Pentingnya “Medical Check Up” untuk Anak dan Dewasa | OTC Digest
pemeriksaan_check_up_anak_dewasa

Pentingnya “Medical Check Up” untuk Anak dan Dewasa

Banyak yang tidak mau melakukan medical check up (MCU) karena takut bila ternyata memang memiliki penyakit. “Padahal kalau diihat sisi positifnya, kita bersyukur penyakit ketahuan sehingga bisa diintervensi. Makanya disebut deteksi dini,” ujar dr. Bettia M. Bermawi Sp.PK, Dokter Patologi Klinik dari RS St. Carolus, Jakarta.

Hasil pemeriksaan MCU akan jadi panduan bagi dokter untuk menegakkan diagnosis, juga memantau perkembangan penyakit dan keberhasilan pengobatan. Ditengarai, pemeriksaan diagnostik memandu sekira 70% dari keputusan klinis yang penting.

Secara umum, disarankan melakukan MCU secara rutin satu tahun sekali. “Namun untuk beberapa penyakit tertentu agak lebih ketat. Bisa enam bulan sekali, ada pula yang empat bulan sekali,” terang dr. Bettia dalam diskusi seputar pengenalan layanan Total Laboratory Automation (TLA) Prodia Tower, di Jakarta, Selasa (09/07/2019).

Biasanya, orang pertama kali melakukan MCU saat tes sebelum masuk kerja. Setelah itu, manfaatkanlah fasilitas MCU rutin dari kantor setahun sekali. Jangan takut menghadapi hasilnya, dan jangan khawatir bahwa darah akan habis karena diambil untuk sampel. Meski terlihat banyak karena darah dimasukkan ke berbagai tabung, sesungguhnya darah yang diambil hanyalah 2 cc atau setara dengan 1 sendok makan saja.

Jangan tunggu sampai usia 40 tahun baru MCU rutin. MCU bisa mulai dilakukan kapan saja, apalagi tren gaya hidup kita berubah. Pola makan cenderung tinggi lemak, gula, garam dan minim serat, dan kita makin jarang bergerak. “Penyakit-penyakit degeneratif seperti stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner mengancam usia yang makin muda,” ucap dr. Bettia.

MCU umum antara lain mencakup pemeriksaan kadar kolesterol dan gula darah, pengukuran tensi, pemeriksaan fungsi ginjal (dari darah maupun urin), serta SGOT/SGPT untuk menilai fungsi hati. Tes fungsi jantung dengan tes treadmill juga acap dilakukan.

Selain itu, lakukan pula pemeriksaan khusus yang berhubungan dengan jenis kelamin. Pada perempuan misalnya, lakukan pula pemeriksaan USG payudara pada usia <40 tahun, lalu mamografi setelah 40 tahun. Juga tes untuk deteksi dini kanker serviks seperti Pap smear, IVA (inspeksi visual asam asetat), dan pemeriksaan HPV DNA. Untuk laki-laki, ada pemeriksaan darah PSA (Prostate Specific Antigen) untuk skrining kanker prostat. Bagi perokok, sangat penting memeriksakan kesehatan paru, minimal dengan foto toraks.

Anak-anak pun bisa menjalani pemeriksaan. “Biasanya untuk mendeteksi berbagai kelainan darah. Minimal untuk mendeteksi anemia akibat kekurangan zat besi,” lanjut dr. Bettia. Anemia defisiensi besi (ADB) banyak terjadi pada anak usia sekolah. Tesnya berupa pemeriksaan darah sederhana, untuk melihat kadar hemoglobin.

Untuk anak obes atau kelebihan berat badan, serta yang terlambat puber, MCU juga diperlukan. Jangan anggap sepele kondisi-kondisi demikian, karena akan sangat berdampak pada kesehatan mereka kelak. Untuk masalah terlambat puber misalnya, bila dideteksi dini, dokter bisa segera memberi terapi yang tepat. Misalnya hormon seks, atau terapi dengan hormon pertumbuhan (growth hormone).

Pada dasarnya, MCU bisa dilakukan berdasarkan rujukan dari dokter maupun inisiatif sendiri untuk deteksi dini. Apalagi bila ada riwayat penyakit tertentu di keluarga. “Namun memang untuk lebih terarah dan tepat, diperlukan rujukan dari dokter,” ujar dr. Bettia. Setelah hasilnya keluar, jangan lupa untuk kembali ke dokter, untuk pembacaan hasilnya. Dengan demikian kita benar-benar paham kondisi tubuh kita, dana pa yang perlu dilakukan seandainya ada penilaian yang kurang baik.

Bagaimana kriteria memilih lab agar hasilnya akurat dan tepat waktu? Simak di sini. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Medical photo created by rawpixel.com - www.freepik.com