Kelainan pembuluh darah yang ditemukan melalui pemeriksaan, bisa segera ditangani. Aneurisma bila ukurannya >2,5 mm visa pecah sehingga perlu diambil tindakan. “Bisa coiling atau clipping,” ujar dr. Rubiana Nurhayati, Sp.S dari RSPI Pondok Indah. Clipping dilakukan dengan menempatkan klip kecil di leher aneurisma, untuk menjepit. Darah tidak dapat masuk ke kantung aneurisma sehingga tidak ada risiko pecah dan perdarahan. Lama kelamaan, aneurisma menyusut. Klip tetap di sana selamanya.
Pada pasien dengan usia tua, punya masalah medis serius atau kondisi lain, operasi pemasangan klip bisa berisiko. Bisa dilakukan coiling, yakni memasukkan gulungan platinum ke kantung aneurisma. Tujuannya, ‘menyegel’ aneurisma sehingga darah tidak bisa lagi masuk ke daerah tersebut. “Bila aneurisma diketahui sejak awal dan ditangani, hasilnya bagus,” terang dr. Rubiana.
AVM (arteriovenous malformation) dulu ditangani dengan cara diikat lalu diangkat melalui prosedur pembedahan. “Sekarang ada intervensi technical radiology,” terang dr. Andi. Pada stereotactoc radiosuegery, diberikan radiasi dosis tinggi yang difokuskan. Prosedur ini menyebabkan pembuluh darah pada AVM menebal dan menutup. Cara ini bisa dilakukan pada AVM ukuran kecil, kurang dari 3 cm, atau lokasi AVM ada di dalam, atau pasien tidak bisa menjalani operasi.
Pilihan lain embolisasi; diinjeksikan cairan khusus seperti lem untuk memblok arteri yang tidak normal. Ini untuk menyusutkan AVM sebelum dilakukan operasi atau stereotactic radiosurgery. Pada kasus tertentu, embolisasi bisa digunakan untuk menghilangkan AVM yang kecil.
Penatalaksanaan konservatif mengatasi gejala AVM dengan obat-obatan anti kejang. Ini direkomendasikan pada pasien usia tua dengan AVM yang tidak pecah, atau AVM ukuran besar yang disertai risiko besar bila dilakukan tindakan.
Pada stenosis, penanganannya terbagi dua. Bila sumbatannya ringan-sedang, dokter merekomendasikan perubahan gaya hidup, untuk memperlambat progresi plak. Berhenti merokok, menurunkan berat badan (BB), mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur serta mengurangi asupan gula, garam dan lemak. Dokter mungkin juga meresepkan obat untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kolesterol, atau obat pengencer darah untuk mencegah terbentuknya bekuan darah.
Bila sumbatannya berat atau telah terjadi TIA/stroke, sumbatan perlu dihilangkan. Bisa dengan carotid endarterectomy. Dokter membuat sayatan di leher, lalu mengangkat plak di arteri. Selanjutnya, arteri diperbaiki dengan jahitan atau graft.
Angioplasti atau stenting dilakukan bila sumbatan sulit dijangkau dengan endarterectom, atau pasien memiliki kondisi berisiko bila dilakukan operasi. Balon kecil dimasukkan melalui kateter ke daerah yang tersumbat. Balon digembungkan untuk meluaskan arteri, lalu dimasukkan stent untuk mencegah arteri kembali menyempit.
“Lebih baik kita tahu dari awal, hingga bisa segera bisa ditangani. Jangan tunggu sampai stroke,” tegasnya. (nid)
Gejala Stroke
Keluhan stroke bisa bermacam-macam, tergantung lokasi serangan. Terjadi hanya di satu sisi, kecuali bila terjadi serangan di kedua bagian otak, tapi sangat jarang. Gejala antara lain satu sisi wajah tiba-tiba mencong, bicara pelo, tiba-tiba tersedak, kesemutan di sekitar mulut. Bisa muncul ganggguan koordinasi, gangguan penglihatan, sulit berbicara, pusing berputar seperti vertigo, baal (sekemutan) di separuh tubuh. “Akibat perdarahan, tekanan di otak meningkat sehingga muncul sakit kepala dan muntah-muntah sampai penurunan kesadaran,” ujar dr. Rubi.
Bila mencurigai seseorang terkena gejala stroke, ingat STRT (smile, talk, raise both hands, tongue). Minta orang tersebut tersenyum; yang kena serangan tidak bisa tersenyum wajar. Lalu, minta mengucapkan kalimat sederhana, kemudian minta ia mengangkat kedua tangan. Bila terkena serangan stroke, sulit untuk melakukan itu. Terakhir, minta ia menunjukkan lidahnya. Serangan stroke dapat membuat lidah miring ke satu sisi atau menekuk. Segera bawa ke dokter. Golden period hanya 3 jam setelah serangan. (nid)