Kanker Mematikan Julia Perez bisa Dicegah | OTC Digest

Kanker Mematikan Julia Perez bisa Dicegah

Sabtu siang (10/06/2017) pedangdut Julia Perez alias Jupe meninggal dunia, setelah berjuang melawan kanker serviks (leher rahim) yang dideritanya sejak sekitar tiga tahun lalu. Ucapan berduka cita mengalir dari semua pihak. “Saya turut berduka cita dan mendoakan agar almarhumah Julia diterima dengan baik di sisi Tuhan YME dan keluarganya senantiasa dikuatkan,” tutur dr. Venita, Kepala Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia, Provinsi DKI Jakarta, saat dihubungi melalui aplikasi pesan instan. YKI bersama HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia) merupakan pendiri KICKS (Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks).

Kanker serviks masih menjadi salah satu pembunuh utama perempuan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Data dari Globocan 2012 menyebutkan, kanker serviks merupakan kanker penyebab kematian nomor 3 di Indonesia; 33 perempuan meninggal dunia tiap satu jam. Diperkirakan terjadi 58 kasus baru setiap hari. Tahun 2000, penyanyi Nita Tilana juga meninggal karena penyakit ini.

Dihubungi secara terpisah, Prof. dr. Andrijono Sp.OG (K), Ketua HOGI mengungkapkan, perempuan Indonesia saat ini sedang dalam situasi genting terkena kanker serviks.”Oleh karena itu, pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan," tegasnya. Prof. Andri termasuk salah satu inisiator terbentuknya KICKS.

Secara statistik, kanker serviks banyak diidap oleh perempuan usia reproduksi. Ini sangat disayangkan karena sesungguhnya kanker seviks bisa dicegah sejak remaja dengan vaksinasi.

Berdasarkan penelitian, efikasi vaksin HPV sangat baik bila diberikan di usia remaja dan belum terpapar risiko infeksi HPV (belum pernah berhubungan seksual). “Efektivitasnya mencapai 97 – 100%,” ujar dr. Venita. Sedangkan bila diberikan saat perempuan sudah menikah dan berhubungan seksual, efektivitas vaksin turun jauh menjadi 44%. “Respon imun terbaik vaksin yakni pada usia 9 – 13 tahun. Karenanya, paling optimal vaksinasi dilakukan saat remaja,” imbuhnya.Bagi yang sudah menikah, juga perlu melakukan skrining secara rutin. Yakni dengan tes pap smear, IVA (inspeksi visual asam asetat) dan tes HPV DNA. Ini untuk menemukan kanker atau lesi pra kanker sedini mungkin, sehingga bisa segera dilakukan penanganan. Bila diobati pada stadium dini (0 – 1), angka kesembuhan bisa 100%. Namun tentunya, vaksin jauh lebih efektif dibandingkan skrining, karena bisa mencegah sebelum terjadi kanker.

Saat ini, program vaksinasi HPV mulai dilakukan di DKI Jakarta tahun lalu sebagai pilot project untuk program vaksinasi nasional, pada siswi kelas 5 SD atau sederajat (usia minimal 10 tahun). Program serupa akan segera dilakukan di Yogyakarta, Surabaya dan Manado. Bali sudah lebih dulu memulainya sejak 2014, dengan biaya APBD.

Prof. Andrijono berharap pemerintah segera menjadikan program vaksinasi HPV secara nasional, agar tidak makin banyak Jupe-Jupe lain yang menjadi korban. "Kematian Jupe sangat bisa jadi momentum untuk mendorong program nasional vaksin HPV sebagai salah satu cara paling efektif mencegah kanker serviks," ucapnya.

KICKS terus mengupayakan agar program skirining nasional dan vaksinasi HPV melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) segera terlaksana. (nid)

Baca juga: Perjuangan Jupe dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks

Baca Juga : Belajar dari Perjuangan hidup Julia Perez