Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar | OTC Digest

Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar

“Cepat kasih mentega!” ucapan seperti itu sering disarankan, bila ada orang yang mengalami  luka bakar. Saran lain: gunakan pasta gigi, kecap, minyak goreng atau putih telur.  Ternyata, secara medis, hal itu tidak disarankan karena justru bisa memperpaerah luka bakar dan meningkatkan risiko infeksi.

“Pertolongan pertama luka bakar, cukup siram dengan air mengalir,” ujar dr. Nenden S. Prabu, Sp.KK. Menyiram dengan air disebut cooling down; lakukan selama 15-20 menit dan berlaku untuk luka bakar ringan hingga berat, apa pun penyebabnya. “Menyiram dengan air dapat menghambat kerusakan jaringan yang lebih luas, sekaligus membersihkan luka dan mengurangi nyeri,” kata dr. Nenden.

Mengapa yang digunakan sebaiknya air yang mengalir, bukan es? Aliran air akan ‘mengambil’ panas dari kulit. Perubahan suhu di kulit akan terjadi secara perlahan. Sebaliknya, es bisa menimbulkan gangguan yang lebih gawat karena luka menjadi terlalu dingin, karena  perubahan suhu terjadi secara drastis.

Setelah cooling down, keringkan luka dengan cara menepuk-nepukkan handuk dengan lembut, lalu oleskan burn gel. Ini adalah pertolongan pertama. Gel ini mengandung banyak air serta bahan yang dapat meredakan nyeri, berbeda dengan lotion yang mengandung minyak.

Burn gel bekerja menyerap panas, mendinginkan kulit dan menciptakan lapisan pelembab di aras luka. Hasilnya, kulit terjaga dari infeksi bakteri sekunder sekaligus mengurangi rasa tidak nyaman pada luka.

Setelah itu, tutup luka bakar dengan kassa steril, tapi jangan sampai menempel terlalu erat di kulit, “Karena dapat mengganggu proses penyembuhan, terutama proses epitelialisasi epidermis dan vaskularisasi kulit.” Hindari penggunaan kapas atau bahan lain, yang bisa menempel pada luka.

Luka derajat I bisa dirawat sendiri di rumah, derajat II mungkin perlu dibawa ke RS, derajat III harus dibawa ke RS. Bila dirawat di rumah, lanjutkan dengan mengoleskan obat yang mengandung silver sulfadiazine (krim antibiotik) untuk mencegah infeksi.

“Wanita hamil/menyusui sebaiknya menghindari obat ini; juga mereka yang alergi terhadapnya, anak <2 bulan, serta luka bakar di bagian wajah,” ujar dr. Nenden. Sebagai gantinya, gunakan gentamisin, mupirosin atau krim yang mengandung asam fusidat. Lalu, tutup longgar dengan kassa steril.

Selama masa penyembuhan, luka harus dijaga dari kotoran, debu mau pun mikroorganisme. Pengobatan bisa dikombinasi dengan krim yang mengandung kolagen serta vitamin C dan E. Setelah luka kering, kulit kadang menjadi lebih gelap atau kasar. Untuk menghaluskannyai, lotion, olive oil atau baby oil bisa digunakan. Bila kulit menjadi lebih gelap, gunakan krim yang mengandung pemutih kulit yang aman; diskusikan dengan dokter.

Luka bakar derajat I, II, III

Ada tiga derajat luka bakar.  Derajat I hanya mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis); biasanya karena terpapar zat cair yang suhunya tidak terlalu tinggi dan waktu paparannya singkat. Kulit akan terlihat merah, sakit, tidak ada gelembung.

Derajat II merusak seluruh epidermis dan sebagian dermis. Tanda khasnya, terbentuk gelembung di kulit karena pembuluh darah rusak sehingga plasma/cairan darah keluar.

Pada derajat III, luka sangat dalam. Seluruh lapisan kulit terbakar, bahkan mungkin merusak organ di bawah kulit (otot, saraf, dll). Luas kulit yang terkena luka bakar perlu diperhatikan. Makin luas daerah yang terkena, makin berisiko. (nid)