Buang Air Besar Tidak Lancar, Gejala dan Penyebabnya | OTC Digest

Buang Air Besar Tidak Lancar, Gejala dan Penyebabnya

Buang air besar (BAB) tidak lancar atau sembelit banyak penyebabnya. Bila dialami dalam waktu lama disertai gejala-gejala tertentu, segera periksa ke dokter.

Buang air besar (BAB) merupakan proses alami tubuh. Di usus besar, sisa makanan dibusukkan oleh bakteri Escherichia coli menjadi feses. Di sini juga terjadi pengaturan kadar air ampas makanan. Jika kadar air ampas makanan terlalu banyak, air akan diserap oleh dinding usus besar. Dinding usus besar akan mengeluarkan air, jika ampas makanan terlalu padat. Otot berkontraksi dan mendorong feses keluar melalui rektum, bagian yang lebih dalam dari anus. Berada di rektum, feses bersifat padat karena sebagian besar air terserap saat melewati usus besar.

Sembelit terjadi ketika usus besar menyerap air berlebihan. Atau ketika kontraksi otot-otot usus besar melemah, atau sulit berkontraksi secara normal. Akibatnya, pergerakan feses di usus besar sangat lambat. “Feses jadi keras dan kering, sulit dikeluarkan,” ujar dr. H. Chudahman Manan, SpPD, KGEH.

 

Gejala dan Tanda

Buang air besar tiap individu bervariasi. Frekuensi buang air besar normal 3x sehari hingga 1x 3 hari atau lebih. Berat normal feses 100 - 200 g. Waktu transit dari mulut hingga anus, 18 - 72 jam dengan rentang waktu normal 18 - 48 jam.

Kondisi klinis sembelit antara lain jarang buang air besar, feses keras, kering dan kecil, merasa penuh di perut, susah mengeluarkan feses, nyeri saat buang air besar, perut kembung, perasaan tidak nyaman, kram perut, mual, muntah, sakit kepala dan kelelahan.

 

Banyak Penyebab

Dr. Chudahman menjelaskan, kurang serat dianggap sebagai penyebab sembelit. Penyebab lain: gaya hidup, perubahan hormonal, penggunaan obat-obatan, sampai komplikasi penyakit. Kurang mengonsumsi cairan, kurang beraktivitas, makan terlalu banyak lemak hewan (daging, telur, susu), tinggi gula, tinggi kafein, namun kurang serat dan menahan buang air besar, sering menjadi penyebab sembelit. Stres atau emosional psikologis bisa mempengaruhi saraf yang mengontrol fungsi usus, sehingga terjadi sembelit.       

Perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, hamil, penuaan dan perjalanan, juga berperan. Saat wanita haid dan hamil, level estrogen dan progesteron meningkat dan menyebabkan sembelit, tapi jarang terjadi untuk waktu lama.

Obat tertentu memiliki efek sampingnya sembelit. Antara lain obat hipertensi, antidepresan, antiinflamasi non steroid/NSAID, zat besi, antidiare, antinyeri narkotika, dan antasida yang mengandung alumunium.

Sembelit bisa menjadi penanda penyakit lain. Gangguan metabolik (dehidrasi, diabetes, hiperkalsemia, hipokalemia, uremia, hipotiroid), gangguan neurologis (tumor otak, gangguan pada tulang belakang, infiltrasi serabut saraf), gangguan kolorektal (penyempitan/penyumbatan usus, massa tumor di rongga panggul, fibrosis akibat radiasi, nyeri pada dubur), adalah penyakit yang pada banyak studi menjadi penyebab sembelit.

Pada kasus langka, sembelit dapat menjadi tanda tubuh mengalami kondisi medis yang serius. Misal kanker usus besar, gangguan hormon atau gangguan pada autoimun. Pada anak, konstipasi dapat mengindikasikan hilangnya sel syaraf bawaan sejak lahir.