Organic Parenting Bangun Kedekatan Anak dengan Orang Tua dan Alam
organic_parenting

“Organic Parenting” Bangun Kedekatan Anak dengan Orang Tua dan Alam

Orang tua mana yang tidak ingin anak tumbuh sehat, bahagia, bertanggung jawab, dan memiliki rasa hormat. Sayangnya ini tak mungkin terwujud bila otak anak tidak berkembang. “Fungsi kognitif anak berkembang pesat dalam lima tahun pertama. Otak perlu dirangangsang dengan baik, melalui nutrisi dan stimulasi,” ungkap Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna Sp.KJ(K) dalam diskusi mengenai organic parenting yang diselenggarakan oleh Arla Foods, produsen susu organik Puregrow, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Organic parenting mungkin masih asing di telinga. Pada dasarnya, pola asuh ini menekankan kedekatan anak dengan orang tua maupun lingkungan (alam) sekitarnya. “Kodrat manusia adalah berelasi, memiliki hubungan emosional. Di sini pentingnya stimulasi, dan stimulasi harus bersifat multisensorik, seluas-luasnya. Inilah yang disebut organic parenting atau gaya pengasuhan yang bersifat alami,” papar Prof. Tjhin.

Di era revolusi industri 4.0, teknologi berkembang demikian pesat, dan tak terhindarkan lagi masuk ke kehidupan keluarga sehari-hari. Di satu sisi, ini bisa membantu menguatkan hubungan anak dengan orangtua; kita bisa melakukan video call dengan anak di tengah kesibukan kita. Namun jangan lupakan interaksi langsung dua arah. Saat bersama anak, fokuskanlah perhatian kita hanya padanya. Berikan respons terhadap apapun yang dikatakan atau dilakukan si kecil. Terbiasa menunjukkan ekspresi, cinta, dan kehangatan adalah cara untuk membangun positive psychology. Pada akhirnya, anak akan merasa dihargai, dan sebaliknya belajar menghargai orang lain.

Baca juga: Manfaat Susu Organik untuk Kesehatan Anak dan Lingkungan

Luangkan waktu untuk berkegiatan di luar bersama anak. Dan ini bukan hanya tanggung jawab ibu, tapi juga ayah. Di Denmark, ayah memiliki peran besar dalam parenting, dan menjadi role model bagi anak. “Saya berusaha meluangkan waktu untuk anak-anak sehingga mereka merasa dicintai. Lewat permainan, saya memicu rasa ingin tahu mereka,” ujar Menteri Kerjasama Pembangunan Denmark Rasmus Prehn. Menghabiskan waktu bersama anak bisa dengan hal-hal sederhana. “Misalnya bersepeda bersama anak ke sekolah. Banyak orang tua yang melakukan itu di Denmark,” imbuhnya.

Hal senada disampaikan oleh Tim Ørting Jørgensen, Executive Vice President Arla Foods Amba. Sebagai ayah dari 4 anak, ia memastikan anak-anaknya beraktivitas di luar ruangan seperti memanjat pohon, tidak melulu menatap gawai. Menurutnya, ini akan menggugah anak untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan tidak hanya fokus pada dirinya sendiri. “Organic parenting tidak hanya soal makanan, tapi juga lingkungan. Ajak anak memasak, sehingga ia memahami proses pembuatan makanan dari bahan yang bagus hingga menjadi makanan,” paparnya.

Diskusi bersama Arla Foods / Foto: dok. LINKar Komunika

Denmark adalah negara dengan jumlah konsumen pangan organik terbesar di dunia. Mengonsumsi makanan/minuman berbasis organik tidak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga memelihara lingkungan. Menerapkan organic parenting akan membuat anak terbiasa dengan makanan sehat, beraktivitas, serta dekat dengan orang tua.

Ini harus dimulai sedini mungkin. “Memperkenalkan pola asuh alami tidak bisa dadakan. Kalau tidak diajarkan sejak dini, anak sudah terbiasa dengan hal-hal yang nyaman untuknya, sehingga agak susah untuk diubah,” tutur Prof. Tjhin.

Baca juga: Bisakah Makanan Organik Turunkan Risiko Kanker?

Mulailah bahkan sejak si kecil masih dalam kandungan. Jalanilah kehamilan dengan mindfulness, pikirkan betapa Anda mencintainya, dan ingin ia menjadi anak yang sehat dan bahagia. “Janin bisa mendengar detak jantung ibu. Ibu yang happy denyut jantungnya teratur, membuat janin tenang. Hormon endorfin dan serotonin pun keluar, sehingga janin tahu bahwa ibunya mencintainya,” lanjut Prof. Tjhin.

Setelah ia lahir, ajaklah si kecil berjalan-jalan ke taman di sekitar rumah. Biarkan ia bermain bebas di rumput dan di antara pohon-pohon. Tekstur rumput, aroma dedaunan dan bunga, serta segala warna di alam adalah stimulasi multisensorik untuk anak. “Ini dapat merangsang dan mengembangkan sistem sensori anak secara matang. Kematangan sensori anak merupakan hal yang fundamental bagi perkembangan otak, baik secara fisik-motorik, kecerdasan berpikir, dan juga sosial-emosional anak,” lanjut Prof Tjhin.

Tentu, berikan pula nutrisi terbaik untuk anak, sejak awal kehidupannya. Nutrisi berkualitas dalam 1000 hari pertama kehidupan adalah krusial untuk tumbuh kembang anak yang optimal, baik kecerdasan maupun fisiknya. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by prostooleh - www.freepik.com