Silat untuk Penyembuhan
silat_pengobatan_asma

Silat untuk Pengobatan Asma

Di beberapa negara, latihan beladiri mulai digunakan untuk menunjang pengobatan. Misalnya Kempo di Jepang, Tai Chi di China, atau Hwarang Do di Korea. Sebuah rumah sakit di Perancis menggunakan olahraga boxing (tinju) untuk melatih paru-paru. Indonesia sendiri kaya akan seni beladiri. Di Indonesia, dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, Sp.PD-FINASIM yang praktik di RS Marinir Cilandak, Jakarta, mengombinasikan ilmu beladiri silat aliran Sin Lam Ba untuk mengobati pasiennya, sebagai terapi pendamping.

Secara umum, olahraga adalah bergerak, dalam gerakan yang teratur. “Otot bekerja, sendi bergerak, jantung memompa, paru-paru mengisap osigen dan membuang CO2. Orang yang kurang bergerak, cenderung mengalami gangguan sirkulasi darah, nafas pendek, otot kaku, atau dalam bahasa awam, sering disebut encok,” tutur dr. Wisjnu. Olahraga juga bermanfaat untuk membakar karbohidrat menjadi energi, sehingga tidak tertimbun di tubuh dalam bentuk lemak.

Olahraga beladiri memiliki beberapa aspek tambahan: strength (kekuatan), speed (kecepatan), endurance (daya tahan), dan target ekspektasi. Misalnya di awal latihan bisa memecahkan satu batu bata, makin lama makin banyak bata yang bisa dipecahkan. “Ini menunjukkan bahwa kemampuan tubuh menghasilkan daya ledak dari metabolisme tubuh meningkat. Itu efek yang bisa diukur,” terang dokter yang ikut mempersiapkan para aktor The Raid agar tidak cedera serius.

Khusus untuk silat, gerakan-gerakannya mirip gerakan orang menari. Terjadi kontraksi dan relaksasi yang disertai tarikan nafas, penahanan nafas, dan peghembusan nafas. “Ada kondisi ketika kita harus menahan nafas, agar sirkulasi jantung membaik. Mengeluarkan nafas berarti kita membuang racun-racun dari dalam tubuh. Orang yang nafasnya panjang, dan dilakukan secara kontinyu, akan mendapat banyak manfaat,” papar dr Wisjnu.

Latihan bisa diukur, lalu ditingkatkan secara bertahap. Misalnya saat latihan 15 menit tidak capek atau lemas, maka bisa ditingkatkan jadi 20 menit. Pada sesi berikutnya, latihan 20 menit masih kuat, maka bisa terus dinaikkan lagi secara bertahap, “Jangan langsung berat. Lalu kita evaluasi, apakah ada perbaikan dengan kadar gula darah, tensi, dan lain-lain.”

 

Silat untuk pengobatan asma

Menurut dr. Wisjnu, inti pengobatan asma menggunakan silat ada pada teknik pernafasan dan gerakan (jurus). “Pada pasien asma, kita bangun kemampuan relaksasi dari paru-paru dan kemampuan untuk membuang CO2, agar mencapai titik tertinggi,” jelasnya.

Saat bernapas rutin, kita melakukan napas biasa. “Dengan latihan silat, kita membangun napas dengan tiga tingkatan: nafas diafragma bawah, nafas bagian tengah, dan nafas dada bagian atas,” ucapnya. Ada pasien dr. Wisjnu yang memiliki asma sejak usia 5 tahun, dan tergantung dengan obat-obatan. Setelah latihan silat 6 bulan, ia hanya batuk-batuk sedikit saat mengalami serangan asma.

Pasien ini sekarang sudah sembuh total; bahkan asmanya tidak kumat sekalipun kena hujan dan debu. “Dengan latihan, kemampuan tubuh dibangun untuk bisa menetralisir pemicu asma. Stresnya pun berkurang sehingga daya tahan tubuh meningkat,” imbuh dr. Wisjnu.

Selain itu, pasien juga “dipukul” dan “ditendang”. “Pada pasien asma, terjadi semacam retensi (penumpukan) dahak di paru-paru. Kita dorong punggungnya dengan keras, dngan cara dipukul atau ditendang dengan punggung kaki agar pasien batuk, dan dahak bisa keluar,” papar dr. Wisjnu, yang sudah berlatih aneka beladiri sejak kecil.

Ini sebenarnya mirip fisioterapi, di mana punggung disinar lalu ditepuk-tepuk. Pada orang yang latihan silatnya sudah baik, tidak cukup hanya tepukan-tepukan karena napasnya sudah kuat; harus digunakan teknik khusus. Caranya, “Pasien tahan napas, lalu punggungnya kita dorong dengan keras. Tujuannya, mengeluarkan dahak yang sulit dikeluarkan.”

Terapi seperti ini tidak bisa langsung dilakukan tanpa persiapan pasien. Bisa-bisa, pasien pingsan. Untuk bisa menjalani teknik tersebut, sebelumnya pasien harus berlatih silat dulu selama 6 bulan. “Latihan dulu untuk memperbaiki kondisi paru-paru, sehingga saat dilakukan tindakan, dia sudah kuat dan dahak bisa dikeluarkan,” terang dr. Wisjnu. Saat paru-paru mulai bersih, kebutuhan akan obat turun. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Image by AgusTriyanto from Pixabay