haruskah_minum_obat_antinyeri_saat_nyeri_menyerang

Haruskah Minum Obat Antinyeri Saat Nyeri Menyerang?

Nyeri bukanlah sekedar rasa tidak nyaman melainkan suatu proses yang lebih kompleks dan melibatkan berbagai faktor; fisik dan psikologis. Obat antinyeri (analgesik) yang banyak beredar di pasaran menjadi pilihan gampang saat nyeri muncul, namun penggunaannya mesti tepat dan benar.

Sebagai awalan, nyeri dibedakan menjadi akut (< 2 minggu) dan kronis (>2 minggu). Penanganan nyeri akut memerlukan kombinasi terapi farmakologi (obat) seperti golongan anti-inflamasi non steroid (AINS), opioid (narkotik) atau obat-obatan penunjang.

Nyeri juga bisa diredakan dengan terapi non-farmakologi, seperti fisioterapi dan relaksasi. Terapi non-farmakologi dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan yang menimbulkan nyeri. Juga mengatasi kondisi penyebab yang bisa menimbulkan rasa nyeri.

Yang perlu dipahami, derajat nyeri bersifat personal, baik pada nyeri akut maupun kronis. Ini dipengaruhi oleh faktor emosi, hormon, jenis kelamin, ciri kepribadian, usia dan lainnya. Namun, pada dasarnya rasa nyeri adalah sesuatu yang harus segera dihilangkan.

Keluhan nyeri yang paling kerap dirasakan adalah nyeri kepala. Semetara riset menyatakan, nyeri tulang dan otot adalah yang paling kerap membawa seseorang ke dokter.

Baca : 6 Mitos Dan FaktaTentang Penggunaan Obat Antinyeri  

“Nyeri kepala karena dianggap ringan seseorang lebih memilih minum obat sendiri selama bertahun-tahun, daripada konsultasi ke dokter,” papar Dr. Rosky Fransisca Vidiaty Situmeang, SpS(K), dari RS Siloam Karawaci, Tangerang. “Padahal, mengonsumsi obat sakit kepala jangka panjang bisa berbahaya. Misalnya, merusak ginjal.”

Ibarat uang koin, nyeri juga mempunyai ‘dua muka’, di satu sisi memberi tanda untuk menghindari terjadinya sakit, seperti nyeri saat tertusuk sesuatu.

“ Sementara sisi lainnya saat nyeri sudah menetap, ia sudah menjadi penyakit. Seperti nyeri pinggang atau lutut yang terus-menerus. Berarti ada sesuatu,” tambahnya.

Rasa nyeri yang dibiarkan/ditahan dapat menyebabkan saraf yang terkena akan “menyimpang”, menjadi lebih sensitif. Juga mengakibatkan apa yang disebut proses sensitisasi, yakni meluasnya area nyeri. Jika awalnya nyeri hanya di satu titik di tangan, jika dibiarkan dapat meluas ke satu tangan misalnya.

Nyeri memang tidak selalu harus diobati, terang dr. Rosky, selama penyebabnya sudah dipastikan. Lain masalahnya jika musababnya tidak diketahui, terlebih sampai mengganggu fungsi tubuh, sebaiknya segera diobati. (jie)