manfaat garlic dan fish oil untuk kardiovaskular

Manfaat Garlic dan Fish Oil untuk Kardiovaskular, dan Pentingnya Sertifikasi Halal dalam Produk Farmasi

Sekitar 45% kematian akibat penyakit tidak menular disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), utamanya penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit jantung hipertensi. Pola makan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. “Misalnya makanan tinggi lemak, gula, dan garam,” ujar Prof. Dr. apt. Maksum Radji, M.Biomed.

Di sisi lain, makanan atau bahan makanan tertentu juga bisa melindungi kesehatan jantung. Secara umum, makanan yang menyehatkan jantung meliputi pola makan dengan prinsip gizi seimbang. “Termasuk di dalamnya buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan,” lanjut Prof. Maksum, dalam Webinar Kefarmasian bertajuk Kombinasi Fish Oil dan Garlic untuk Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah dalam rangkaian Konfercab PC IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) OKU Timur Sumatera Selatan, Rabu (7/6/2023).

Menurunkan berat badan (BB) bila kegemukan, menurunkan tekanan darah dan gula darah hingga ke batas normal, mengelola stres, serta melakukan aktivitas secara rutin 2,5 jam/minggu juga merupakan bagian dalam menjaga kesehatan kardiovaskular. “Selain itu, mengonsumsi suplemen bahan alam yang bisa membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, seperti fish oil,” imbuhnya, dalam webinar yang didukung oleh Duopharma Biotech melalui produk suplemennya Naturalle.

Manfaat Fish Oil dan Garlic

Ada banyak bahan alami yang bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskular. Dua di antaranya yaitu garlic dan fish oil. Garlic atau bawang putih (Allium sativum L.) telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati bermacam penyakit. Berdasarkan studi ilmiah, ditemukan bahwa bawang putih memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Penelitian oleh Gaber El-Saber Batiha, dkk (Nutrients, 2020) melaporkan bahwa bawang putih memiliki efek antidiabetik, antihipertensi, antiinflamasi, antioksidan, hingga antisklerotik. Semua ini menjadikan bawang putih berkhasiat sebagai kardioprotektif. “Bawang putih mengandung zat aktif yang disebut allicin,” terang Prof. Maksum.

Ia melanjutkan, allicin memberikan efek antihipertensif dengan menghambat ACE (angiotensin-converting enzyme), serupa dengan obat antihipertensi ACE inhibitor. “Allicin membantu mengendorkan pembuluh darah jika terjadi peningkatan tekanan darah,” jelasnya. Adapun efek antidiabetiknya bekerja dengan mengaktivasi sekresi insulin, serta meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin.

Radikal bebas dan peradangan ditengarai turut berperan dalam terjadinya gangguan kardiovaskular. Kedua efek ini bisa ditangkal oleh bawang putih, dengan kandungan antioksidan dan antiinflamasi yang dimilikinya. “Senyawa allicin pada bawang putih juga bisa mengurangi kolesterol ‘jahat’ LDL dan mencegah terjadinya pembentukan plak di pembuluh darah atau aterosklerosis,” terang Prof. Maksum.

Bagaimana dengan fish oil atau minyak ikan? “Minyak ikan mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, yang membantu menyehatkan jantung dan pembuluh darah,” ungkap Prof. Maksum. Dalam pedoman internasional, konsumsi rutin omega-3 disarankan untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular. Penelitian oleh Jin Endo dan Makoto Arita (Journal of Cardiology, 2015) menyebutkan, omega-3 bisa mencegah aritmia (gangguan irama jantung) yang mematikan.

Efek minyak ikan sebagai sumber omega-3 tak sebatas itu. Melalui berbagai penelitian, ditemukan bahwa omega-3 bisa menurunkan kadar LDL serta meningkatkan kolesterol ‘baik’ HDL. Minyak ikan juga mampu mencegah terjadinya penumpukan trigliserida, serta mengurangi kadar trigliserida yang berlebihan. “Minyak ikan dapat digunakan untuk menghambat aterosklerosis pada pasien coroner, dan efektif dalam mencegah stroke dan gapat membantu menghindari kematian mendadak akibat henti jantung,” papar Prof. Maksum.

Kombinasi Naturalle Fish Oil & Naturalle Garlic bekerja secara sinergis menurunkan kadar kolesterol. “Juga menjaga kesehatan pembuluh darah dan menstabilkan tekanan darah sehingga membantu menurunkan risiko penyakit jantung,” ujar apt. Delila Harahap, National Sales Manager – Duopharma Biotech. Agar hasilnya optimal, tentunya harus disertai dengan pola makan sehat serta berolahraga secara rutin.

Label Halal pada Produk Farmasi

Produk farmasi halal di Indonesia terus berkembang, mengikuti perundangan dan peraturan yang berlaku. “Dasar hukumnya yaitu UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH),” jelas Prof. Ir. Sukoso, M.Sc, Ph.D, Guru Besar Bidang Kelautan dan Bioteknologi Perikanan Universitas Brawijaya.

Tujuan UU JPH yaitu memberikan perlindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang dikonsumsi dan digunakan masyarakat, terutama umat Islam. “Definisi produk dalam UU ini adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat,” paparnya.

Sertifikasi Halal kini dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), tidak lagi oleh LPPOM MUI. Berdasarkan UU No.6 Tahun 2023, MUI kini berwenang menetapkan kehalalan suatu produk melalui sidang fatwa halal. “Berdasarkan fatwa MUI, BPJPH kemudian menerbitkan sertifikat Halal,” terang Prof. Sukoso.

Perjalanan sertifikasi Halal di Indonesia cukup panjang. Bermula pada 1988, ketika Prof. Dr. Tri Susanto, M.App.Sc menemukan produk turunan dari babi seperti gelatin maupun lemak babi dalam makanan dan minuman. Untuk memecahkan masalah tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) pada 1989. Di tahun yang sama, sertifikasi Halal masih bersifat sukarela.

Baru pada 2019 sertifikasi Halal diwajibkan untuk produk makanan dan minuman, menyusul UU No. 33 Tahun 2014. “Untuk produk non makanan dan minuman baru diwajibkan pada Oktober 2021. Jadi sertifikasi Halal untuk obat dan kosmetika masih baru sekali di Indonesia,” ucap Prof. Sukoso. Ia menekankan, produk farmasi dengan sertifikat Halal tak hanya memberi jaminan halal bagi umat muslim, tapi juga jaminan keamanan dan kualitas produk yang lebih baik.

Hal senada disampaikan oleh Seri Azalina binti Mohd. Ghazalli dari Duopharma Biotech. “Sertifikat Halal meningkatkan produk farmasi ke level berikutnya,” ujarnya. Diopharma Biotech Berhard merupakan perusahaan farmasi pertama di dunia, dan yang pertama menerima sertifikasi Halal di negara asalnya, Malaysia, dari JAKIM (Department of Islamic Development Malaysia) pada 1999.

Perjalanan halal Duopharma dimulai pada 1998, ketika halal diintegrasikan dengan persyaratan CPOB untuk semua lini produksi dan proses manufaktur. “Kami memulainya dengan menggunakan gelatin yang halal untuk memproduksi soft capsule, dan hanya menggunakan alkohol dari pabrik obat,” ujar Puan Seri, begitu ia disapa.

Sebagaimana diketahui, gelatin dan alkohol adalah dua zat yang paling banyak menggunakan sumber non-halal dalam produk farmasi. Alkohol dalam produk halal haruslah yang berasal dari sintesis kimiawi dari petrokimia, dan bukan berasal dari khamr maupun pabrik yang memproduksi khamr.

Duopharma kini telah mendapatkan sertifikat Halal dari Indonesia dan Arab Saudi. “Kami berupaya untuk mendapatkan sertifikat Halal dari negara-negara lain. Salah satu yang sedang kami kejar yaitu dari Korea Selatan,” ujar Puan Seri. Sertifikat halal pada produk-produk Duopharma, termasuk Naturalle, membuat kita merasa aman dan nyaman mengonsumsinya, karena yakin bahwa produk tersebut terjamin kemananannya, serta berkualitas. (nid)

Link Sertifikat Webinar 7 Juni 2023 (Mohon segera diunduh)

___________________________________________________________

Ilustrasi: senivpetro on Freepik