Menggunakan Alat Bantu Dengar Seperti Yang Dipakai Ratu Inggris Ternyata Menurunkan Risiko Demensia | OTC Digest

Menggunakan Alat Bantu Dengar Seperti Yang Dipakai Ratu Inggris Ternyata Turunkan Risiko Demensia

Ratu Inggris, Elizabeth II diketahui telah berusia 93 tahun. Dalam sebuah foto –sehari sebelum pengumuman Pangeran Harry untuk mandiri secara finansial- digambarkan Sang Ratu mengenakan alat bantu dengar yang tersembunyi di telinga kanannya dalam perjalanan ke gereja di Sandringham, Inggris.

Sang Ratu mengikuti jejak Pangeran Philip (suaminya; Duke of Edinburgh) yang mulai mengenakan alat bantu dengar pada tahun 2014, ketika Ia sesusia dengan Ratu sekarang. Sang Ratu terlihat memakai salah satu alat bantu dengar (dengan mikrofon di dalamnya) terkecil di dunia.

Sebuah studi tahun 2016 dalam jurnal JAMA Otolaryngology : Head & Neck Surgery, dikatakan bahwa dua pertiga orang dewasa berusia > 70 tahun mengalami gangguan pendengaran, dengan jumlah yang terus meningkat bila berusia 85 tahun lebih.

Menurut Nick Clive, Kepala audiologi dan direktur London Hearing, orang-orang dengan gangguan pendengaran bisa merasa sangat terisolasi. Sebagian besar orang tua mengalami gangguan pendengaran di kedua telinganya, sehingga harus menggunakan dua alat bantu dengar, di telinga kanan dan kiri.

Mereka dengan gangguan pendengaran ringan berisiko dua kali lebih besar mengalami demensia (pikun), dan mereka dengan gangguan pendengaran sedang risikonya meningkat tiga kali lipat. Mungkin karena gangguan pendengaran dapat menyebabkan isolasi sosial - faktor risiko demensia yang diketahui.

Dilansir dari dailymail.com, Clive menambahkan risiko demensia juga berkaitan dengan tidak dirangsangnya saraf di otak. "Bila otak tidak dirangsang (dalam hal ini oleh sinyal suara) akan mempengaruhi plastisitas saraf - kemampuan saraf untuk membawa pesan," katanya.

Bahkan pada mereka yang mulai memakai alat bantu dengar, beberapa enggan untuk melanjutkan, seringkali karena rasa sakit atau malu.

Alasan umum orang berhenti memakai alat bantu dengar adalah merasa tidak nyaman, suara yang tidak alami dan kesulitan pemakaian. “Tetapi sebenarnya ini semua bisa dipecahkan dengan bantuan seorang audiolog,” tambah Clive.

Riset mengatakan…

Beberapa penelitian membuktikan ada hubungan yang signifikan antara penurunan fungsi pendengaran dengan demensia.

Salah satu studi dilakukan oleh Frank Lin, ahli epidemiologi di Universitas Johns Hopkins, AS, pada 2013. Ia melakukan riset untuk melacak kemampuan kognitif (konsentrasi, memori dan keterampilan perencanaan) dari hampir 2.000 orang lansia, rata-rata berusia 77 tahun.

Setelah enam tahun, mereka yang di awal studi mengalami gangguan pendengaran parah 24% lebih mungkin mengalami penurunan kognitif, daripada mereka dengan pendengaran normal. Peneliti beranggapan gangguan pendengaran tampaknya mempercepat penurunan kognitif terkait usia.

Studi lain dipimpin oleh Isabelle Mosnier, dari Assistance Publique-Hopitaux de Paris, Perancis. Mosnier mempelajari kelompok yang terdiri dari 94 orang berusia 65 - 85 tahun dengan tuli berat, setidaknya di satu telinga.

Masing-masing menerima implan koklea (alat bantu dengar) diikuti terapi rehabilitasi pendengaran dua kali seminggu. Lebih dari 80% partisipan dengan skor kognitif terendah menunjukkan peningkatan yang signifikan satu tahun setelah implan. Riset ini diterbitkan dalam jurnal JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery 2015. (jie)