Ada beberapa pilihan terapi untuk keloid. Sayangnya belum ada yang benar-benar poten. Tidak ada terapi tunggal yang terbaik; biasanya perlu kombinasi dua atau lebih terapi. Terapi mana yang cocok, perlu dilihat lokasi keloid, ukuran dan kedalaman lesi/bekas luka, serta kondisi pasien misalnya usia. Terapi keloid antara lain dengan injeksi kortikosteroid, terapi kompresi (penekanan) , pembedahan (operasi) dan penggunaan silikon.
Injeksi kortikosteroid merupakan perawatan utama. Zat ini bekerja dengan mengurangi sintesa kolagen dan respon peradangan. Beberapa dokter membatasi penggunaan injeksi kortikosteroid, khusus untuk keloid berukuran kecil. “Tanpa diapa-apakan keloid nyeri. Apalagi disuntik,” ujar dr. Rachel Djuanda, Sp.KK dari RSU Bunda, Jakarta. Untuk mengurangi rasa sakit, kulit bisa didinginkan dengan es batu, tapi gentian obatnya yang menimbulkan perih. Bila dilakukan pada keloid yang luas, pasien akan menderita.
Injeksi bisa dilakukan berselang 1 minggu hingga 1 bulan ke injeksi berikutnya, dilanjutkan hingga keloid kempes/rata. Terapi sebaiknya s dilakukan begitu keloid muncul. Pada kasus operasi Caesar, “Sebaiknya setelah masa nifas selesai. Sudah tidak ada pendarahan dan lain-lain, agar tenang.”
Terapi kompresi terbukti dapat mengurangi penyatuan serat kolagen pada bekas luka hipertrofi, dan mencegah keloid bertambah tinggi. Terapi ini bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan perban elastis, perban lycra, atau garmen khusus yang bersifat menekan.
Keloid bisa dioperasi. “Harus hati-hati karena pembedahan memunculkan risiko terbentuknya keloid,” ujar dr. Rachel. Masalah tidak berhenti dengan dilakukannya operasi. Luka harus dirawat dengan baik, untuk meminimalkan keloid tumbuh kembali.
Silikon
Silikon gel atau lembaran (sheet) bisa ditempelkan pada keloid. “Tujuannya, agar keloid lunak, kempes dan tidak membesar,” ucap dr. Rachel. Bekas luka yang lunak jadi tidak terlalu tegang dan kaku, sehingga mengurangi kemungkinan keloid bertambah tebal.
Saat terjadi luka, tidak terkandung air di kulit ari (lapisan epidermis) sehingga kulit mudah kering. Padahal, proses pematangan luka membutuhkan kelembaban pada kulit. Bekas luka yang kering akan merangsang pertumbuhan jaringan parut yang lebih tebal. Silikon berfungsi mempertahankan kelembaban kulit, dan mencegah produksi kolagen berlebihan.
Silikon ditempelkan sehabis mandi, digunakan seharian. Silikon gel cukup dioleskan tipis dan merata pada keloid. Setelah kering, gel akan membentuk lapisan silikon. Setelah mandi sore/malam, gel kembali dioleskan. Silikon efektif pada luka <2 tahun; bisa mulai digunakan begitu tampak keloid atau bekas luka hipertrofi, asalkan luka sudah menutup dan tidak lagi meradang. Menurut dr. Rachel, terapi lebih bagus bila kombinasi injeksi steroid dan silikon. “Kalau hanya salah satu, biasanya kurang efektif,” katanya. (nid)
Bersambung ke: Mencegah Keloid