Antioksidan Primer, Sekunder dan Tersier | OTC Digest

Antioksidan Primer, Sekunder dan Tersier

Berdasarkan urutan sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh, antioksidan dibedakan menjadi tiga, yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier.

Antioksidan primer  bekerja untuk mencegah pembentuk senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang dampak negatifnya lebih sedikit, sebelum sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD, yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas.

 Antioksidan sekunder dibutuhkan untuk menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Yang termasuk di dalamnya adalah beta karoten, retinol, vitamin C dan vitamin E.

Sedangkan antioksidan tersier diperlukan untuk memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah metionin sulfoksidan reduktase, enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel.

Benteng vitamin

Vitamin A, C dan E memiliki banyak bukti ilmiah mengenai keampuhannya dalam melawan radikal bebas. “Tidak sulit untuk mencukupi kebutuhan vitamin dalam tubuh. Dalam kondisi normal, dengan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, sudah mencukupi kebutuhan vitamin harian kita,” ujar Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS.

Vitamin A

Vitamin ini diproduksi dari dua senyawa yang berbeda, yang diubah di dalam tubuh menjadi vitamin A. Dalam makanan hewani, tersedia dalam bentuk retinol. Sementara pada makanan nabati yang berwarna kuning atau hijau, berada dalam bentuk beta karoten.

Jumlah vitamin A yang direkomendasikan adalah 1000 mikro-gram RE (retinol ekuivalen) perhari untuk pria dan 800 mikro-gram untuk wanita.

Vitamin A penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari penglihatan. Vitamin A juga membantu pertumbuhan dan reproduksi tulang dan gigi, berperan dalam pembentukan dan pengaturan hormon serta membantu melindungi tubuh terhadap kanker.

Vitamin C

Sebagai vitamin yang larut air, vitamin C mampu menetralisir radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai melalui perannya sebagai antioksidan sekunder.

Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja dengan satu atau lebih mekanisme, diantaranya; vitamin C memberikan suasana asam pada sistem makanan, meregenerasi antioksidan primer, menonaktifkan kontaminan logam peroksida, atau menangkap oksigen sehingga mencegah proses oksidasi.

Baca juga : Radikal Bebas Penyebab Penuaan Dini

Dosis vitamin C yang direkomendasikan antara 100-500 miligram per hari. “Perlu dicermati, jika vitamin C yang diasup ternyata berlebihan bagi tubuh justru menjadi vitamin C radikal yang sifatnya sama dengan radikal bebas,” tegas Prof. Wimpie.

Vitamin E

Vitamin E merupakan antioksidan yang larut lemak. Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi sebagai donor ion hidrogen yang mampu mengubah radikal bebas menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak.

Ia juga membantu  menstabilkan membran sel, mengatur reaksi oksidasi dan melindungi vitamin A dari kerusakan.

Vitamin E banyak terkandung dalam minyak nabati terutama minyak kecambah, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau. Dosis yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari untuk pria, dan 8 mg/hari pada wanita.

Studi Fitrah Ernawati terhadap wanita yang diberi multivitamin dan mineral selama 70 hari, membuktikan bahwa vitamin C dan E sangat ampuh dalam melawan serangan radikal bebas.

Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, peran vitamin E dan C sebagai antioksidan sangat sistematis. Pertama-tama, vitamin E akan menangkap radikal bebas. Malangnya, vitamin E lalu berubah menjadi vitamin E radikal sehingga perlu pertolongan vitamin C.

Apa boleh buat, setelah menangkap vitamin E radikal, vitamin C malah ikut menjadi vitamin C radikal juga. Adalah glutation yang mampu menetralkan vitamin C radikal menjadi senyawa yang lebih jinak, tanpa menjadikan dirinya turut menjadi radikal. (puj)