Melacak Bakat Anak Lewat Sidik Jari | OTC Digest

Melacak Bakat Anak Lewat Sidik Jari

Sidik jari bukan hanya urusan polisi untuk mengenali pelaku kejahatan. Sidik jari ternyata bisa digunakan untuk menganalisis bakat (fingerprint analysis) anak; seperti tes psikologi yang sudah dikenal luas. 

Ini merupakan metode pengukuran data biometrik, guna  mengetahui gaya kerja otak yang dominan berkaitan dengan potensi bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar / bekerja seseorang.

Direktur Psycho-biometric Lab R&D Talent Spectrum & DIC Fingerprint Analysis, Adrian Benny Hidayat mengatakan, ”Fingerprint analysis bukan ramalan, karena ada dasar ilmiahnya. Ia bukan alat ukur kecerdasan atau pembanding, tapi menginterpretasikan potensi dalam diri seseorang. Termasuk gaya belajar. Ia tidak mengukur kecerdasan seseorang, karena kecerdasan selain faktor genetik, juga dipengaruhi oleh lingkungan atau usaha yang dilakukan.”

Dalam neuro-psikologi diungkapkan, kepribadian ditentukan oleh cara kerja otak. Ahli dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari pola sidik jari) dan kalangan neuro-anatomi (kedokteran anatomi tubuh) menemukan, pola sidik jari telah muncul sejak janin berusia 13 – 24 minggu. Pola guratan sidik jari / garis epidermal (EGF = Epidermal Growth Factor), menunjukkan kesamaan dengan sistem hormon pertumbuhan sel otak (NGF = Nerve Growth Factor).             

“Sidik jari merekam cara kerja otak pertama kali. Pola-pola guratan sidik jari mencerminkan sistem informasi yang diterima oleh reseptor (telinga, kulit, mata) ke otak belakang. Kemudian direkam di area otak depan yang sebelumnya mengalami saringan di bagian sistem limbik,” ujar Benny.

Kesepuluh jari anak dianalisa. Jempol berhubungan dengan asosiasi dengan orang lain. Telunjuk mencerminkan analisa dan pengambilan keputusan. Jari tengah ke gerakan, jari manis ke komunikasi, dan kelingking ke fungsi visual.

Selanjutnya ialah menstimulasi dengan benar sesuai bakat, agar anak cerdas. “Cerdas adalah kemampuan menemukan, menyelesaikan dan membuat masalah,” papar bapak 6 anak ini.

 

Metode belajar

Salah satu gaya belajar yang dilihat ialah metode visual, di mana anak mudah memahami ketika diberi data visual seperti teks (huruf, angka, simbol) dan gambar.

Metode lain yang mirip ialah auditori. Ini merupakan kecenderungan gaya belajar menggunakan indera pendengaran. Informasi data auditori, terbagi menjadi bahasa dan nada. Lainnya ialah metode kinestetis, yang cenderung belajar menggunakan gerakan dan sentuhan.  Baca : 3 Metode Belajar Yang Perlu Anda Tahu

“Dari hasil yang diperoleh, dilihat gaya mana yang paling tinggi persentasenya. Kalau rata 33% semua, berarti anak cenderung bisa semua gaya belajar. Bisa disebut multitalenta. Anak gampang menyerap segala pelajaran tapi tidak fokus. Pada anak yang salah satu gayanya sangat dominan (>40%) atau sangat spesifik, juga mesti hati-hati. Metode belajar yang lemah juga mesti distimulasi, agar balance. Pada anak yang diduga autis, ternyata cuma tidak balance stimulasinya,” imbuh Benny. (jie)