Mencegah Stroke Pada Penderita Gangguan Irama Jantung | OTC Digest

Mencegah Stroke Pada Penderita Gangguan Irama Jantung

Penderita gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium (FA) berisiko mengalami stroke 5 kali lebih tinggi dibanding orang tanpa FA. Pencegahan stroke pada penderita gangguan irama jantung salah satunya dengan minum obat pengencer darah.

Fibrilasi atrium atau gangguan irama jantung muncul dalam bentuk detak jantung tidak teratur. Jantung berdenyut karena ada aliran listrik dari satu sumber yakni sinus (SA) node di serambi kiri jantung. Pada penderita fibrilasi atrium, sumber listrik di serambi kiri menjadi banyak (dari sel-sel otot jantung), bisa mencapai 450-600 sumber. Hal ini memicu keluarnya impuls listrik yang tidak beraturan dan menyebabkan iregulasi irama jantung; bisa lebih cepat, lambat atau tidak teratur.

“Irama jantung yang tidak teratur bisa menyebabkan terbentuknya gumpalan darah. Jika  terbawa aliran darah akan menyumbat pembuluh darah di otak. Menyebabkan stroke,” terang dr. Daniel Tanubudi, SpJP(K)., dari RS Eka Hospital, Bumi Serpong Damai, Tangerang.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 angka stroke nasional adalah 12,1% atau sekitar 3 juta penduduk. Sebagian besar stroke di Indonesia adalah stroke iskemik atau karena sumbatan pembuluh darah. Lainnya adalah stroke hemoragik (pecah pembuluh darah).

Dr. Daniel menambahkan 1 dari 6 pasien stroke iskemik disebabkan oleh fibrilasi atrium. Jumlahnya sekitar 1-2 % dari total populasi di suatu daerah, dan akan meningkat seiring pertambahan usia; menjadi 15% pada usia >65 tahun.

Dalam kesempatan yang sama dr. Mohammad Kurniawan, SpS(K)., dari Departemen Neurologi FMUI-RSCM menjelaskan, stroke karena gangguan irama jantung memberi dampak kecacatan yang lebih parah dibanding stroke tanpa fibrilasi atrium, misalnya akibat hipertensi.

“Sebabnya adalah gumpalan darah akan menyumbat pembuluh darah besar di otak. Pembuluh darah besar ini mengaliri area otak yang lebih luas, sehingga kerusakannya pun lebih luas dibanding jika yang tersumbat pembuluh darah kecil,” terang dr. Kurniawan dalam pemaparan Studi XANAP : Kabar Baik Bagi Pasien Fibrilasi Atrium (FA) di Indonesia – Rivaroxaban Turunkan Angka Kejadian Stroke dengan Tingkat Perdarahan Mayor Rendah, di Jakarta (20/9/2018).

Pencegahan stroke

Penderita fibrilasi atrium perlu melakukan upaya pencegahan stroke, yakni dengan minum obat pengencer darah jenis antikoagulan. Rivaroxaban adalah antikoagulan jenis baru yang terbukti lebih aman dibanding antikoagulan generasi lama (Warfarin).

Menurut dr. Kurniawan, Warfarin memerlukan pengawasan yang lebih sulit dibanding Rivaroxaban. Warfarin rentan menyebabkan perdarahan, dan khasiat obat sangat dipengaruhi oleh makanan yang mengandung vitamin K (sayuran hijau). Sementara Rivaroxaban tidak dipengaruhi oleh vitamin K dan risiko perdarahannya lebih kecil.

Studi XANAP (Xarelto (Rivaroxaban) for Prevention of Stroke in Patients With Atrial Fibrillation in Asia) yang dilakukan di 10 negara Asia, termasuk Indonesia, meneliti keamanan Rivaroxaban bagi penderita fibrilasi atrium. Riset ini melibatkan 2.273 subyek penderita FA.

Hasilnya menunjukkan rendahnya tingkat perdarahan (1,5% per tahun) dan kejadian stroke (1,7% per tahun) pada pasien FA yang diterapi dengan Rivaroxaban. Lebih khusus, tingkat perdarahan gastrointestinal (saluran cerna) dan perdarahan intracranial (otak) yang fatal pun rendah, yakni masing-masing 0,5% dan 0,7% per tahun.

Disimpulkan lebih dari 96% pasien yang menerima Rivaroxaban tidak mengalami stroke, perdarahan mayor (perdarahan yang mengancam jiwa) atau semua penyebab kematian.

“Risiko perdarahan memakai Warfarin jauh lebih tinggi sampai 10% per tahun,” ujar dr. Kurniawan selaku peneliti utama di Indonesia.  (jie)

Baca juga : Gangguan Fibrilasi Atrium