Ancaman Diabetes di Balik Lezatnya susu Kental Manis | OTC Digest
susu_kental_manis_diabetes_wafel

Ancaman Diabetes di Balik Lezatnya "Susu" Kental Manis

Manis, gurih dan creamy. Tak bisa dipungkiri, "susu" kental manis (SKM) memang nikmat. Menjadikannya enak diolah menjadi puding, atau ditambahkan ke berbagai makanan/minuman. Eits, sudah berapa sendok makan yang kita tuangkan?

Satu takar saji SKM adalah 4 sendok makan saja. Dalam satu kaleng SKM, terdapat 9-10 takar saji. Itu berarti, sekaleng SKM bisa digunakan untuk sedikitnya 9 porsi makanan/minuman. Namun, berapa banyak yang kita gunakan saat membuat es buah, atau saat kita menuangkannya ke atas roti, martabak manis, pisang bakar? Bisa jadi lebih dari empat sendok makan (sdm).

Ini perlu jadi perhatian kita karena per takar saji SKM, terkandung sekira 19 gr gula. Padahal, anjuran asupan gula maksimal dalam sehari hanya 50 gr, yang setara dengan 4 sdm gula (1 sdm gula = 12,5 gr). Satu gram gula mengandung 4 kkal. Itu berarti, dari 140 kkal SKM per saji, 76 kkal-nya berasal dari gula.

Baca juga: "Susu" Kental dan Manis yang Bukan Susu

Bisa dibayangkan, berapa banyak asupan energi yang berasal dari gula bila dalam sehari kita makan roti bakar berlumur SKM, plus menyeruput kopi Vietnam dengan tambahan SKM. Belum lagi asupan gula dari berbagai makanan dan minuman lain. Hampir bisa dipastikan, lebih dari 50 gr—tanpa kita sadari.

Lebih gawat lagi bila SKM diminum sebagai susu oleh anak-anak, dan diminum dua kali sehari. Bukan nutrisi yang didapat, malah risiko diabetes. “Kandungan gula tinggi lebih berbahaya daripada lemak tinggi, terutama untuk anak-anak. Asupan gula pada anak tinggi bisa memicu diabetes di kemudian hari,” tutur Dr. dr. Ariani Dewi Widodo Sp.A(K) dari RSAB Harapan Kita, dalam sebuah kesempatan.

Penelitian pada tikus yang dilakukan Laurane Nunes Masi (Scientific Reports, 2017) menemukan, konsumsi SKM meningkatkan risiko resistansi insulin dan peradangan pada jaringan lemak.

Saat kita mengasup gula sederhana, kadar gula darah segera melonjak naik. Bila lonjakan gula darah sering terjadi, perlahan tapi pasti risiko diabetes mengintai karena pankreas harus bekerja ekstra memproduksi insulin agar gula darah bisa masuk ke sel dan dimanfaatkan menjadi energi. Bila kondisi ini terus menerus belangsung, lama kelamaan pankreas bisa “kelelahan” sehingga produksi insulin berkurang.

Baca juga: Batasi Asupan Gula Cegah Obesitas dan Diabetes

Selain itu, gula yang tidak terpakai akan disimpan menjadi lemak. Lemak yang menumpuk berlebihan akan membuat sel-sel lebih tidak peka (resistan) terhadap insulin. Begitu kita mengasup gula dan gula darah naik lalu pankreas mengeluarkan insulin, sel kurang merespon. Alhasil, gula sulit masuk ke sel, sehingga kadar gula darah tetap tinggi. “Salah satu sebab angka obesitas dan diabetes tinggi di Indonesia karena masyarakat menyukai hidangan yang manis,” ungkap DR. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc dalam suatu kesempatan.

Boleh saja menggunakan SKM sebagai bahan dessert atau topping makanan/minuman. Yang penting, bijaklah dalam menggunakannya. Jangan berlebihan. Bila membuat puding menggunakan sekaleng SKM, maka cukup memakannya seiris saja. Jangan lupa, masih ada tambahan gula dalam puding, belum lagi saus vla-nya. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Bru-No / Pixabay.com