Mengobati Kutil Kelamin | OTC Digest
mengobati_kutil_kelamin

Mengobati Kutil Kelamin

Dari sekian banyak kasus kutil kelamin, yang berhasil dideteksi dan diobati hanya 1%. “Sebanyak 81 juta kasus tidak terdeteksi. Mungkin tidak timbul gejala, tapi mereka menjadi carrier atau pembawa virus,” ungkap dr. Anthony Handoko, Sp.KK, FINSDV dari Klinik Pramudia, Jakarta.

Tidak ada skrining untuk kutil kelamin, karena virus HPV si penyebab kutil tidak beredar di darah, melainkan bersemayam di sel epitel kulit. Deteksi dini baru bisa dilakukan bila kutil sudah muncul, dan ini hnya bisa dilakukan oleh dokter. Utamanya dokter spesialis kulit dan kelamin yang terbiasa menangani masalah ini.

Mengobati kutil kelamin bukan persoalan mudah. Pengobatan dilakukan beberapa kali, tidak hanya satu kali. Dari satu tindakan ke tindakan berikutnya pun membutuhkan waktu lama, dan angka kekambuhannya tinggi. “Harus terus kontrol sampai dinyatakan stabil atau virus sudah tidak terdeteksi lagi,” tegas dr. Anthony.

Ada berbagai macam pilihan pengobatan. Ini sangat tergantung dari ukuran dan banyaknya kutil, ketersediaan alat, viral load (jumlah virus yang masuk ke tubuh), hingga status imun seseorang. Makin tinggi viral load, angka kekambuhan pun makin tinggi. Berdasar pengalaman dr. Anthony, pasiennya ada yang menjalani terapi hingga 14x hingga kutil benar-benar hilang.

Ada pengobatan mandiri dengan cairan podofilin, krim imiquimod, atau salem sinecatechins. “Namun angka keberhasilannya sangat rendah, kurang dari 50%,” ujarnya. Melakukannya pun sulit, terutama pada area yang sulit dilihat/dijangkau sendiri. Salah-salah, malah kulit sekitarnya terluka, “Terlalu banyak risiko dan komplikasi sehingga tidak dianjurkan.”

Lebih baik, lakukan pengobatan di klinik yang terpercaya. Pilhan terapi antara lain: cryotherapy, TCA liquid, electrosurgery/electrocautery, hingga dengan laser (CO2 ablatif). Angka kesembuhan dengan electrocautery mencapai 100%. Tentu, harus sabar dan mempersiapkan diri secara finansial, karena terapinya akan panjang.

Bila sudah didiagnosis kutil kelamin, ajaklah serta pasangan untuk ikut berobat, agar penyakitnya tuntas. Bila hanya satu orang yang diobati, ia akan tertular lagi dari pasangannya, sehingga kutil terus kambuh.

Tidak mudah memang untuk mengajak pasangan berobat. Mungkin timbul rasa malu, atau cemas akan reaksi pasangan. Tuduhan atau kecurigaan mungkin tak terhindarkan. “Memang itu tantangannya. Tapi kalau takut, malu dan akhirnya memilih diam, tidak akan menyelesaikan masalah,” tutur dr. Anthony.

Sebaliknya saat curiga ada kutil dan ingin berobat ke dokter untuk pertama kali, datanglah sendiri saja; jangan ajak pasangan dulu. Ini untuk meminimalkan konflik dan saling menuduh ketika ditemukan kutil kelamin. Setelah terdiagnosis, tenangkanlah diri. Pikirkan bagaimana menyampaikannya kepada pasangan, dalam kondisi dan waktu yang tepat.

“Selama pengobatan, jangan berhubungan seksual sama sekali, karena nanti terjadi reinfeksi,” ujar dr. Anthony. Setelah pengobatan selesai, disarankan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Virus yang sudah masuk mungkin tidak hilang sepenuhnya, dan sewaktu-waktu bisa aktif lagi saat daya tahan tubuh menurun, dan bisa menularkan pasangan. Untuk menghindarkan risiko ini, gunakanlah kondom. Meski perlu diingat, proteksi dari kondom tidak 100%. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Wood photo created by freepik - www.freepik.com