Untuk mendeteksi dan mencegah stroke, dapat dilakukan dengan pelayanan Digital Substraction Angiography (DSA). Lebih jauh tentang DSA, Dr. dr. Jacub Pandelaki, Sp.Rad (K), dari Bethsaida Hospital, Tangerang memberikan paparannya.
Apa itu DSA?
Digital substraction angiography merupakan pengembangan dari teknik angiography konvensional. Dilakukan dengan menyemprotkan zat kontras (iodine) agar bisa dideteksi lebih mudah oleh alat x-ray.
Baca juga : Dokter Terawan Diberhentikan IDI, Dan Metode “Cuci Otak”
Tujuan utamanya adalah untuk diagnosis kelainan pembuluh darah, seperti pembuluh darah menyempit, tersumbat atau terjadi aneurisma (pembuluh darah menonjol seperti balon karena penipisan dinding pembuluh darah arteri).
Lewat kateter, disemprotkan cairan heparin (pengencer darah), itu adaalah obatnya, dan NaCl itu yang biasa untuk infus. Terus ditambah cairan kontras untuk memberikan warna hitam. Citra/gambar yang dimunculkan menggunakan DSA hanya berupa jalur-jalur pembuluh darah, tanpa ada penampang otak.
Dengan diagnosis yang akurat, akan memudahkan dokter untuk melakukan tindakan. Dapat digunakan untuk melihat kelainan di pembuluh darah tubuh bagian mana pun. Bisa untuk lever, penyempitan pembuluh darah kaki, kencing manis, tumor di leher.
Misalnya pada terapi tumor hati, DSA diintegrasikan dalam teknik yang disebut TACE (transarterial chemo embolization), jadi lewat arteri diberi obat kemoterapi. Lantas disumbat bagian yang memberi makan tumornya. Dan itu sudah sering kita lakukan.
Baca juga : bagian 1
Pada kasus stroke, cairan kontras disemprotkan melalui pembuluh leher menggunakan kateter (selang kecil berdiameter <2 mm). Kateterisasi juga dapat dilakukan melalui pembuluh kaki, tindakan ini dianggap lebih nyaman/aman dibanding lewat pembuluh leher. Karena pembuluh leher memiliki sensivitas tinggi bagi lancarnya aliran darah dari dan menuju otak.
Kapan dilakukan DSA?
DSA menjadi golden standard setelah CT scan dan MRI /MRA. Pada banyak kasus kita kerjakan pada pasien yang datang terlambat, bahkan telat dalam hitungan hari. Di sini kita jelaskan kemungkinan atau persentase kesembuhan. Atau seberapa besar manfaatnya.
Kalau pasien ingin langsung “lompat” menggunakan DSA tetap bisa. Tapi kalau bisa dilakukan hanya dengan MRI atau MRA tidak perlu DSA, mengurangi biaya.
Setelah di DSA apa yang dilakukan?
Tergantung masalahnya, bisa langsung dilakukan metode retrieval untuk menarik sumbatan. Atau pada pembuluh darah yang mengalami aneurisma (pembuluh darah menggelembung/membalon) kita jepit di ujung “leher” bagian yang menggelembung agar tidak mendapat aliran darah. Bisa juga dengan metode koiling embolisasi, yakni mengisi pembuluh darah yang membalon tersebut dengan koil.
Pada anak-anak bahkan bayi, biasanya digunakan untuk mendiagnosis kelainan jantung bawaan. Tentunya dengan tingkat radiasi, cairannya dan cairan kontras yang disesuaikan/minimal. Setelah ketahuan ada kebocoran katup bisa diambil tindakan pemasangan katup palsu. (jie)