Minum Susu = Investasi Kesehatan untuk Masa Depan | OTC Digest
susu_kalsium_tulang_osteoporosis_investasi

Minum Susu = Investasi Kesehatan untuk Masa Depan

Bagi kita “kids zaman old”, jargon 4 Sehat 5 Sempurna begitu lekat di memori. Kampanye yang digagas oleh Guru Besar Ilmu Gizi Prof. Poorwo Soedarmo pada 1951 ini mengusung konsep susunan menu makan yang terdiri atas karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah, dan disempurnakan dengan susu. “Dalam beberapa poster, susu ditempatkan di tengah. Bagi Soedarmo, penting untuk mendorong konsumsi susu demi memperbaiki kualitas gizi masyarakat,” tutur Fadly Rahman, peneliti dan sejarawan kuliner.

Kang Fadly yang juga dosen jurusan Sejarah di Univesitas Padjadjaran, Bandung, mengungkapkan bahwa kala itu, Organisasi Kesehatan Dunia WHO menemukan angka stunting yang tinggi di Indonesia. “Salah satunya karena rendahnya konsumsi susu. Saat itu, susu sapi dianggap sebagai minuman elit. Kalau sudah minum susu, sama derajatnya dengan orang Eropa,” ujar Fadly dalam diskusi FFI MilkVersation: “Kebaikan Susu Dukung Pembentukan Keluarga Kuat Untuk Bangsa Kuat”  yang diselenggarakan oleh Frisian Flag Indonesia di Jakarta, awal Mei lalu.

Baca juga: Istimewanya Protein Susu, Lengkap dan Dicerna dengan Baik

Konsep 4 Sehat 5 Sempurna kini diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang. Namun, memang tidak berlebihan bila susu disebut sebagai penyempurna atau pelengkap asupan gizi sehari-hari. Kebaikan susu untuk keluarga kuat, bukan sekadar isapan jempol.

Dr. Marudut, B.Sc. MPS mengungkapkan, susu berperan sebagai growing promotion element, dengan kandungan kalsium, fosfor, berbagai vitamin, serta protein yang terdiri dari kasein dan whey. Menurut Pengurus Dewan Pimpinan Pusat PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) ini, tulang disusun oleh kalsium dan fosfor; keduanya ada dalam susu. “Protein dalam susu menyediakan asam amino untuk membangun matriks tulang. Protein juga menstimulasi hormon osteotropik Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) untuk pembentukan tulang,” paparnya.

Susu juga mengandung vitamin D yang dibutuhkan untuk penyerapan kalsium di dalam tubuh. Selain vitamin D, juga ada vitamin B12, yang relatif jarang ditemukan dalam bahan pangan.

Baca juga: Kombinasi Susu dan Kacang Hijau, Unik dan Kaya Nutrisi

Menurut Dr. Marudut, asupaan kalsium yang cukup sejak masa kanak-kanak merupakan investasi kesehatan. Kalsium yang diserap tubuh akan masuk ke tulang. Bila asupan kalsium cukup, maka densitas (kepadatan) mineral tulang akan meningkat. “Densitas tulang harus penuh. Kalau tidak penuh kita tetap bisa jalan, tapi tulang akan reyot di usia tua,” jelasnya.

Orang yang tulangnya tetap kuat hingga tua, berarti kepadatan tulangnya mencapai nilai maksimal saat muda. Kepadatan mineral tulang terjadi sangat cepat di usia 11-14 tahun (perempuan) dan 13-17 tahun (laki-laki). “Pada masa ini, butuh asupan zat gizi yang cukup untuk investasi masa depan,” tegas Dr. Marudut. Di akhir 20-an atau usia 30, kepadatan tulang mencapai puncaknya. Setelah itu, grafiknya perlahan menurun. Bila tulang tidak pada di usia tua, timbullah osteoporosis di kemudian hari.  

Ia melanjutkan, asupan kalsium dari bahan pangan (termasuk susu) mampu meningkatkan densitas mineral tulang hingga 0,6-1%. Ini berdasarkan meta analisis 2015 dari 59 penelitian. Latihan fisik secara teratur meningkatkan densitas tulang panggul dan tulang belakang. “Mau minum kalsium sebanyak apapun, tidak maksimal tanpa latihan fisik,” pungkas Dr. Marudut. (nid)

_______________________________

Ilustrasi: candice_rose / Pixabay.com