SKM Mengandung Susu, tapi Tidak untuk Melengkapi Gizi | OTC Digest
susu_kental_manis

SKM Mengandung Susu, tapi Tidak untuk Melengkapi Gizi

Keresahan seputar “susu” kental manis (SKM) masih berlanjut. Akhirnya Senin (09/07/2018) Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM menggelar konferensi pers terkait hal ini. “Produk susu kental manis masih memiliki kandungan susu yang diolah dan ditambahkan gula,” ujar Kepala BPOM Penny L. Lukito. Ia menambahkan, dalam pembuatan SKM, air pada susu dikeluarkan, dievaporasi, dikentalkan, lalu ditambahkan gula.

Dalam lamannya, BPOM menyatakan bahwa SKM termasuk ke subkategori susu kental dan analognya. Subkategori ini berbeda dengan susu cair dan produk susu serta susu bubuk, krim bubuk, dan bubuk analog.

Dari sumber terpisah yakni siaran pers Komisi IX: BPOM Harus Optimalkan Fungsi ketahanan Masyarakat yang diterima OTC Digest pada Jumat (07/07/2018), SKM adalah susu berupa cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan air dari campuran susu dan gula sehingga mencapai tingkat kepekatan tertentu. Inilah definisi SKM yang tepat berdasarkan Codex Alimentarious Comission, lembaga di bawah FAO yang acuannya menjadi standar di seluruh dunia.

“Berdasarkan ketentuan Codex, SKM bisa juga merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula,” terang Syarief Darmawan dalam siaran pers tersebut. Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II ini melanjutkan, gula yang ditambahkan haruslah bisa mencegah kerusakan produk SKM. Ya, gula dalam SKM berperan sebagai bahan pengawet, sehingga SKM bisa disimpan hingga setahun bila belum dibuka. “Produk kemudian dipasteurisasi dan dikemas secara kedap atau hermetis,” imbuhnya.

Berdasarkan keterangan CODEX STAN 252-2006 halaman 26, tertulis bahwa padatan susu dalam SKM minimal 20%, dan kandungan proteinnya minimal 34% dari padatan susu. Kadar lemak susu minimal 8% dari berat bersih. Menurut Syarief, ini sudah terimplementasi dalam Peraturan Kepala BPOM No. 21 Tahun 2016 Tentang Kategori Pangan, yang mensyaratkan karakteristik SKM mengandung minimal 8% lemak susu dan 6,5% protein dari berat bersih SKM tanpa tambahan rasa (sesuai SNI 01-297-1998).

Pada beberapa merk SKM (tanpa tambahan rasa) yang ditelusuri OTC Digest, tidak dicantumkan berapa banyak kandungan padatan susu maupun persentase/kandungan protein dalam satu kemasan SKM. Yang tertulis adalah kandungan protein 1 – 3 gr (tergantung merk) dalam satu takar saji (40 gr). Bila dalam satu kaleng (370 gr) SKM terkandung 9 takar saji, maka kandungan proteinnya yakni 9 – 27 gr/kaleng. Bila mengikuti aturan BPOM 6,5% protein dari berat bersih SKM, seharusnya per kaleng SKM 370 gr mengandung 24,05 gr protein atau setara dengan 2,7 gr per takar saji.

Baca juga: “Susu” Kental dan Manis yang Bukan Susu

Adapun kandungan lemaknya, berdasarkan ketentuan BPOM dan CODEX minimal 8% dari berat bersih. Dalam label, tercantum bahwa kandungan lemak 3,5 gr/takar saji. Maka dalam 1 kaleng SKM 370 gr, kandungan lemaknya sekitar 31,5 gr. Ini setara dengan 8,5%.

Menilik fakta-fakta di atas, maka kandungan lemak dalam SKM sudah sesuai ketentuan, sedangkan kandungan protein sesuai bila mencapai 3 gr/takar saji. Yang jadi masalah besar adalah iklan dan label SKM yang menampakkan bahwa SKM bisa diminum sebagai susu.

Penny menegaskan, SKM tidak boleh dikonsumsi sebagai pengganti atau penambah asupan kebutuhan gizi dari susu, meski memiliki kandungan susu. “Boleh dikonsumsi sebatas digunakan sebagai pelengkap sajian, tapi bukan sebagai pengganti susu untuk memenuhi kebutuhan gizi,” ujarnya. Pelengkap sajian yang dimaksud misalnya sebagai penambah rasa dalam minuman (teh, kopi) atau topping pada makanan.

Rasanya, SKM tidak perlu sampai ditarik dari pasaran. Tindakan sejauh ini hanya akan merugikan perekonomian hingga berdampak pada peternak sapi. Bagaimanapun, prosuk SKM aman dikonsumsi. Asalkan sesuai aturan – tidak sebagai pengganti susu – dan kita tidak berlebihan mengonsumsinya. Produsen pun harus memperbaiki iklan dan label kemasan, sesuai ketentuan BPOM. (nid)

_________________________________

Foto oleh: Hanida Syafriani