Kapan Lakukan Mamografi | OTC Digest

Kapan Lakukan Mamografi

Kanker payudara identik dengan wanita usia 40 tahun ke atas. Itu dulu. Kini, makin banyak wanita berusia 20-30-an yang mengalaminya. Untuk itu, deteksi dini sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko: riwayat keluarga, gemuk, merokok, pola hidup kurang sehat, dan lain-lain.

Ada baiknya melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) sejak usia 20 tahun. Raba payudara dengan gerakan memutar (dari arah luar ke dalam atau sebaliknya). Untuk payudara kanan, letakkan tangan kanan di bawah kepala, dan periksa payudara dengan tangan kiri; lakukan yang sebaliknya untuk payudara kiri.

Untuk pemeriksaan yang lebih akurat, bisa dengan mamografi, “Yakni pemeriksaan dengan sinar X pada jaringan payudara, untuk mengidentifikasi kelainan pada payudara,” jelas dr. Zulaika Fatimah, Sp.Rad dari RSPAD Gatot Subroto. Seperti SADARI, mamografi sebaiknya dilakukan 2-3 hari setelah haid bersih.

Mamografi dilakukan dengan mengompresi (menekan) payudara. Ini dilakukan agar payudara berada sejauh mungkin dengan tulang dada, karena bisa mengganggu ‘pembacaan’. Kompresi membuat payudara lebih tipis sehingga dosis radiasi lebih kecil; payudara lebih menempel ke film; dan tidak bergerak. “Gambar akan kabur jika pasien bergerak,” ujar dr. Zulaika. Dilakukan 2 posisi: kompresi dari atas dan bawah, dan kompresi menyamping yang mengikutsertakan ketiak.

Akan terasa sedikit tidak nyaman, namun sangat penting karena bisa mendeteksi kelainan yang kecil. Wanita usia 40 tahun ke atas, sebaiknya melakukan mamografi 1x setahun, Dari data, kanker payudara meningkat pesat pada usia premenopause. Tidak ada persiapan khusus; hanya hindari memakai deodoran, bedak, dll sebelum pemeriksaan karena bisa mengaburkan hasil. Jika sudah memakai, bisa dicuci sebelum pemeriksaan.

Mamografi dilakukan pada wanita usia >30 tahun. Pada wanita <30 tahun, pemeriksaan dengan USG. “Pada usia ini jaringan payudara masih padat; sulit dideteksi dengan mamografi,” dr. Zulaika menjelaskan. USG payudara juga dilakukan pada wanita hamil dan menyusui.

Pada wanita yang sudah terdeteksi ada tumor di payudara melalui mamografi, USG digunakan sebagai diagnostik, untuk membedakan apakah massa tersebut berupa cairan atau padat. “Kalau padat, bisa terlihat kemungkinan ganas atau jinak,” ujar dr. Zulaika. USG tidak menimbulkan rasa sakit, “Tapi tidak bisa menggantikan mamografi. Masing-masing punya kelebihan, harus dilakukan bersama-sama.”

Pemeriksaan biopsi dilakukan untuk menilai sifat tumor; ganas atau jinak, dengan mengambil contoh jaringan tumor menggunakan jarum khusus. Pemeriksaan laboratorium untuk penanda tumor (tumor marker) 15-3, sebaiknya juga dilakukan. Biopsi juga biasa digunakan untuk menilai keberhasilan terapi dan monitoring, bagi pasien kanker yang sudah menjalani terapi dan dinyatakan sembuh. (nid)

 

Baca juga: Cegah Kanker Payudara dengan SADARI dan SADANIS