Tips Memilih Gigi Palsu | OTC Digest

Tips Memilih Gigi Palsu

Jangan biarkan gigi menjadi ompong. Selain tidak sedap dipandang, gigi ompong akan mengganggu fungsi penguyahan dan wicara. Memakai gigi palsu mampu mengembalikan fungsi struktural gigi.

Gigi palsu / tiruan ada yang bisa dilepas, ada yang permanen (cekat). “Gigi tiruan jenis cekat tidak bisa dilepas oleh pasien karena disemen atau direkatkan oleh dokter gigi,” terang Prof. Dr. drg. Lindawati S. Kusdhany, Sp. Pros (K) dari FKG Universitas Indonesia, Jakarta.

Cekat

Ada tiga pilihan gigi palsu cekat, yakni: pemasangan crown (mahkota), bridge (jembatan) dan implan. Crown digunakan untuk menggantikan sebagian atau seluruh struktur gigi yang rusak, namun akar gigi masih kuat.

Bila gigi sudah tanggal sepenuhnya, sebaiknya memilih bridge. Yakni pemasangan gigi tiruan yang disangga gigi-gigi asli, di kiri-kanan gigi yang tanggal.

“Yang mutakhir, dengan implan,” ujar drg. Bernadi C. Into, Sp.Pros dari Siloam Hospital, Jakarta. Implan yakni menggantikan gigi yang sepenuhnya tanggal. Dokter gigi akan menanamkan implan dari titanium untuk mengganti fungsi akar gigi. Setelah implan menyatu dengan tulang rahang, mahkota gigi dipasang di atasnya, “Biasanya dalam 1,5-3 bulan.”

Lepasan

Gigi palsu lepasan ada yang penuh, ada yang sebagian. Gigi palsu lepasan digunakan bila hanya sebagian gigi yang hilang. “Kalau tidak bergigi sama sekali, pilihannya adalah gigi tiruan lepasan penuh,” ucap Prof. Linda. Ini mencakup gigi tiruan untuk rahang atas dan bawah.

Bahan pembuat

Bahan gigi tiruan cekat dan lepasan berbeda. Pada yang cekat, bahan yang digunakan menyerupai gigi asli: porselen yang keras. Pada yang lepasan, bahannya bervariasi: akrilik penuh, dengan plat lebih tebal dan ada cengkeram kawatnya. Jenis ini harganya paling terjangkau.

Ada yang kombinasi; gigi terbuat dari akrilik, namun frame-nya dari plat logam di bagian dalam. Yang dari logam bisa dibuat sangat tipis, sehingga nyaman digunakan. Gigi jenis ini juga memiliki cengkeram kawat.

Ada jenis valplast (flexi denture) yang terbuat dari bahan nylon thermoplastic. Platnya tipis dan fleksibel (lentur), sehingga dapat menempel pada gusi dan daerah sekitar gigi asli dengan baik dan nyaman. Gigi tiruan jenis ini tidak menggunakan frame metal atau cengkeram kawat.

“Pemilihan metode gigi palsu disesuaikan dengan kondisi pasien; secara kesehatan, kondisi fisik, hingga faktor ekonomi,” terang drg. Bernadi. Untuk implan, misalnya, kondisi tulang rahang pasien harus baik (padat).

Pada penderita penyakit sistemik seperti osteoporosis dan diabetes melitus, harus dilihat seberapa parah penyakit ini mempengaruhi rongga mulut. Osteoporosis mengurangi kepadatan tulang, termasuk tulang rahang. Bila kondisinya cukup berat, tidak mungkin dilakukan pemasangan implan.

Untuk metode bridge, gigi-gigi di kiri kanan yang dijadikan pegangan harus diasah lebih dulu. “Pengasahan tidak merusak karena setelahnya, gigi akan ditutup lagi dengan mahkota tiruan,” jelas Prof. Linda.

Perlu dinilai, apakah gigi yang akan dijadikan pegangan masih kuat; tidak goyang dan tertanam dengan baik di tulang. Kondisi gigi harus steril, untuk mencegah kemungkinan infeksi. (nid)

Baca juga : Cegah Kelainan Sendi Rahang Akibat Gigi Ompong