Kanker payudara merupakan salah satu kanker tertinggi di indonesia. Tercatat 50 per 100.000 penduduk didiagnosis dengan kanker payudara. Melakukan SADARI dan SADARNIS rutin pada mereka yang berisiko tinggi dapat menekan progresi penyakit.
Kanker payudara termasuk dalam 10 penyebab kematian terbanyak pada perempuan Indonesia, dengan angka kematian 21.5 per 100.000 penduduk. Menurut Riskesdas 2013 kejadian tertinggi ada di Jogjakarta, yakni sebesar 24 per 10.000.
“Kenapa Jogja, kita sendiri belum tahu. Mungkin berhubungan dengan kebiasaan memanaskan makanan berulang-ulang,” ujar Lily S. Sulistyowati, MM., Direktur Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, pada 14 September 2017.
Banyak faktor dapat memicu kanker payudara antara lain perokok aktif dan pasif, pola makan buruk atau usia haid pertama di bawah 12 tahun. Demikian juga perempuan tidak menikah, atau menikah tapi tidak memiliki anak, melahirkan anak pertama pada usia 30 tahun, tidak menyusui.
Termasuk di dalamnya adalah pengguna kontrasepsi hormonal dan atau mendapat terapi hormonal dalam waktu lama. Riwayat kanker dalam keluarga juga berpengaruh.
Walau berbahaya, kanker payudara sangat berbahaya dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat. Rutin melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) oleh tenaga kesehatan tertatih.
“Pada mereka yang haidnya teratur, SADARI dilakukan dalam periode hari ke 7 – 10 sejak menstruasi pertama, karena payudara mulai melunak. Sedangkan wanita dengan haid tidak teratur dan menopause, tetapkan tanggal sendiri dan lakukan tiap bulan di tanggal yang sama,” tambah dr. Bob Andinata, Sp.B(K) Onk.
SADARI dapat mendeteksi adanya kelainan yang berpotensi sebagai kanker sampai 70 -80%. “Biasanya benjolan yang berpotensi kanker justru tidak menimbulkan rasa sakit. Yang patut diwaspadai jika ditemukan benjolan yang tidak hilang dua kali menstruasi, dan tidak sakit. Jika ditemukan di stadium 1 harapan hidup pasien masih 100%,” tegas dr. Bob.
Sementara SADARNIS dilakukan minimal setahun sekali. Namun, pada mereka yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun, atau sedang mengonsumsi obat hormonal, perlu SADARNIS lebih sering.
Riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 menyatakan perilaku masyarakat dalam deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tercatat 53.7% masyarakat tidak pernah melakukan SADARI, dan 95.6% masyarakat tidak pernah melakukan SADANIS.
Tahapan SADARI
1. Amati dengan teliti payudara Anda di depan cermin, tanpa berpakaian angkat kedua tangan di atas kepala. Perhatikan bila ada benjolan, perubahan bentuk pada kulit dan puting, serta payudara secara keseluruhan.
2. Rapatkan dan tekanlah telapak tangan dengan kuat sehingga payudara penonjol ke depan. Amati kembali adakah benjolan, kulit mengerut seperti kulit jeruk, atau cekungan seperti lesung pipi dan puting tertarik ke dalam.
3. Lakukan pada kedua payudara Anda. Pencet dan urutlah pelan daerah sekitar puting sampai ke arah ujung puting. Amati adakah keluar cairan tidak normal berwarna putih kekuningan, kadang bercampur darah seperti nanah. Pada wanita menyusui, bedakan dengan ASI.
4. Dengan posisi berbaring letakkan bantal di belakang punggung. Tangan kanan diletakkan di belakang kepala, dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara sebelah kanan (lakukan bergantian).
5. Rabalah dengan ujung jari menggunakan tiga jari yang dirapatkan. Lakukan gerakan memutar dengan lembut, dimulai dari pinggir luar sampai ke puting (searah jarum jam).
6. Rabalah juga daerah ketiak dan leher, waspadai jika ada benjolan yang tidak wajar. (jie)
Baca juga: Kapan Lakukan Mamografi