Periode MPASI (makanan pendamping ASI) boleh jadi merupakan tantangan terberat bagi ibu, tak terkecuali bagi ‘millenial mums’. Memikirkan menu MPASI setiap hari, ditambah lagi kegalauan apakah nutrisi dari MPASI cukup dan sesuai kebutuhan bayi, adalah PR besar bagi ibu.
Lewat masa ASI eksklusif 6 bulan, bayi membutuhkan tambahan berupa MPASI. Ya, karena ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kalori bayi. “Syarat MPASI ada empat: tepat waktu, bergizi lengkap, aman, dan diberikan dengan cara yang benar,” tutur dr. Diana F. Suganda, M.Kes., Sp.GK, Spesialis Gizi Klinis.
Tepat waktu yakni usia 6 bulan, dan bayi sudah menunjukkan tanda-tanda siap makan. Terlalu cepat memberi MPASI sebelum bayi siap makan bisa membuat bayi mengalami invaginasi (usus ‘terlipat’ sehingga masuk ke saluran usus di sebelahnya); sedangkan MPASI yang terlambat bisa membuat bayi kekurangan nutrisi.
Baca juga: Pangan Hewani, Investasi untuk Enyahkan "Stunting"
Syarat kedua, MPASI harus bergizi lengkap. “Harus mengandung makronutrisi dan mikronutrisi, dengan pedoman gizi seimbang,” terang dr. Diana, dalam diskusi Cara Mudah Jadi Millennial Mums yang Peduli Nutrisi yang diselenggarakan oleh Teman Bumil dan Tokpedia di Jakarta, Kamis (31/01/2019). Komposisi MPASI harus mengandung protein hewani karena kandungan asam aminonya lengkap untuk mencegah stunting; juga lemak baik seperti omega-3 yang akan mendukung perkembangan otaknya. Jangan lupakan mikronutrisi seperti zat besi, untuk menghindari anemia defisiensi besi.
Selain bernutrisi, MPASI juga harus aman. Cuci selalu tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan makanan dan memberi makan si kecil. Peralatan masak dan peralatan makan bayi pun harus dicuci bersih. Penyimpanan MPASI dan bahan makanan di kulkas pun harus diperhatikan—ini yang kadang terlewatkan. “Pisahkan antara makanan matang dan makanan mentah. Meski disimpan dalam boks tertutup, bahan mentah dan matang sebaiknya disimpan di rak yang berbeda,” papar dr. Diana. Ini untuk mencegah kontaminasi silang, khususnya dari bahan makanan protein hewani mentah, yang berisiko tinggi ditumbuhi kuman berbahaya.
Tak kalah penting, MPASI harus diberikan dengan cara yang benar, “Siapapun yang memberi makan bayi harus memahami sinyalnya; sinyal lapar dan sinyal kenyang.” Sebelum bayi lapar, makanan harus sudah siap. “Begitu ia lapar dan kita tinggal menyiapkan makanannya (ke piring), ia akan girang. Tapi kalau sudah kelaparan sementara makanan belum siap, bayi akan keburu ngambek,” imbuh dr. Diana. Bayi sering memasukkan tangannya ke mulut saat jam makan, adalah tanda bahwa ia lapar.
Baca juga: Risiko Anak "Stunting" akibat Puree
Sebaliknya bila bayi sudah menutup mulut dan memundurkan tubuhnya, itu berarti ia sudah kenyang, “Jangan dipaksa harus menghabiskan makanan.”
Buatlah jadwal makan yang teratur agar bayi terbiasa. Yang pasti, jangan menciptakan memori yang buruk dalam proses memberi makan, karena akan membuat bayi trauma terhadap makanan.
Sandra Dewi berbagi pengalamannya memberikan MPASI kepada Raphael. “Anak itu makan tergantung mood-nya dia. Hari ini suka, besok belum tentu. MPASI itu tantangan paling berat buatku,” ujarnya. Berdasar pengalamannya, bayi sudah memiliki cita rasa, sehingga MPASI harus enak agar anak berselera makan. Rapha sekarang sudah 12 bulan, menu MPASI-nya bintang empat. “Nasi tim pakai daging dan sayur. Mengolah nasi pakai kaldu, kasih garam sedikit,” ujarnya memberi tips. Daging sebagai sumber protien, diselinginya dengan ayam dan ikan. Tak ketinggalan, buah sebagai snack.
Aplikasi Teman Bumil berkolaborasi dengan Tokopedia, khusus untuk millennial mums. Sepanjang 2019, pengguna aplikasi Teman Bumil bisa mendapat promo regular eksklusif untuk produk perlengkapan bayi, MPASI dan nutrisi, serta peralatan dapur. “Dengan kolaborasi ini, pengguna Teman Bumil bisa mendapatkan benefit eksklusif yang bisa digunakan untuk meningkatkan status gizi keluarga,” jelas Robyn Soetikno, co-founder Teman Bumil. (nid)