Pria Tidak Subur, Perlu Ditelusur | OTC Digest
azoospermia

Pria Tidak Subur, Perlu Ditelusur

Di kepolisian atau kemiliteran, ada istilah “peluru hampa”, yakni peluru yang hanya berisi mesiu tanpa anak peluru. Bila ditembakkan, akan terdengar bunyi ‘dor’ tapi  tidak melukai. Azoospermia mirip “peluru hampa”. Ini adalah kelainan pada pria yang menyebabkan ketidaksuburan, karena tidak ada spermatozoa dalam semen (air mani). Terjadi karena saluran reproduksi tersumbat (azoospermia obstruksi) atau kegagalan testis memroduksi spermatozoa (azoospermia non-obstuksi).

Menurut dr. Ponco Birowo, Sp.U, PhD, “Pria yang ejakulasinya normal, bisa jadi spermanya tidak ada; karena tidak diproduksi atau karena salurannya tersumbat.”

Azoospermia perlu dicari sebabnya. Misal, apakah testis tidak berada di kantungnya, testis terpuntir, penggunaan hormon testosteron atau pernah operasi vasektomi.

Penyakit infeksi juga bisa meningkatkan faktor risiko. Infeksi karena penyakit menular seksual, dapat menyebabkan sumbatan saluran spermatozoa sekaligus merusak “pabrik” spermatozoa. Perlu dilakukan pemeriksaan fisik, untuk melihat kemungkinan terjadinya varikokel (pelebaran pembuluh vena di tetis), ukuran testis, ada/ tidaknya saluran spermatozoa serta ada/tidaknya tanda-tanda sumbatan. Ukuran testis yang kecil dan konsistensinya yang lembek, menunjukkan kemungkinan bukan sumbatan. Sedangkan tidak terabanya saluran spermatozoa atau adanya saluran yang melebar, bisa jadi karena ada sumbatan.

Mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan hormon, yakni FSH (Follicle Stimulating Hormone – yang bertugas mengatur dan memelihara pembentukan sperma), LH (Luteinizing hormone) dan testosteron. Peningkatan hormon FSH disertai penurunan LH dan testosteron, menandakan adanya gangguan dalam pembentukan spermatozoa. Untuk memastikannya, perlu dilakukan operasi dengan mengambil spermatozoa langsung dari “pabriknya.”

Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U, Ketua Asri Urology Center mengatakan, “Mereka yang sering memakai hormon testosteron sebagai penambah masa otot, perlu hati-hati.” Menambah hormon testosteron dari luar, akan membuat tubuh menganggap bahwa produksi testosteron sudah cukup. Maka, tubuh akan berhenti memroduksi. Akibatnya, tubuh tidak hanya berhenti membuat testosteron, tapi hormon FSH-nya juga akan diturunkan. ”Dalam jangka panjang, testis akan ikut mengecil,” ujarnya.

Bisa terdapat sumbatan, misalnya pada pelaku vasektomi yang kembali ingin punya anak. Terapinya bisa langsung melakukan bayi tabung. Atau, bila ingin kehamilan alami, dengan penyambungan saluran yang dipotong. “Jika vasektomi dilakukan <3 tahun angka keberhasilan penyambungan sampai 97%, dan kemungkinan istri hamil lagi sampai 76%. Jika vasektomi sudah >15 tahun, keberhasilan penyambungan 71% dan angka kehamilan 30%,” papar dr. Ponco.

Bila tidak ditemukan spermatozoa, teknologi kedokteran saat ini belum memungkinkan pasangan untuk bisa memperoleh momongan. (jie)