tips agar anak cepat bicara, merangsang kemampuan bicara anak
merangsang kemampuan bicara anak

Tips Agar Anak Cepat Bicara: Permainan Ini Merangsang Kemampuan Bicara

Setiap orangtua, terutama yang memiliki anak pertama, akan cemas jika anaknya telat berbicara. Ternyata bermain menggunakan metode tertentu bisa merangsang kemampuan bicaranya; membuat anak lebih cepat bicara. 

Sebagai informasi, tahapan bicara anak dimulai sejak bayi, ia mulai mengeluarkan vokal dan suku kata sederhana pada usia 6 – 8 bulan. Tahapan selanjutnya, di usia 1-2 tahun mulai mengeluarkan kata-kata tunggal. 

Kalimat singkat mulai diucapkan saat si kecil menginjak 2-3 tahun, diikuti perkembangan bahasa yang lebih kompleks saat usianya semakin bertambah. Penting dipahami, bahwa perkembangan bicara merupakan salah satu aspek yang menentukan kecerdasan dan perilaku anak. 

Baca: Gangguan Bicara Pengaruhi Kecerdasan Anak

Menurut dr. Mesty Ariotedjo, SpA, MPH, sebuah studi menarik menjelaskan bahwa permainan tertentu lebih bermanfaat merangsang kemampuan bicara anak. Riset tersebut membandingkan antara membaca buku, bermain dolanan tradisional (seperti menyusun balok, flash cardpuzzle atau bermain peran), dan mainan elektronik.

“Ternyata anak-anak yang membaca buku dan bermain mainan tradisional, perkembangan keseluruhannya lebih unggul terutama perkembangan bahasanya. Kenapa?” papar dr. Mesty melalui akun X-nya (dulu Twitter). 

“Karena interaksi dari membaca buku dan bermain mainan tradisional lebih berkualitas, dengan orangtuanya, dengan teman-temannya, kemampuan pemecahan masalah dan logikanya ternyata lebih terasah.”

Dr. Mesty juga menyarankan orangtua untuk membacakan buku sejak si kecil lahir. Pilih buku yang ditulis oleh psikolog anak atau dokter anak. Dan sesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.  

Kesimpulan penelitian

Penelitian yang diterbitkan di JAMA Pediatrics (2016) ini melibatkan 26 pasang orangtua – bayi (usia 10-16 bulan). Mereka melakukan sesi bermain antara orangtua-bayi di rumah selama 15 menit dengan mainan elektronik, buku atau permainan tradisional. 

Peneliti dari Departemen Ilmu dan Gangguan Komunikasi, Universitas Arizona Utara, melihat selama sesi bermain menggunakan mainan elektronik, terdapat lebih sedikit kata-kata, percakapan, respons orangtua terhadap ucapan anak, dan lebih sedikit produksi kata-kata dengan konten spesifik, dibandingkan saat bermain mainan tradisional dan buku.  

Terlihat juga bahwa orangtua menghasilkan lebih sedikit kata saat bermain dengan mainan tradisional, dibandingkan saat bermain dengan (membaca) buku. Demikian pula penggunaan kata-kata spesifik lebih rendah saat bermain mainan tradisional, dibanding bermain dengan buku. 

Kesimpulan studi ini adalah bermain dengan mainan elektronik dikaitkan dengan penurunan kuantitas dan kualitas input bahasa, dibandingkan dengan membaca buku atau mainan tradisional. 

“Untuk merangsang kemampuan bicara di awal perkembangan anak, bermain dengan mainan elektronik sebaiknya tidak dilakukan. Mainan tradisional dapat menjadi alternatif di waktu bermain orangtua-bayi jika membaca buku bukanlah aktivitas yang disukai,” tulis peneliti. 

Menstimulasi – menggunakan mainan – terbukti efektif merangsang perkembangan otak anak, termasuk meningkatkan kemampuan bicaranya; membuat anak lebih cepat bicara. Dalam studi di dalam negeri juga dibuktikan bahwa stimulasi bermain menunjukkan dan membaca kata akan meningkatkan kemampuan anak mengenali kata. Ini berkaitan dengan fungsi pembelajaran dan memori anak. 

Selain itu yang tidak kalah penting adalah ekspresi sayang orang tua (dengan pelukan atau ciuman) dibutuhkan sebagai landasan membentuk kepercayaan anak bahwa ia disayangi, sehingga bisa meningkatkan perkembangan emosi-sosial dan rasa percaya diri si kecil. (jie)