Salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang sering dialami wanita adalah inkontinentia urin (ngompol). Apa penyebabnya, dapatkah gangguan ini diatasi dan bagaimana terapinya? OTC Digest melakukan wawancara dengan dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU, PhD.
Ada berapa tipe inkontinensia urin pada wanita?
Yang sering terjadi pada wanita adalah inkontinensia tipe stres. Kalau batuk, bersin, tertawa atau berolahraga, air kencing keluar sedikit. Ketika batuk atau tertawa, ada tekanan tinggi di perut sementara otot di dinding panggul terlalu lemah untuk menahan tekanan tersebut.
Pada kasus yang berat bahkan air kencing dapat keluar saat seseorang hendak mengubah posisi dari duduk ke berdiri. Mendengar air kran mengalir, muncul rasa kebelet pipis. Ada inkontinensia tipe urge atau OAB tipe basah. Keluhannya adalah kebelet, lari ke kamar mandi, belum sampai copot celana sudah keluar setetes dua tetes. Biasanya disertai sering kencing di siang dan malam hari.
Yang lebih susah diobati adalah tipe mixed, yakni campuran antara stess dan urge. Ada tipe overflow, kencing keluar karena luber. Setiap kali kencing, sisanya di kantung kemih masih banyak akibatnya penuh terus, lama-lama luber. Penyebabnya adalah penyempitan saluran kemih bagian bawah dan pompa lemah. Biasanya terjadi pada penderita diabetes atau stroke.
Apa yang dilakukan dokter saat pemeriksaan?
Dokter akan mewawancara, untuk menentukan tipe yang diderita pasien. Yang paling sederhana untuk melihat seseorang menderita inkontinensia adalah, dalam keadaan ingin kencing, pasien berdiri kemudian disuruh batuk. Kalau air kencingnya keluar, berarti ia menderita stres inkontinensia.
Pasien akan diberi bladder diary, untuk mencatat perilaku kandung kemih sehari-hari. Perlu diisi selama 24 jam dan berapa banyak dia minum. Kadang penderita, terutama yang OAB basah, sering kencing malam hari. Ternyata, setelah dicek lewat bladder diary, dia minum sampai 4 liter/hari, wajar kalau sering kencing.
Baca juga : Atasi Ngompol Pada Wanita (Bagian 1)
Dicatat, seberapa sering dia kencing, dan kalau bisa diukur berapa banyak. Saat kencing disertai rasa kebelet yang kuat atau tidak.
Kemudian dilakukan pemeriksaan uroflowmetry, untuk melihat kekuatan pancaran dan sisa kencing. Atau dengan pemeriksaan urodynamics yang lebih akurat; ini penting terutama pada penderita yang gagal pengobatan atau akan menjalani operasi.
Bagaimana terapi dilakukan?
Pertama-tama ditawarkan terapi kombinasi non bedah; dengan obat-obatan. Tujuannya untuk menghambat kontraksi otot di kandung kemih yang berlebihan. Kemudian terapi perilaku, seperti jangan minum melebihi kebutuhan harian (8 gelas), hindari kopi, teh atau alkohol yang bisa memicu rasa ingin berkemih.
Pada penderita obesitas disarankan menurunkan berat badan dan memperbaiki pola makan. Bila kerap kencing di malam hari, disarankan jangan banyak minum sesudah pukul 6 sore.
Perlu latihan penguatan otot dasar panggul (senam kegel) untuk penderita OAB maupun inkontinensia. Dinding dasar panggul yang kuat akan dapat meredam kontraksi abnormal di kandung kemih.
Senam bisa sebagai upaya pencegahan. Terutama pada wanita yang belum hamil, saat melahirkan akan lebih kuat. Senam kegel tidak hanya untuk penguatan organ-organ seksual. Pada pasien yang bermasalah di pompa, bisa dirangsang dengan listrik (electrical stimulation). Setelah terapi kombinasi ini dilakukan selama 3 bulan tetapi masih gagal, baru beranjak ke operasi. (jie)