Mendeteksi Kanker Prostat | OTC Digest
pemeriksaan_kanker_prostat_laki-laki_pria

Mendeteksi Kanker Prostat

Laki-laki berusia 50 tahun ke atas, sebaiknya mulai waspada terhadap kanker prostat. Hormon testosteron yang mulai turun pada laki-laki paruh baya, bisa menyebabkan prostat membesar dan/atau kanker. Juga dipicu oleh pola makan yang banyak mengonsumsi daging merah dan lemak, kurang konsumsi buah-sayur dan kacang-kacangan.

Segera lakukan pemeriksaan jika merasakan gejala berikut. “Kalau buang air kecil harus ngeden, pancarannya lemah/tidak lancar, kencing sering terputus, terasa tidak tuntas, dan sering bangun di malam hari untuk buang air kecil,” tutur dr. Miftahul Alam, Sp.BU dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Bisa disertai dengan iritasi, yang ditandai dengan nyeri saat buang air kecil.

Untuk menilai kuatnya pancaran air seni, dilakukan uroflowmetri. Anda akan diminta buang air kecil menggunakan alat yang bentuknya seperti corong. Kecepatan normal adalah 10 mL/detik. Jika kurang, bisa jadi ada BPH (benign prostate hyperplasia/pembesaran prostat jinak), atau sel ganas (kanker).

Baca juga: Cara Prof. Stephanus Mengatasi Masalah Kanker Prostat

Untuk diagnosis kanker prostat, ada tiga pemeriksaan. Yakni dengan pemeriksaan fisik (colok dubur), USG melalui anus (transrectal), dan PSA. ”Kalau teraba ada keras saat colok dubur, kemungkinan itu kanker,” terang dr. Miftahul. Dilakukan pemeriksaan penunjang USG yang dimasukkan melalui dubur, untuk melihat apakah ada gambaran yang tidak homogen/berbeda pada prostat, ”Misalnya warnanya lebih gelap atau terang.” Pemeriksaan ini sedikit menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi tidak terlalu sakit dan tidak perlu obat bius.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar PSA (prostate spesific antigen), dengan pengambilan sedikit darah dari lipatan lengan. PSA total normal adalah 0-4; >4-10 grey area (kemungkinan kanker 25-30%); di atas 10 kemungkinan kanker prostat lebih besar lagi.

Menurut dr. Miftahul, PSA saja tidak bisa jadi patokan ”Karena infeksi pada prostat dan besarnya volume prostat juga menyebabkan PSA tinggi.” Ketiga pemeriksaan harus dilakukan; itu pun akurasinya hanya 70%.

Baca juga: Mengecilkan Pembesaran Prostat Tanpa Operasi 

Jika semua pemeriksaan mengindikasikan adanya kanker, diperlukan biopsi. Dimasukkan suatu alat yang terdapat jarum puncture di ujungnya, melalui dubur. Sampel diambil dari 3 bagian (atas, tengah, bawah) pada prostat kanan dan kiri. Sebelum prosedur biopsi, dokter akan memberi antibiotik untuk mencegah infeksi.

Tidak ada persiapan khusus. Hanya, untuk keperluan uroflowmetri perlu menahan buang air kecil sampai kandung kemih terasa penuh, agar hasilnya maksimal. Untuk colok dubur dan USG transrectal, sebaiknya sudah BAB sebelumnya agar daerah anus bersih. Ini agar pemeriksaan tidak rancu dengan kotoran, dan alat USG transrectal mudah masuk, tidak terganjal kotoran.

Baca juga: 5 Alasan Menyantap Jamur

Semua pemeriksaan tidak memerlukan waktu yang lama sehingga tidak perlu menginap. Hasil PSA dari lab pun tidak sampai 24 jam. Setelah semua hasil didapatkan dan ada gangguan, konsultasikan kembali dengan urolog, pengobatan apa yang bisa dilakukan. Jika hasilnya baik, cek PSA setahun sekali untuk monitoring, terutama bagi yang berusia 50 tahun ke atas. (nid)