Pemeriksaan secara mendetil, perlu untuk memastikan diagnosis. Setelah dokter melakukan anamnesis (tanya jawab) dan memeriksa fisik untuk menemukan tanda-tanda klinis, mungkin masih diperlukan pemeriksaan lanjutan. Antara lain cek darah untuk menilai leukosit (sel darah putih), trombosit dan hematokrit. “Pemeriksaan darah biasanya dilakukan setelah demam berlangsung selama 3 hari,” ujar Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH dari FKUI/RSCM, Jakarta. Ini karena sebelum 3 hari, infeksi penyebab demam umumnya belum atau baru sedikit menimbulkan perubahan pada profil darah, sehingga tidak terdeteksi di lab.
Leukosit adalah bagian dari darah yang berperan melawan berbagai infeksi. Pada bayi / anak, kadarnya 9.000-12.000/mm3, dan 4.000-10.000/mm3 pada dewasa. Naiknya leukosit bisa disebabkan oleh infeksi dan radang akut. Infeksi tertentu seperti infeksi oleh malaria dan virus (termasuk Dengue), bisa menurunkan kadar leukosit.
Trombosit atau platelet berperan dalam proses menghentikan perdarahan. Trombosit akan membentuk gumpalan-gumpalan, sehingga luka yang terjadi bisa menutup. Kadar normal trombosit yakni 200.000-400.000/mikroliter darah. Turunnya trombosit pada kasus demam, sering dihubungkan dengan DBD, terutama bila penurunannya tajam.
Hematokrit menunjukkan perbandingan antara zat padat (sel darah merah, dan lain-lain) dengan cairan darah. Nilai hematokrit tinggi, berarti jumlah cairan di pembuluh darah berkurang sehingga konsentrasi darah semakin pekat (kental). Ini bisa terjadi akibat kebocoran pada pembuluh darah, sehingga cairan merembes keluar.
DBD
“Hematokrit tinggi adalah salah satu penanda khas DBD,” ujar Dr. dr. Ari. Hematokrit >20% dari kadar normal, merupakan penguat diagnosa DBD. Selain hematokrit tinggi, DBD ditandai dengan rendahnya leukosit dan trombosit.
Bisa pula dilakukan pemeriksaan antigen NS1 (non struktural 1), untuk mendeteksi virus Dengue. Pemeriksaan ini baik dilakukan di fase awal demam (1-3 hari), karena kadar antigen Dengue akan menurun setelah hari ke-4. Ag NS1 negatif bukan berarti kemungkinan DBD hilang sama sekali. Bila hasilnya negatif tapi tetap ada kecurigaan terhadap DBD, bisa dilakukan pemeriksaan lain yakni IgG/IgM Dengue. Ini bisa dilakukan setelah hari ke-4, setelah antibodi muncul akibat infeksi. Deteksi awal DBD dapat memperbesar peluang untuk mencegah terjadinya syok yang berakibat fatal.
Tifoid
Pada tifoid, leukosit biasanya rendah, bisa juga normal atau tinggi. Trombosit bisa normal, atau turun. Bila dicurigai terjadi infeksi tifoid, akan dilakukan pemeriksaan penunjang. “Tes Widal masih sering digunakan untuk menunjang diagnosa tifoid,” ucap Dr. dr. Ari. Mengingat antibodi baru muncul setelah beberapa hari, tes Widal sebaiknya dilakukan setelah 1 minggu demam.
Tes Widal intinya mencari “jejak” aglutinin O dan H yang ditinggalkan Salmonella typhi. Titer antibodi O akan turun setelah beberapa bulan, sedangkan titer H menetap hingga beberapa tahun. Masalahnya, kebersihan lingkungan di negara kita masih kurang, sehingga sangat mungkin kita terpapar kuman ini melalui makanan yang tercemar, tapi kita tidak sakit karena daya tahan tubuh bagus. Namun kuman ini tetap meninggalkan “jejak”. Kemungkinan besar orang Indonesia akan memiliki hasil tes Widal positif, sehingga tes ini tidak serta merta bisa dijadikan acuan untuk diagnosis tifoid.
Hasil “postif palsu” juga bisa terjadi, karena pernah mendapat vaksinasi tifoid. Ada reaksi silang dengan kuman lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (dulu pernah sakit), atau faktor reumatoid. Bila hasil tes positif meski demam <1 minggu, kemungkinan besar disebabkan oleh kontak dengan Salmonella di masa lalu. Sebaliknya, hasil “negatif palsu” bisa terjadi bila pasien sudah mendapat antibioitk sebelumnya, pengambilan darah <1 minggu, kondisi pasien secara umum buruk, atau ada gangguan imunologis.
Pemeriksaan IgG dan IgM dianggap lebih spesifik dan sensitif ketimbang tes Widal. IgM positif menandakan infeksi akut, IgG positif menandakan pernah ada kontak /infeksi atau infeksi berulang.
Radang usus buntu
Radang usus buntu akut bisa terlihat dari tingginya nilai leukosit (>15.000), dan trombosit umumnya normal. Bila leukosit mencapai >18.000. kemungkinan usus buntu sudah pecah. Pada pemeriksaan fisik, perut akan terasa sakit bila ditekankan dan dilepaskan. Juga diukur suhu dubur (anus), karena umumnya pada usus buntu, suhu dubur lebih tinggi dari suhu ketiak.
Untuk penunjang, bisa dilakukan pemeriksaan radiologi. Yakni USG untuk melihat kondisi usus buntu, dengan tingkat akurasi 71-97%. “Bila radangnya tidak terlalu akut, mungkin tidak terlihat melalui USG,” ungkap dr. Ari. Bila radang usus buntu bersifat kronis (sudah berlangsung lama), perlu pemeriksaan appendicogram. Prosedurnya, pasien diminta meminum cairan zat kontras seperti susu, dan 24 jam kemudian dilakukan foto rontgent. Bila pada hasil rontgent usus buntu tidak tergambar, berarti telah terjadi radang kronis. Pemeriksaan dengan tingkat akurasi tertinggi yakni CT scan (93-98%), tapi lumayan mahal. (nid)
Usus buntu, si umbai cacing
Usus buntu atau apendiks bentuknya seperti cacing, terletak pada usus besar yang menanjak (bagian kanan). Organ ini diyakini berperan dalam sistem pertahanan tubuh karena memroduksi IgA, yang memberikan perlindungan terhadap infeksi. Juga menjadi ‘rumah’ bagi bakteri penghuni usus.
Anggapan umum, radang usus buntu disebabkan oleh biji cabai atau jambu biji. Tidak salah, tapi tak sepenuhnya benar. Memang, biji-bijian bisa menyumbat usus buntu sehingga usus radang dan bengkak. Namun sumbatan bisa terjadi akibat penumpukan feses (tinja), karena feses keras akibat kurang konsumsi serat dan/atau cairan. Radang juga bisa terjadi akibat infeksi, misalnya oleh E. coli.
Usus buntu memiliki manfaat, tapi bila sudah meradang hingga ke arah yang membahayakan, dokter akan melakukan tindakan operasi. Bila sudah meradang dan bengkak, usus buntu bisa pecah bila didiamkan. Kalau sudah begini, harus dilakukan operasi besar untuk membersihkan organ-organ di rongga perut. Sebabnya, usus buntu yang pecah bisa menyebarkan kuman ke rongga perut. Kuman bisa masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan infeksi dan radang di seluruh tubuh (sepsis). Pada perempuan, bisa terjadi sumbatan pada saluran indung telur sehingga terjadi kemandulan. (nid)
Bersambung ke: Pertolongan Pertama pada Demam