manfaat vitamin d untuk kesehatan tubuh

Manfaat Vitamin D untuk Seluruh Tubuh – Penuhi Kebutuhannya Setiap Hari

Dulu, vitamin D identik dengan metabolisme kalsium, kesehatan dan pertumbuhan tulang, serta pencegahan penyakit Ricketsia. Inilah fungsi klasik vitamin D yang telah lama dikenal. Ternyata, manfaat vitamin D jauh lebih besar lagi. “Reseptor vitamin D ada di hampir semua organ tubuh kita. Artinya, vitamin D dibutuhkan oleh seluruh tubuh,” ungkap Prof. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM, Guru Besar FK Universitas Indonesia.

Kini telah ditemukan bahwa vitamin D bermanfaat untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh. “Di antaranya mendukung imunitas, menurunkan risiko autoimun dan keparahannya, metabolisme seluler, hingga regulasi sitokin baik proinflamasi maupun antiinflamasi,” papar Prof. Iris, dalam webinar kefarmasian bertajuk Penuhi Asupan Vitamin D di Kehidupan Sehari-hari yang diselenggarakan OTC Digest dan PT Imedco Djaja, Sabtu (5/8/2023).

Prof. Iris melanjutkan, kekurangan vitamin D berisiko memunculkan terjadinya berbagai penyakit. “Termasuk di antaranya: penyakit kardiovaskular, neuropsikiatrik seperti autism dan ADHD, dan diduga juga kanker,” terangnya.

 

Defisiensi Vitamin D di Indonesia

Vitamin D utamanya diproduksi secara endogen, yaitu melalui paparan sinar matahari UVB di kulit. Ironisnya, angka defisiensi vitamin D di Indonesia terbilang tinggi, meski kita tinggal di negara tropis dengan sinar matahari melimpah sepanjang tahun. “Berdasarkan berbagai studi, prevalensi defisiensi vitamin D di Indonesia diperkirakan mencapai 60 – 90%,” ujar Prof. Iris.

Gawatnya lagi, defisiensi vitamin D terjadi pada berbagai kelompok usia. Yang tertinggi yaitu pada anak usia 2 – 12 tahun, dengan angka 94%. Padahal, vitamin D sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tulang mereka.

Pada perempuan usia 18 – 40 tahun prevalensinya 63%, ibu hamil 61,25%, dan orang lanjut usia (lansia) 78%. “Pemicunya antara lain penggunaan sunblock yang berlebihan, dan pola hidup sehari-hari yang menghabiskan sebagian besar waktu di dalam ruangan,” jelas Prof. Iris.

Vitamin D disebut optimal bila kadarnya dalam darah mencapai >50 ng/ml. “Bila <30 ng/ml disebut insufisiensi, dan bila <20 ng/ml disebut defisiensi,” ujar Prof. Iris. Potensi toksis bisa terjadi bila kadar vitamin D terlalu tinggi, hingga >100 ng/ml.

 

Mencukupi Kebutuhan Vitamin D

Di kulit kita terdapat 7-dehydrocholesterol, yang akan disintesis menjadi provitamin D3 ketika kulit terpapar sinar matahari UVB. Provitamin D3 kemudian diubah menjadi cholecalciferol, untuk diubah menjadi calcidiol di hati, bersama dengan vitamin D dari makanan. “Calcidiol atau 25(OH)D adalah bentuk vitain D yang tidak aktif. Ia beredar dalam darah, dan digunakan untuk mengukur status vitamin D kita. Calcidiol kemudian dibawa ke ginjal, dan diubah menjadi calcitriol. Inilah bentuk vitamin D yang aktif,” papar Prof. Iris.

Selain sumber endogen, vitamin D juga berasal dari makanan. Misalnya susu dan produk susu, kuning telur, tofu, jamur, dan ikan laut. Namun sayangnya, penyerapan vitamin D dari makanan sangat rendah, hanya sekitar 20%.

Sertifikat Webinar Kefarmasian 5 Agustus 2023 (Mohon segera diunduh)

Suplementasi vitamin D dibutuhkan untuk meningkatkan kadar vitamin D hingga berada dalam kisaran optimal. Idealnya memang, kadar vitamin D diperiksa dulu untuk menentukan status vitamin D, sebelum mengonsumsi suplemen.

Kebutuhan vitamin D berbeda pada tiap orang, dipengaruhi oleh usia dan kondisi kesehatan. Di usia 0 – 1 tahun, kebutuhannya 400 – 1.000 IU untuk pemeliharaan, dan 2000 IU untuk meningkatkan kadar vitamin D yang rendah hingga ke angka optimal. Usia 1 – 18 membutuhkan 600 – 1.000 IU dan 2.000 IU untuk mencapai kadar optimal. Pada usia >18 tahun, kebutuhan harian yaitu 1.500 – 2.000 IU, dan 10.000 IU untuk mencapai kadar optimal. Adapun pada orang obes, malabsortif, dan memiliki penyakit tertentu yang membutuhkan asupan vitamin D lebih banyak, kebutuhan hariannya 4.000 – 6.000 IU, dengan batas maksimal 10.000 IU.

“Prinsipnya, mencapai dosis optimal 50 ng/ml dengan dosis besar, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1.000 – 2.000 IU per hari secara umum,” tandas Prof. Iris. Ia melanjutkan, dosis harian vitamin D 400 IU hanya bisa meningkatkan kadar serum 25(OH)D sebesar 7 ng/ml, dan dosis 1.000 IU/hari meningkatkan 15 ng/ml. “Bisa dilakukan pemeriksaan tiap tiga bulan. Jika sudah stabil minimal setahun sekali,” imbuhnya.

Di pasaran, suplemen vitamin D biasanya berupa vitamin D3. Menurut Prof. Iris, vitamin D3 (cholecalciferol) terbukti nyata paling luas digunakan, aman, stabil, dan baik dalam meningkatkan biomarker serum [25(OH)D] untuk mengatasi kekurangan Vitamin D di dalam darah.

Hi-D, suplemen vitamin D yang diproduksi PT Imedco Djaja memiliki varian dosis yang lengkap. Yaitu 1.000 IU, 2.000 IU, 4.000 IU, dan 5.000 IU. “Bisa dipilih sesuai kebutuhan, apakah untuk pengobatan atau pemeliharaan. Dosis 5.000 IU membutuhkan resep dokter, sedangkan dosis yang lainnya bisa dibeli bebas,” papar Apt. Hernita, S.Si, MM, Marketing Manager PT Imedco Djaja.

Khusus untuk anak, tersedia Kid-D sirup, dengan dosis 400 IU/ml. “Kemasan Kid-D dilengkapi dengan accurate pipet dropper sehingga memudahkan orang tua untuk memberikan dosis yang tepat untuk anak. Anak usia satu tahun ke atas membutuhkan 600 IU. Dengan accurate pipet dropper tidak perlu khawatir dosisnya kurang atau kelebihan,” terang Hernita. Mengonsumsi suplemen dengan dosis yang tepat sesuai kebutuhan, memungkinkan kita mendapat manfaat vitamin D yang optimal. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: wirestock on Freepik