Setiap tahun, puluhan ribu orang dewasa dirawat di rumah sakit (RS) akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin. Ya, vaksinasi bukan hanya untuk anak, tapi juga untuk orang dewasa terlebih yang sudah lanjut usia (lansia).
Apa kata Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, Guru Besar Tetap Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Indonesia, tentang vaksin untuk orang dewasa? Berikut wawancara OTC DIGEST dengan Prof. Samsuridjal.
Mengapa vaksinasi dewasa belum populer di Indonesia?
Kurang informasi. Kalau kita belajar dari situ berarti pertama, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan. Kedua, menyiapkan tenaga dokter. Ketiga, pengadaan vaksin; tersedia di mana-mana dan harganya relatif terjangkau. Sekarang kadang-kadang terbalik: masyarakat sudah siap, tapi vaksinnya tidak tersedia atau sulit didapat.
Di Korea, cakupan imunisasi dewasa mencapai 70%. Tadinya saya kira karena dibiayai pemerintah, ternyata tidak. Perusahaan-perusahaan di sana sadar untuk memberikan vaksinasi kepada karyawan. Bagi mereka, karyawan adalah aset sehingga perlu tetap sehat. Juga, ada kesadaran dari anak terhadap orangtua; anak memberikan vaksinasi untuk orangtua mereka yang sudah tua.
Di Indonesia, kesadaran yang tinggi baru pada vaksinasi untuk bayi dan anak. Di China, vaksinasi dewasa sekitar 3%. Tapi dikali 1,3 milyar penduduk, angkanya besar juga dan pertumbuhannya sangat baik. Kita punya potensi untuk meningkatkan cakupan vaksin dewasa.
Semua orang dewasa perlu divaksin?
Mereka yang berusia di atas 60 tahun sudah mengalami penurunan kekebalan tubuh; karena itu penyakit menjadi lebih berbahaya. Influenza yang bagi orang dewasa muda hanya masalah sepele, bagi mereka bisa fatal karena bisa menyebabkan infeksi paru (pneumonia).
Remaja atau dewasa yang belum berusia 60 tahun tapi memiliki penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, asma, PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) juga perlu vaksin. Bila berencana bepergian ke daerah tertentu, atau kelompok risiko tertentu misalnya petugas kesehatan seperti dokter dan petugas lab yang sehari-hari terpapar berbagai penyakit di tempat kerja, juga perlu.
Orang dewasa perlu divaksin, terlebih yang memiliki kebiasaan dan gaya hidup berisiko tinggi terhadap penularan penyakit. Misalnya merokok, yang bisa memicu pneumonia. Atau penyalahgunaan obat terlarang yang bisa menularkan hepatitis B dan C, dan berganti-ganti pasangan yang berisiko hepatitis dan kanker leher rahim (serviks).
Bagaimana efikasi vaksin dewasa?
Pada dewasa khususnya usia lanjut, tujuan utamanya untuk melindungi dari kematian. Data menunjukkan, vaksinasi pada lansia dapat mencegah kematian hingga 100x lipat dibanding anak.
Sebuah studi di Belanda menunjukkan, terjadi penurunan angka kematian pada lansia setelah pemberian vaksin flu. Penelitian lain menunjukkan, vaksinasi flu pada orang dewasa memberi keuntungan secara ekonomis. Ini karena angka kesakitan, kunjungan ke dokter, penggunaan obat serta tidak masuk kerja akibat sakit maupun kunjungan ke dokter, menjadi berkurang.
Bila ingin vaksinasi, sebaiknya ke mana?
Sebenarnya di semua rumah sakit ada, tapi birokrasinya harus disederhanakan. Misalnya ada pasien datang ke bagian informasi RS dan bilang ingin vaksin HPV (untuk mencegah kanker leher rahim). Kalau bagian informasinya kurang mengerti, dia akan menyuruh pasien ke dokter kebidanan. Setelah antre dan membayar biaya konsultasi, ternyata tidak sedia vaksin di ruang praktiknya. Pasien diberi resep untuk membeli vaksin di apotek. Setelah itu kembali lagi ke dokter untuk suntik, keluar biaya lagi. Karena biaya tadi, pasien merasa mau vaksin kok ribet.
Alangkah baiknya bila vaksin, juga alat KB, disediakan di ruang praktik sehingga pasien tidak perlu ke apotek. Vaksin dan alat KB boleh tersedia di ruang praktek. Mungkin kendalanya pada administrasi, karena semua pembayaran harus dilakukan di kasir. Sebenarnya, bisa saja pasien langsung divaksin di ruang praktik, lalu vaksin dibayar di kasir bersama biaya konsultasi.
Di tempat praktik pribadi, belum semua dokter menyediakan vaksin. Vaksin sebenarnya wewenang dokter umum. Jadi, dokter umum pun harusnya bisa memberikan vaksin. Sekarang, vaksin dewasa umumnya tersedia di dokter spesialis penyakit dalam (internis).
Bagaimana dengan vaksin untuk yang mau ibadah haji dan umroh?
Vaksin meningokok (untuk mencegah meningitis) wajib. Vaksin influenza sifatnya highly recommended atau sangat dianjurkan, tapi tidak wajib. Pengamatan Qureshi, dkk (1999) terhadap 2070 jemaah haji Pakistan selama 33 hari menunjukkan, mereka yang mendapat vaksin influenza (54%) lebih sedikit mengalami gejala seperti flu, dibandingkan 64% yang tidak divaksin. Penggunaan antibiotik pada kelompok yang divaksin pun lebih rendah (18%), dibandingkan 41% dengan yang tidak divaksin.
Gejala seperti flu seperti batuk-pilek tetap dapat muncul pada mereka yang mendapat vaksin karena penyebab gejala ini bukan hanya virus influenza. Bisa saja disebabkan oleh virus lain misalnya rhinovirus. Bila divaksin lalu kena influenza, insiden batuk-pilek lebih jarang dan tidak terjadi komplikasi.
Vaksinasi adalah investasi. Tiap dana yang kita keluarkan akan berbuah pada pencegahan, yang jauh lebih murah daripada pengobatan. (nid)