Cegah Kelainan Sendi Rahang Akibat Gigi Ompong | OTC Digest

Cegah Kelainan Sendi Rahang Akibat Gigi Ompong

Jangan anggap remeh jika Anda memiliki gigi ompong. Banyak masalah yang muncul akibat ompong, mulai dari mengganggu fungsi penguyahan dan bicara, sampai berisiko mengalami kelainan sendi rahang.

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menyatakan sekitar 70% penduduk Indonesia mengalami gigi berlubang. Tidak hanya terjadi di satu gigi, namun rata-rata memiliki 5 gigi berlubang.

Gigi berlubang yang tidak ditambal berpotensi tanggal atau harus dicabut. Masyarakat masih sering mengabaikan kesehatan/kondisi gigi. Padahal, gigi geligi penting adanya. Ada tiga fungsi gigi: mengunyah makanan, membantu berbicara dan estetik.

Bila ada gigi yang tanggal (ompong), kemampuan mengunyah menurun, sehingga asupan nutrisi ke tubuh tidak maksimal. Bagi orang yang berusia lanjut, ompong bisa menjadi masalah besar. Secara anatomis, kemampuan lansia mencerna dan menyerap makanan sudah berkurang. Bila ditambah dengan gigi tanggal, risiko mengalami kekurangan gizi makin besar.

Prof. Dr. drg. Lindawati S. Kusdhany, Sp.Pros (K), dari FKG Universitas Indonesia, Jakarta, menegaskan, “Gigi yang tanggal sebaiknya diganti.” Dampak paling ringan adalah muncul masalah psikologis; malu untuk tersenyum dan bersosialisasi.

Pengucapan huruf tertentu terganggu bila gigi tanggal, dan proses mengunyah jadi tidak maksimal. Gigi ompong pada satu sisi, membuat pasien  cenderung mengunyah pada satu sisi.

“Bila ini berlanjut dalam waktu lama, bisa mengakibatkan kelainan sendi rahang,” imbuh Prof. Linda. Kelainan pada sendi rahang, bisa menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Gigi ompong akan menciptakan rongga pada deretan gigi, membuat jaringan di sekitar gigi yang tanggal berubah. Gigi lawan (yang berada di atas atau di bawah gigi yang tanggal) akan turun ke arah yang tidak bergigi.

Gigi di kiri-kanan gigi tanggal akan bergeser, sehingga deretan gigi menjadi renggang. Ini membuat makanan mudah terselip di antara gigi, dan  menimbulkan kelainan pada jaringan penyangga gigi (periodontal).

“Selanjutnya, gigi-gigi yang lain akan ikut goyang sehingga perlu dicabut atau tanggal dengan sendirinya,” tutur Prof. Linda.

Gigi tiruan

Gigi ompong bisa diatasi dengan gigi tiruan. Idealnya, hal itu dilakukan selambatnya sebulan setelah gigi tanggal, agar kondisi gigi geligi yang lain tidak sempat berubah.

Drg. Bernadi C. Into, Sp.Pros dari Siloam Hospital, Jakarta, menyatakan, “Kalau bisa, gigi tiruan mempertahankan jaringan yang ada semaksimal mungkin.” Bila bagian gigi yang tersisa hanya akarnya, dokter gigi bisa membuat mahkota tiruan. Itu prinsip utamanya.

Kedua, pemasangan gigi tiruan harus dilakukan secara higienis. Ketiga, membentuk / mengembalikan gigi seperti bentuk aslinya atau bentuk fungsionalnya yang baik, yakni untuk makan dan berbicara. Dan, secara estetis baik, sesuai dengan wajah pasien.

Yang perlu diperhatikan, sebelum gigi tiruan dipasang, kondisi jaringan mulut harus sehat. Gigi yang busuk harus dicabut; gigi harus steril dan bebas masalah saat gigi tiruan dipasang. (nid)