Lembut, semi padat, berwarna kuning. Secara fisik, margarin dan butter (mentega) tidak banyak berbeda. . Bedanya. “Margarin terbuat dari lemak nabati, mentega dari kepala susu,” ujar Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc dari Dept. Gizi FKUI, Jakarta. Mentega umumnya lebih lembut dan mudah meleleh pada suhu kamar.
Menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB, Bogor, kandungan asam lemak jenuh (ALJ) pada mentega lebih tinggi. Sedangkan komposisi lemak pada margarin berbeda-beda, tergantung bahan dasarnya.
Di luar negeri, margarin banyak terbuat dari minyak kedelai atau jagung, sedangkan di Indonesia dari minyak sawit. Minyak kedelai atau jagung tinggi asam lemak tak jenuh (ALTJ) ganda, dan komposisi lemak jenuhnya rendah. “Apa pun bahan dasar margarin, kandungan ALJ-nya relatif lebih rendah daripada mentega,” ujar Prof. Ali.
Baca Juga : Tips Memilih Memilih Margarin
Ingin Gorengan Sehat? Pakailah Minyak Goreng Bekatul
Kismis, Antioksidan hingga Antikolesterol
Jadi, margarin lebih sehat? Secara umum, kandungan lemak pada mentega bisa 2x kandungan lemak margarin. Kalori margarin pun lebih rendah: 50 kkal/100 gram, sedangkan mentega100 kkal/100 gr. Selain itu, “Kandungan kolesterol mentega sekitar 30 mg/saji. Margarin tidak mengandung kolesterol,” ujar Dr. dr. Tati. Namun mentega mengandung vitamin larut lemak (A, D, E, K) dan selenium yang baik untuk kesehatan. Sebaliknya, margarin tidak mengandung vitamin dan mineral, tapi mengandung ALTJ yang dapat menyehatkan jantung dan pembuluh darah.
Prof. Ali dan Dr. dr. Tati menjelaskan, ALJ dan kolesterol pada mentega bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan jantung. “Terutama bagi mereka dengan faktor risiko seperti kolesterol tinggi, kegemukan, suka makan enak, dan memiliki faktor keturunan,” ujar Prof. Ali.
Mentega tidak harus dipantang; yang penting jangan berlebihan. Dalam sehari, tubuh perlu 30% lemak dari total kalori. Dari 30% ini, 20% terdiri atas ALTJ (tunggal dan ganda), dan 10% lemak jenuh. “Batas aman konsumsi mentega, tidak lebih 7% dari total asupan lemak harian,” ujar Dr. dr. Tati. Ini untuk antisipasi asupan lemak jenuh dari makanan lain, sehingga total konsumsi lemak jenuh tak lebih dari 10%. Sebagai informasi, semua bahan makanan hewan mengandung ALJ.
Margarin rendah lemak jenuh dan non kolesterol. Namun, proses pembuatannya bisa menghasilkan lemak trans, hingga perlu waspada. Dibanding ALJ, lemak trans lebih berbahaya bagi jantung dan pembuluh darah.
Jadi, silakan konsumsi mentega atau dalam jumlah terbatas dan frekuensinya jarang. “Pilih yang rendah lemak dan/atau bebas asam lemak trans,” kata Dr. dr. Tati. (nid)