Candida, Jamur Penginfeksi Nomor Wahid
infeksi candida

Candida, Jamur Penginfeksi Nomor Wahid

Candida albicans (C. albicans) merupakan jamur komensal (hidup dari organisme lain) yang bersifat oportunistik; ditemukan pada saluran pencernaan, daerah genital, rongga mulut, juga kotoran di bawah kuku manusia.

Sifat Candida dapat berubah menjadi patogen – organisme merugikan- dan menimbulkan infeksi bila “dibukakan” kesempatan, seperti menurunnya sistem imun tubuh pada penderita HIV/AIDS atau ruam/eksim di kulit. Jamur ini merupakan penginfeksi nomor wahid pada manusia.

Diungkapkan oleh dr. Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK(K), ”Jamur yang paling banyak pada manusia dalam keadaan normal adalah jamur Candida, terutama di daerah kelamin. Pada keadaan lembap, jamur ini tumbuh lebih banyak.”

C. albicans bisa tumbuh pada medium dengan keasaman (pH) antara 4,5 – 6,5 pada suhu 28oC - 37oC. Inang/medium tempat tumbuhnya jamur adalah sumber karbon dan energi, untuk pertumbuhan dan proses metabolisme jamur. Unsur karbon ini diperoleh dari karbohidrat dan mengubahnya menjadi CO2 dan H2O untuk memetabolisme sel.

Para ahli mengadakan tes ludah (saliva test) setelah bangun tidur, untuk melihat kandungan jamur candida di rongga mulut. Air ludah ditempatkan dalam gelas berisi air. Dalam setengah jam, jika terdapat “benang” yang turun dari ludah atau air berubah menjadi keruh dan mengendap di dasar gelas, berarti ada jamur Candida di ludah. Jika tidak ada masalah dengan jamur Candida, ludah akan tetap berada di permukaan air dan lama-lama menghilang.

Rippon (1974) mengatakan, kelainan jaringan yang disebabkan C. albicans dapat berupa peradangan, abses (nanah) kecil atau granuloma (tonjolan kecil berisi sel imun yang mengurung benda asing di tubuh). Kandidosis dapat menyebar ke organ dalam seperti ginjal, menyebabkan nanah berwarna putih jika pengobatan tidak tuntas. Juga pada hati, paru-paru, limpa, kelenjar gondok dan dinding pembuluh darah koroner.

Pada perempuan, jamur Candida menyebabkan vaginitis yang menimbulkan rasa gatal. Diabetes melitus (kencing manis) meningkatkan kerentanan laki-laki terhadap infeksi jamur, seperti pada perempuan. Penularan C. albicans pada laki-laki diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, bentuk lain kandidosis adalah eksim pada penis laki-laki yang berhubungan seksual dengan permepuan yang menderita kandidosis vagina.

Faktor utama penyebab kandidosis adalah kebersihan. Infeksi dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan membersihkan daerah kelamin. Pakaian dalam kotor/tidak diganti, atau yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat pun meningkatkan risiko kandidosis. “Pada bayi, penggunaan popok kain atau popok sekali pakai yang melebihi daya tampung, berisiko terjadinya ruam. Ini membuka peluang jamur untuk menginfeksi ruam, sehingga terjadi ruam popok Candida,” ujar dr. Tina.

Selama ini pengobatan kandidosis menggunakan antijamur golongan azol, seperti flukonazol. Meski sudah ada laporan resistensi, namun di Indonesia flukonazol ma­sih efektif dan tetap jadi pilihan. (jie)

___________________________________________

Ilustrasi: Food photo created by jcomp - www.freepik.com