Lindungi Lansia dari Ancaman Pneumonia | OTC Digest

Lindungi Lansia dari Ancaman Pneumonia

Menjadi kebahagiaan tak ternilai saat seorang kakek atau nenek menciumi cucunya. Namun tindakan ini bisa berujung fatal jika sang cucu menjadi perantara penularan kuman dan menyebabkan pneumonia (radang paru).

Menurut Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, K-AI, pneumonia adalah penyakit menular yang paling sering terjadi dalam keluarga. ”Penelitian di beberapa kota di Indonesia menunjukkan, 30% anak memiliki Streptokokus di tenggorokan meski mereka tidak sakit,” tuturnya. Streptococcus pneumoniae atau pneumokokus adalah kuman yang paling sering menyebabkan infeksi paru.

Bila daya tahan tubuh kuat, anak terlihat sehat namun bisa menularkan kepada orang lain. Begitu sang kakek/nenek mencium kuman pindah, dan karena kekebalan tubuh orang lanjut usia (lansia) sudah menurun, mereka mudah terinfeksi.

”Bila lansia kena pneumonia, 40%-nya bisa meninggal,” ujar Prof. Samsu, yang juga Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia.

Virus influenza juga sering menimbulkan komplikasi berupa pneumonia pada lansia. Di Amerika Serikat, kedua penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor enam. Sekitar 90% kematian akibat pneumonia dan 80-90% kematian akibat influenza, terjadi pada lansia. Pengobatan kepada lansia hasilnya kurang memuaskan.

Tidak berarti kakek/nenek dilarang mencium cucu. Kunci utamanya adalah tindakan pencegahan: vaksinasi. Ada dua jenis vaksin pneumonia: yang melindungi dari 23 strain virus, atau vaksin konyugasi yang melindungi dari 13 strain.

”Keduanya tidak saling berkompetisi, melainkan saling melengkapi,” terang Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI dari FKUI/RSCM. Vaksin dengan 23 strain perlu diulang tiap 5 tahun. Vaksin dengan perlindungan 13 strain telah dikombinasi dengan protein yang dikonyugasi, sehingga dapat memberi kekebalan lebih lama; diharapkan cukup sekali suntik seumur hidup.

”Bisa diberikan vaksin 23 strain dulu, lalu dua bulan kemudian vaksin konyugasi, sehingga perlindungan menjadi lengkap. Tiap 5 tahun, cukup mengulang vaksin dengan 23 strain,” imbuhnya.

Vaksinasi influenza perlu diulang setiap tahun, karena virus ini cepat sekali bermutasi. Tiap tahun, strain yang banyak beredar selalu berubah. Agar terus mendapat perlindungan, vaksinasi perlu terus dilakukan, sesuai dengan “tren” strain tahun itu.

“Yang menarik, virus influenza sudah bercokol di dalam tubuh sebelum gejalanya muncul; kita bisa terinfeksi atau menginfeksi orang lain tanpa disadari,” papar dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD, FINASIM, dari FKUI/RSCM.

Orang dewasa muda dengan faktor risiko misalnya merokok, atau memiliki asma, sangat disarankan melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia, karena lebih rentan terhadap infeksi paru. (nid)