Bangsa Indonesia secara turun-temurun menggunakan biji pala (Myristica fragrans)untuk pereda nyeri (analgesik), rematik dan masih banyak lagi. Salah satu manfaatnya yang sudah banyak diteliti ialah sebagai obat insomnia atau susah tidur.
Menurut penelitian satu dari sembilan orang memiliki gangguan tidur, terutama pada orang yang sudah sepuh. Diperkirakan tiap tahun 20% - 40% orang dewasa mengalami gangguan tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius.
Kaplan dan Sadock melaporkan sekitar 40-50% dari populasi 13 usia lanjut menderita gangguan tidur. Beberapa individu menggunakan berbagai obat-obat yang memiliki efek mempercepat induksi tidur (interval waktu antara pemberian obat hingga hilangnya kesadaran) dan memperlama waktu tidur dibawah pengawasan dokter.
Tapi, bagi “empu” jamu sekaligus pemilik perusahaan Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo lebih memilih menggunakan herbal. “Kalau tidak bisa tidur saya menggerus biji pala, atau minum Sleepwell Tea yang mengandung biji pala. Nanti kan terus ler-leran (mengantuk),” katanya beberapa waktu lalu.
Manfaat buah pala sebagai obat insomnia tertulis pada literatur tua berjudul Werken en Raadgevingen betreffende het gebruik van Indische Planten, Vruchten enz ( Cara dan Nasihat Mengenai Penggunaan Tanaman Indonesia, Buah-buahan, dll) yang ditulis oleh J. Kloppenburg-Versteegh. Ia mengamati masyarakat Indonesia saat itu menggunakan pala, kangkung dan cabe puyang sebagai sebagai obat insomnia. Cetakan ketiga buku ini diterbitkan tahun 1912.
Biji pala mengandung banyak minyak atsiri (7-14%), seperti saponin, myristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat. Juga, hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan; daging buah pala seberat 100 g kira-kira mengandung air 10 g, protein 7 g, lemak 33 g. Warna merah dari fulinya (kulit pembungkus biji pala) adalah lycopene yang sama dengan warna merah pada tomat yang adalah antioksidan kuat.
Baca juga : Manfaat Potensial Biji Pala Sebagai Obat Diabetes
Secara turun-temurun masyarakat Indonesia mengambil khasiat buah pala dengan merebus buah pala kemudian ditambahkan gula. Khusus untuk anti-insomnia Weiss E.A. menyebutkan bahwa senyawa aromatik myristicin, elimicin, dan safrole sebesar 2 - 18% yang terdapat pada biji dan bunga pala bersifat merangsang tidur berkhayal (halusigenik) dengan dosis kurang dari 5g.
Dalam penelitian tahun 2009 yang dilakukan oleh Dhimas Dita Rahardian dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, menunjukkan ekstrak biji pala mempengaruhi pelepasan GABA (gamma- amino butiric acid – salah satu neurotransmitter dalam otak) dan menghambat penguraian senyawa GABA.
Peningkatan aktivitas GABA dalam otak menghasilkan rasa kantuk dan memfasilitasi tidur atau mempertahankannya. Hal ini umumnya juga digunakan pada obat-obatan sedatif-hipnotik.
Penelitian tersebut menunjukkan pemberian ekstrak biji pala dengan dosis 7,5 mg / 25 g BB (berat badan) dapat memperpendek waktu induksi tidur (interval waktu antara pemberian obat hingga hilangnya kesadaran) dan memperpanjang lama waktu tidur mencit.
Sementara itu dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Prof. Ashwani Kumar, mantan kepala dari Departemen Botani, Universitas Rajasthan, Jaipur, India mejelaskan buah pala memiliki aktifitas neurologikal (sistem saraf, termasuk stres).
Yakni dengan mengurangi gerak lokomotor (gerak yang menyebabkan perpindahan, seperti merangkak, berjalan atau berlari). “Ini potensial menambah waktu tidur,” tegasnya. (jie)