Radikal Bebas Penyebab Penuaan Dini | OTC Digest

Radikal Bebas Penyebab Penuaan Dini

Perhatikan foto kita saat masih bayi, masa anak-anak, remaja dan masa dewasa sekarang ini. Bayangkan keadaan 10, 20 atau 30 tahun ke depan, setelah kita menjadi nenek atau kakek. Secara alami, kondisi tubuh akan menurun seiring bertambahnya usia.

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi proses penuaan atau yang dikenal dengan aging. Pertama, saat beranjak tua, jumlah kesalahan yang ditimbulkan oleh sel reproduksi meningkat. Tubuh membentuk sel baru, namun sel bentukan baru tersebut tidak berfungsi bagi tubuh. Usia makin lanjut, jumlah sel tubuh yang tidak berfungsi kian banyak. Dalam kondisi tertentu, sel yang tidak berfungsi ini malah mengganggu proses seluler normal.

Kedua, proses penuaan berkaitan dengan kerusakan sel yang menyebabkan pemendekan DNA. Proses yang disebut apoptosis ini memicu kematian sel secara terprogram. Dengan berjalannya waktu, peningkatan kerusakan DNA menyebabkan kematian sel dipercepat, sementara tubuh tidak bisa menghasilkan sel cukup cepat untuk mengganti sel yang mati.

Ketiga, proses penuaan melibatkan penurunan alami fungsi dan kualitas enzim oksidatif dalam tubuh, seperti superoksida dismutase, katalase dan glutation perxoidase. Akibatnya,  pertahanan antioksidan tubuh kurang kuat melawan radikal bebas.

Stres oksidatif

Menurut Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, proses penuaan dikaitkan dengan kemunduran fungsi dan struktur organ. Teori yang mendasarinya adalah teori stres oksidatif. Teori ini menyebutkan bahwa proses penuaan akan terjadi lebih cepat, jika terjadi stres oksidatif.

Stres oksidatif merupakan kondisi di mana jumlah antioksidan yang ada dalam tubuh tidak mencukupi untuk menetralkan atau mencegah interaksi antara radikal bebas dengan target sel atau molekulnya.

Radikal bebas adalah atom atau molekul, yang mempunyai elektron tidak berpasangan. Radikal bebas berasal dari dalam tubuh, sebagai hasil metabolisme atau akibat terpapar oleh lingkungan. Elektron yang tidak berpasangan, membuat radikal bebas bersifat reaktif dan merusak membran sel, enzim, molekul lemak, protein serta DNA dari sel-sel tubuh kita.

Agar radikal bebas tidak merajalela, tubuh otomatis memroduksi zat antioksidan. Antioksidan yang diproduksi  berupa tiga enzim, yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH Px), dan katalase. Serta non enzim yaitu senyawa protein kecil glutation. Ketiga enzim dan senyawa glutation itu bekerja menetralkan radikal bebas.

Baca juga : Antioksidan Primer, Sekunder dan Tersier

Ketika tubuh menua, sistem pertahanan antioksidan menjadi kurang efisien karena menurunnya enzim oksidatif. Akibatnya, saat radikal bebas di dalam tubuh beraksi, hanya ada dua kemungkinan. Sel-sel  mati atau mengalami mutasi menjadi sel kanker. “Jika kerusakan sel terjadi dalam skala luas, akan menyebabkan kerusakan tingkat jaringan bahkan organ,” ujar Prof. Wimpie dalam sebuah seminar.

Sumber radikal bebas

Radikal bebas erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Secara alami, radikal bebas muncul sebagai konsekuensi dari metabolisme tubuh. Makhluk hidup, termasuk manusia, memroduksi radikal bebas sebagai produk samping dari proses pembentukan energi.

Energi itu sendiri diperoleh dari proses metabolisme dengan membakar zat-zat makanan, seperti karbohidrat, lemak dan protein. Zat-zat itu kemudian dirubah menjadi senyawa pengikat energi atau Adenosin Triphospat (ATP). Dalam proses oksidasi itu, radikal bebas ikut terproduksi.

Selain diproduksi secara alami oleh tubuh, tanpa disadari setiap saat kita terpapar radikal bebas dari lingkungan. Zat ini antara lain dihasilkan dari polusi udara, asap rokok sampai kendaraan bermotor, radiasi ionik, radiasi ultraviolet, serta makanan berlemak. Singkatnya, radikal bebas selalu bertebaran di mana-mana. (puj)