggal dan jam Anda memeriksa tensi, beserta hasil pengukuran dalam buku catatan. “Bawalah buku ini tiap kali kontrol ke dokter,” tegas dr. Bambang. Dengan ini, dokter bisa menilai apakah obat yang diberikan sudah menampakkan hasil yang diharapkan, ataukah perlu disesuaikan lagi. Catatan ini juga penting agar dokter bisa melihat pola tensi kita. Ia mengingatkan, tetap harus kontrol ke dokter satu kali sebulan.

Pastikan bahwa alat pengukur tensi memiliki akurasi yang sangat baik. yang disarankan adalah yang dipasang di lengan, bukan di pergelangan tangan apalagi di jari. Alat juga harus divalidasi dan dikalibrasi minimal 1x setahun. (nid)