Deteksi Prademensia lewat bau | OTC Digest

Deteksi Prademensia lewat bau

Demensia atau pikun adalah gangguan kognitif otak yang berhubungan dengan penuaan, identik terjadi pada lansia. Penelitian menyatakan mereka yang berusia lebih muda bisa mengalami gejala prademensia.

Pola hidup sejak muda, bahkan sebelum di dalam kandungan, menentukan kesehatan otak di masa tua. Menurut Dr. dr. Yuda Turana, SpS, Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UNIKA Atma Jaya, Jakarta, sebuah penelitian menyatakan jika wanita perokok berisiko melahirkan bayi dengan gangguan kognitif. Mereka ini lebih cepat menjadi pikun saat dewasa.

Fungsi kognitif yang optimal memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas mental secara sadar, seperti berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga berhubungan dengan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif (merencanakan, menilai, mengawasi dan mengevaluasi).

Otak seperti halnya organ tubuh lain, dengan bertambahnya usia, fungsinya akan berkurang, dan strukturnya juga mengeriput. Proses ini dimulai di area basal (bawah) otak yang disebut korteks entorhinal. Semakin lama akan berkembang ke tengah.

“Untuk bisa mencium sesuatu tidak hanya peran hidung tetapi suatu proses kompleks bagaimana otak menterjemahkannya. Proses akhir mempersepsikan suatu bau ada di korteks entorhinal. Pada proses penuaan otak yang cepat, terutama pada individu dengan demensia atau Alzheimer, korteks ini mengkerut sehingga ia susah mempersepsikan ini bau apa,” terang dr. Yuda.

Demensia tidak sebatas menjadi pelupa, namun penurunan fungsi kognitif yang disertai gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Selain lupa, muncul pula gangguan konsentrasi, bahasa, perilaku, mood yang naik turun, emosi berlebihan, bahkan pada tahap berat timbul halusinasi.

Baca juga : Gejala Demensia

Pikun atau demensia dianggap sebagai penyakit degeneratif, yang sampai saat ini tidak ada obatnya. “Obat terakhir dibuat tahun 2003, itu pun bersifat memperlambat progresifitas dan mengurangi gejala,” terang dr. Yuda.

Dari sanalah pentingnya deteksi dini  kerusakan fungsi kognitif otak akibat demensia; mencegah kerusakan otak lebih lanjut. Pemeriksaan kesehatan otak perlu dilakukan, terutama untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes.

“Dalam konteks proses penuaan otak, setiap orang saat usia 40 tahun, sebaiknya sudah pernah melakukan medical check up, atau pada mereka yang berumur lebih muda dengan faktor risiko, misalnya obesitas, diabetes, dll. Khusus untuk deteksi prademensia bisa dengan tes penghindu (indera peciuman),” urai dr. Yuda dalam acara Grand Opening RS Atma Jaya Paviliun Bonaventura, di Jakarta (9/7/2019).

Mereka pada kategori prademensia (mild cognitive impairment / MCI) fungsi kognitif di bawah normal, namun belum termasuk dalam diagnosis demensia, belum mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Diperkirakan sekitar 50-80% seseorang yang terkena prademensia dapat mengalami demensia.  

Tes penciuman ini telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan di FK Universitas Atma Jaya. Dr. Yuda dan tim, meminta 109 orang berusia 54-64 tahun untuk mengidentifikasi 10 jenis bau/aroma seperti kayu putih, kopi, melati, mentol, tembakau, minyak tanah, pandan, kapur barus, cokelat dan jeruk.

Pasien akan diperbolehkan mencium bau 2 kali, masing-masing selama 5 menit sebelum menjawab. Penelitian ini menunjukkan jika kemampuan indera penciuman berkurang, maka 80% seorang lansia juga dapat mengalami kemunduran ingatan dan fungsi kognitif lainnya.

Selain itu, jika lansia kemunduran penciuman diikuti dengan respons pupil mata yang hipersensitif (setelah ditetes dengan larutan tropicamide 1,0%), maka berisiko mengalami kemunduran kognitif hingga 90%.

Di otak terdapat neurotransmitter asetilkolin yang juga ada di mata. Penurunan asetilkolin di otak juga terjadi di mata. Penurunan asetilkolin di mata dilihat dengan respons hipersensitifitas pupil pada larutan tropicamide 1,0%. Studi ini telah dimuat dalam International Journal of Alzheimer Disease 2016.

“Sebagai screening awal, tes penghindu dapat dilakukan sendiri di rumah, misalnya dengan mengidentifikasi 3 macam bau yang familiar. Jika memang tidak mampu mengidentifikasi, bisa dibawa ke dokter untuk dilakukan tes lebih lanjut,” kata dr. Yuda. ­Tes tersebut bisa dilakukan terutama jika pasien kerap mengeluh lupa belakangan ini. (jie)