Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah normal merupakan kondisi medis yang wajib diwaspadai oleh setiap penderita diabetes. Hipoglikemi berisiko menyebabkan serangan jantung yang berujung pada kematian.
Satu dari banyak tantangan diabetes yang menjadi perhatian adalah hipoglikemia. Ini merupakan suatu kondisi saat gula darah < 70 mg/dl. Hipoglikemia membutuhkan perhatian khusus dari pasien diabetes dan keluarga.
“Setiap penderita diabetes kadar gula darahnya tidak akan bisa 100% terkontrol, selalu ada risiko mengalami hipoglikemia,” terang dr. Dante Saksono, SpPD-KEMD, PhD, dari Departemen Medik Penyakit Dalam, FKUI-RSCM, Jakarta.
Studi HAT Global (Diabetes, Obesity and Metabolism, 2016) menyatakan, secara umum 36,4% pasien diabetes tidak tahu apa itu hipoglikemia dan bagaimana gejala awalnya. Tercatat sebanyak 25,7% per tahun kejadian hipoglikemia, dan 13% per tahun angka hipoglikemia berat. Pada penderita diabetes tipe 1, sekitar 83% mengalami hipoglikemia setidaknya sekali sebulan. Sedangkan pada diabetes tipe 2, sebesar 47%.
Pada diabetes tipe 1 hipoglikemia terjadi karena penggunaan insulin yang tidak tepat (dosis berlebihan), sementara pada diabetes tipe 2 akibat asupan gula dari makanan kurang.
Baca juga : Cegah Diabetes Lewat Deteksi Dini Prediabetes
“Salah satu kunci mempertahankan gula darah agar tidak hipoglikemia adalah konsumsi makanan dalam jumlah yang konstan (sesuai anjuran ahli gizi). Jika makannya dikurangi sementara insulin yang diberikan tetap, maka berisiko hipoglikemia,” papar dr. Dante.
Hipoglikemia akan menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia yang bisa memicu kematian mendadak. “Inilah yang terjadi ketika penderita diabetes tidur dan saat dibangunkan sudah meninggal,” kata dr. Dante.
Jika hipoglikemia terjadi terus-menerus irama jantung pun akan berubah menyesuaikan, menyebabkan pompa jantung tidak bekerja optimal. Di satu sisi hipoglikemia juga menyebabkan peradangan di pembuluh darah yang akan menyebabkan sumbatan; terjadi serangan jantung koroner.
Manajemen diabetes bukanlah membuat gula darah serendah mungkin, tapi dalam kisaran 100-180 mg/dl. Penting pemeriksaan berkala untuk mengetahui nilai HbA1c atau kadar gula darah rata-rata per 3 bulan. “Pasien boleh merasa aman jika HbA1c <7 persen, gula darah puasa <130 mg/dl, dan gula darah dua jam setelah makan <180 mg/dl,” tambah dr. Dante.
Gejala hipoglikemia
Hipoglikemia akan memberikan gejala seperti orang yang kelaparan. Beberapa gejala tersebut seperti lelah, pusing, pucat, bibir kesemutan, gemetar, berkeringat, merasa lapar, jantung berdebar-debar, sulit konsentrasi dan mudah marah.
Ketika gejala hipoglikemia muncul, segera konsumsi makanan-makanan yang mengandung kadar gula tinggi, seperti jus buah, permen, minuman ringan, roti lapis atau biskuit.
Setelah 15 menit, periksa kembali kadar gula Anda. Jika masih tetap <70 mg/dl, konsumsi kembali makanan/minuman manis. Lakukan terus pengecekan tiap 15 menit sekali hingga kadar gula Anda berada di atas 70 mg/dl. Setelah kadar gula kembali normal, jagalah agar tetap stabil dengan mengonsumsi makanan atau camilan sehat.
Tetapi bila kondisi hipoglikemia makin memburuk akan menunjukkan gejala seperti mengantuk, gangguan penglihatan, kebingungan, gerakan menjadi canggung, berperilaku seperti orang mabuk, kejang dan hilang kesadaran. Pada kondisi tersebut perlu penanganan secepatnya, segera bawa ke rumah sakit terdekat. (jie)