Pentingnya Melindungi Anak dari Campak dan Rubella dengan Vaksin MR
klb_campak_rubella_vaksin MR_anak_penting

Pentingnya Melindungi Anak dari Campak dan Rubella dengan Vaksin MR

Kampanye vaksinasi MR fase 1 telah dilakukan di pulau Jawa tahun lalu. Kini, tengah dilaksanakan kampanye MR fase 2 di provinsi luar Jawa. “Setelah kampanye, harus dilakukan vaksinasi rutin. Di usia 9 bulan yang awalnya vaksinasi campak, diganti jadi MR,” ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), dalam diskusi bertajuk “Anak, Investasi Masa Depan” yang diselenggarakan FKUI di Jakarta, Jumat (31/08/2018).

Nantinya, vaksinasi MR (measles/campak dan rubella) akan dilakukan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan, dan kelas 1 SD. Ini akan dimulai dengan introduksi; fase 1 akan dilakukan di semua provinsi di Jawa pada Oktober 2018, dan di luar Jawa pada Oktober 2019.

Sepanjang 2006-2014, kerap terjadi KLB (kejadian luar biasa) campak, padahal cakupan vaksinasi campak 1x di usia 9 bulan >80%, bahkan pada 2012 pernah mencapai 100%. Tampak bahwa kasus campak mulai turun begitu diberikan vaksinasi tambahan. “Artinya, imunisasi satu kali di usia 9 bulan tidak cukup; antibodi turun sehingga anak rentan lagi,” ujar Prof. Sri. Campak adalah vaksin hidup. Setelah beberapa lama, antibodi akan turun. “Karenanya, sejak 2014 dilakukan vaksinasi kedua usia 18 bulan,” imbuhnya.

Baca juga: Tak Perlu Lagi Menolak Vaksinasi MR

Di usia 18 bulan, vaksin MR diberikan bersama dengan DPT-4 kombinasi yang juga mengandung hepatitis B dan Hib (Haemophilus influenza tipe B). Adapun vaksinasi MR di kelas 1 SD adalah antisipasi seandainya anak terlewat vaksinasi sebelumnya. Di usia ini, anak juga mendapat vaksin TD (tetanus dan difteri). Dengan jadwal vaksinasi MR seperti ini, diharapkan antibodi terhadap campak dan rubella akan terus ada seumur hidup.

Campak masih sering dianggap penyakit ringan. “Cuma bintik-bintik merah, pilek, mata merah, demam tinggi, diare. Kayaknya sederhana ya. Tapi komplikasinya yang berbahaya,” tegas Prof. Sri. Campak bisa menimbulkan komplikasi berupa pneumonia (radang paru), ensefalitis (radang otak), dehidrasi akibat diare, hingga kematian terutama pada anak dengan gizi buruk. Contoh kasusnya sudah nyata terjadi pada anak-anak di Asmat beberapa waktu lalu. Bila daya tahan tubuh anak rendah, komplikasi mudah sekali terjadi.

Secara klinis, banyak penyakit lain yang gejalanya mirip dengan campak. Untuk itu, dibuktikan dengan pemeriksaan lab. Ternyata tiap kali terjadi KLB campak, hasil lab tidak hanya menemukan virus campak, melainkan juga rubella.

Baca juga: Bercermin dari Wabah Campak di Asmat, Ini Pentingnya Perlindungan Vaksin

Gejala rubella (campak Jerman) memang mirip campak; juga terjadi ruam merah di kulit. Bedanya, pada rubella demam tidak tinggi, serta jarang disertai pilek dan mata merah. Campak lebih sering mengenai anak kecil, sedangkan rubella biasanya mengenai anak yang lebih besar.

Yang berbahaya dari rubella yakni bila mengenai ibu hamil. “Infeksi rubella pada trimester pertama kehamilan akan menyebabkan cacat pada janin, yang disebut sindrom rubella kongenital atau congenital rubella syndrome (CRS),” tutur Prof. Sri. Janin yang terkena CRS bisa lahir dengan lingkar kepala kecil, penyakit jantung bawaan, kelainan pada mata (misalnya katarak), tuli, dan keterlambatan mental. Gawatnya lagi, bisa saja bayi mengalami lebih dari satu gangguan. Insiden CRS diperkirakan 0,2/1.000 kelahiran hidup. Pada 2015 ditemukan 979 kasus CRS baru.

Indonesia termasuk 10 besar negara yang melaporkan kasus campak terbanyak. Pada 2016, kasus campak mencapai 2.949, naik dari 1.194 pada 2015. Namun, pada 2017 turun menjadi 1.532. Untuk rubella, kasusnya mencapai 1.341 pada 2016, dan seperti campak, kasusnya pun turun pada 2017 (jadi 926 kasus).

Bila dilihat, pada 2017 dilaksanakan kampanye vaksinasi MR fase 1. Saat itu, vaksinasi MR baru dijalankan di seluruh provinsi di Jawa; namun kasus campak dan rubella sudah berhasil diturunkan. Secara kasar bisa kita lihat bahwa vaksinasi MR efektif mencegah campak dan rubella. Dengan kampanye MR fase 2 di luar Jawa, diikuti dengan vaksinasi rutin, kita bisa berharap campak dan rubella akan semakin turun di Indonesia.

Pemerintah sudah menyediakan vaksinnya; kitalah yang sekarang berperan. Idealnya, cakupan vaksinasi >80%. Makin tinggi akan semakin bagus. “Vaksinasi berguna untuk mencegah kematian dan kecacatan. Memang kematian itu suratan dari Allah, tapi kita harus berikhtiar supaya anak sehat hingga dewasa,” tandas Prof. Sri. (nid)

__________________________________

Ilustrasi: Freepik.com